Zara keluar bersamaan dengan Abi dari ruang rapat. Arfan masih menunggu Zara di depan ruang rapat.
"Wah kebetulan sekali ada kamu, Fan. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu dan Zara. Kita bicara di ruangan saya." Abi mengajak Arfan dan Zara untuk mengikutinya.
Zara tersenyum pada Arfan. Senyuman yang sangat menunjukkan betapa bahagianya pemilik senyuman tersebut. Dan hanya dengan senyuman tersebut, Arfan tahu bahwa Zara berhasil.
Abi mempersilahkan Zara dan Arfan untuk duduk setelah mereka berada di ruangan Abi.
"Kamu sudah bisa menebak hasilnya?" Tanya Abi pada Arfan.
Arfan memperhatikan Zara sekilas kemudian tersenyum dan mengangguk pada Abi.
Abi melirik Zara. "Wajah Zara memang sudah menjelaskan semuanya." Abi mengangguk. "Wajah kamu seharusnya seperti itu setiap hari, Zara. Kamu lebih cantik seperti itu, lebih ekspresif."
Arfan mengangguk setuju. Sedangkan Zara sibuk mengatur mimik wajahnya, berusaha untuk menormalkan ekspresi wajahnya mungkin.
"Saya benar-benar berterima kasih atas keberanian kamu, Zara." Abi mengatakannya dengan tulus. Dan Zara pun mendapati ketulusan tersebut.
Zara mengangguk sekilas. "Terima kasih juga karena telah memberikan saya keberanian, Pak."
Abi tersenyum dan mengangguk. "Yang harus kita pikirkan sekarang adalah langkah selanjutnya. Kita hanya punya waktu satu bulan."
Arfan mengangguk. "Bagaimana kalau bimbingan tambahan berupa latihan soal, Pak? Menurut saya, latihan soal itu sangat membantu dan Kak Zara menerapkan itu kepada mahasiswa bimbingannya. Teman-teman saya yang lain, yang bukan mahasiswa bimbingan Kak Zara kurang mendapatkan latihan-latihan soal seperti yang Kak Zara berikan kepada kami, Pak."
"Memangnya bagaimana sistem bimbingan yang diajarkan Zara?" Tanya Abi pada Arfan.
"Kak Zara membantu kami memecahkan tugas yang diberikan oleh dosen. Selain itu juga Kak Zara mengajarkan kembali hal-hal yang kurang dipahami. Kak Zara juga selalu memberikan kami soal-soal untuk dikerjakan. Dan bahkan saat kuis minggu lalu, soal yang diberikan Kak Zara termasuk dalam soal kuis, Pak. Itu sangat membantu kami, Pak."
Abi mengangguk. "Mungkin bisa diterapkan untuk saat ini. Bagaimana menurut kamu, Zara? Apa para asisten lain bisa menerapkan metode seperti kamu?"
Zara mengangkat alisnya. "Bukannya metode pengajaran diserahkan kepada asisten masing-masing, Pak?"
"Memang. Tapi jika kita lihat dari hasil minggu lalu, hanya mahasiswa bimbingan kamu yang seluruhnya memberikan peningkatan. Itu artinya metode kamu sudah cukup baik. Jadi tidak ada salahnya kan untuk diterapkan oleh asisten lain?"
"Tapi apa para asisten lain akan menyetujui pengaturan metode pengajaran tersebut, Pak?"
"Itulah tugas kamu, Zara. Meyakinkan para asisten."
Zara terdiam.
"Tapi sebelum itu," Abi mengeluarkan kertas berisi nilai-nilai kuis para mahasiswa. "Kita perlu menyusun ulang kelompok bimbingan berdasarkan hasil kuis minggu lalu. Dan membuat daftar XO."
***
Pagi ini, Zara mengumpulkan para asisten di ruang asisten untuk mengadakan rapat. Saat Zara tiba di ruang asisten, seluruh asisten sudah berada di ruangan tersebut. Zara melirik jam tangannya. Ia tidak terlambat. Ia bahkan lebih cepat 5 menit dari waktu yang ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Pea
Romance[ON GOING] "Ia adalah Zafran, bukan kekasihku. Ia kembaranku. Kembaranku yang luar biasa. Kembaranku yang tak akan mampu aku tandingi." - Zara yang dunianya berhenti. "Zara adalah adik yang paling luar biasa. Dia adalah wanita kedua yang selalu menj...