Sejak pertemuannya dengan Abi kemarin pagi, Zara benar-benar kehilangan konsentrasinya. Ia bahkan tidak bisa memahami materi yang diajarkan Abi hari ini. Pikiran Zara bercampur aduk. Ia sudah memantapkan keputusannya untuk mengikuti beasiswa tersebut. Namun Zara tidak menyangka bahwa ia harus terlibat dengan hal yang tidak ia inginkan lagi.
Zara tidak sepenuhnya peduli dengan nasib program bimbingan tersebut. Karena ia menjadi asisten hanya karena keterpaksaan. Namun Zara juga tahu bagaimana perasaan Abi saat ini. Jika Zara menjadi Abi, ia akan melakukan hal yang sama, melakukan berbagai cara agar apa yang ia lakukan tidak gagal. Zara juga tidak ingin apa yang ia lakukan diremehkan oleh orang lain, jika saja Zara pernah memperdulikan itu. Sayangnya, Zara tidak pernah memperdulikan apa yang dipikirkan maupun dikatakan orang lain. Oleh karena itu, Zara tidak mengambil pusing jika memang program itu dihentikan. Namun kini Zara ikut pusing karena program tersebut. Zara bisa saja meminta surat rekomendasi dari dosen lain, tapi Zara juga tahu pasti dosen lain tidak akan dengan mudahnya memberikan surat rekomendasi tersebut.
Zara memutar-mutar pensilnya, memikirkan apa yang harus ia lakukan saat ini. Sesekali Zara menatap Abi yang sedang menjelaskan materi perkuliahan hari ini. Beberapa kali, Abi terlihat bingung dengan apa yang ia jelaskan. Zara mampu menangkap itu. Hari ini adalah hari yang cukup menegangkan untuk Abi. Hari ini adalah hari keputusan apakah program bimbingan yang dicetuskan oleh Abi akan digagalkan atau dilanjutkan. Abi sendiri sudah menanamkan dalam dirinya bahwa program tersebut akan digagalkan. Karena sampai detik ini, ia tidak mampu menemukan cara untuk menyelamatkan program bimbingan tersebut.
"Ada yang mau ditanyakan?" Tanya Abi.
Seluruh mahasiswa hanya diam. Beberapa dari mereka hanya menggeleng pelan.
"Kalau begitu saya ingin memberikan contoh yang harus kalian coba. Kerjakan halaman 546. Jika ada yang tidak kalian mengerti, kalian boleh bertanya. Tapi berusaha terlebih dahulu." Abi duduk di kursi dosen. Ia menatap mahasiswanya satu per satu hingga tatapannya berhenti pada Zara, orang yang juga sedang menatapnya. Abi tersenyum sekilas.
"Saya ingin bertanya. Apa yang akan kalian lakukan jika kalian tahu bahwa kalian gagal?" Tanya Abi kepada seluruh mahasiswa di ruangan tersebut.
Seluruh mahasiswa hanya saling pandang.
Terry mengangkat tangannya. "Berusaha untuk bangkit kembali, Pak."
Abi mengangguk pelan. "Hanya itu? Kamu membiarkan kegagalan menghampirimu?"
Terry terdiam sejenak.
"Bagaimana dengan kamu, Zara?" Abi menatap Zara dengan tajam.
Sejak awal Zara sudah tahu dengan pasti bahwa pertanyaan tersebut ditujukan padanya. Zara menatap Abi dalam diam.
"Kamu membiarkan kegagalan? Apalagi kegagalan tersebut bukan sepenuhnya disebabkan karena kamu?" Abi kembali bertanya.
Seluruh mahasiwa kini menatap pada Zara.
Terry membuka mulutnya untuk mengeluarkan suara. "Kalau saya, saya akan....."
"Mengubah keadaan sebelum benar-benar gagal." Zara menjawab dengan tegas dan memotong kalimat Terry.
Terry menatap Zara tajam. "Oh ya? Coba contohkan. Apa yang udah lo lakuin sebagai ketua asisten?"
Zara membalas tatapan Terry sama tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Pea
Romance[ON GOING] "Ia adalah Zafran, bukan kekasihku. Ia kembaranku. Kembaranku yang luar biasa. Kembaranku yang tak akan mampu aku tandingi." - Zara yang dunianya berhenti. "Zara adalah adik yang paling luar biasa. Dia adalah wanita kedua yang selalu menj...