Zara terbangun dari tidurnya. Untuk ke sekian kalinya ia memimpikan wajah itu. Wajah yang terus hadir dalam mimpi Zara sejak 6 tahun yang lalu. Dalam mimpinya, wajah itu hanya tersenyum atau sekedar menemani Zara yang sedang termenung sendirian. Tapi malam ini, wajah itu mendekat pada Zara, tersenyum dan berkata "Suatu saat kita pasti akan bertemu." Hanya sebuah kalimat itu. Namun dengan sebuah kalimat itu membuat Zara terbangun dari tidurnya. Zara menatap jam di meja kecil tepat di samping tempat tidurnya. Pukul 03.00 pagi. Zara mengusap wajahnya.
Selama ini, wajah itu hanya dianggap sebagai bunga dalam tidurnya. Karena wajah itu hanya tersenyum dan menemani Zara tanpa pernah mengungkapkan sepatah katapun. Malam ini... Wajah itu... Suara itu...
Zara memejamkan matanya. Siapa dia sebenarnya?
***
"Oke. Kelas hari ini selesai ya. Sampai bertemu minggu depan." Abi merapikan buku-bukunya.
Abi menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu. Ia membalikkan badan dan menatap Zara "Oh ya, Zara. Jangan lupa kumpulkan formulirnya sebelum pukul 12."
Zara menatap Abi dan mengangguk sekilas. Abi tersenyum dan keluar dari kelas.
Kelas pagi Zara baru saja selesai. Zara mengeluarkan formulir asisten bimbingan dari dalam tasnya. Zara menghela napasnya dan mulai mengisi formulir tersebut.
"Formulir apa, Zar?" Terry yang entah mengapa tiba-tiba berdiri tepat didepan meja Zara.
Zara menunjuk kertas yang sedang ia tulis.
"Wah, lo mau jadi asisten bimbingan? Kenapa?"
Zara mengangkat bahunya dan kembali melanjutkan mengisi formulir tersebut.
Deeva dan Tatiana yang duduk tepat disamping Zara berpura-pura tidak mendengar Terry. Namun mereka tersenyum menang ketika melihat wajah Terry kesal akan respon yang ia dapat dari Zara.
"Wah, gue jadi saingan lo dong, Zar. Good luck ya, Zar." Terry tersenyum.
Zara menatap Terry. Zara mencoba memahami maksud dan tujuan Terry.
Tatiana yang sangat ingin membalas kalimat-kalimat Terry akhirnya tidak tahan lagi. "Lo yang harusnya dapat good luck dari Zara. Karena Zara udah dapat golden pass dari Pak Abi."
Terry menggertakkan giginya dan mengeraskan rahangnya. Ia secara terang-terangan menunjukkan kekesalannya. Terry berlalu dari hadapan Zara.
"Zar, makan yuk." Ajak Deeva.
Zara mengangguk. "Tapi ke Pak Radit dulu ya."
"Jadi akhirnya lo memutuskan untuk daftar juga?" Tanya Tatiana sambil memperhatikan Zara yang sedang menulis.
"Tuh kan, kemarin-kemarin kita ajakin engga mau." Deeva menambahi.
Zara menghela napas. "Terpaksa."
Tatiana dan Deeva tertawa bersamaan.
"Tapi kali ini gue setuju sama Pak Abi." Tatiana mengangguk sekilas.
Deeva ikut mengangguk. "Berbagi ilmu dapat pahala kok, Zar. Dapat gaji juga tentunya." Deeva tersenyum sekilas.
Pada akhirnya Zara mengikuti perintah Abi, mendaftar untuk menjadi asisten bimbingan. Zara tahu ancaman itu hanya sekedar gertakan untuknya. Namun setelah ia memikirkan apa yang harus ia putuskan semalaman, ia sadar bahwa tidak ada salahnya melakukan itu. Banyak alasan yang jadi pertimbangan Zara. Ia tidak ingin mengecewakan dosen yang selama ini sudah berbaik hati padanya. Ia juga tidak merasa bahwa apa yang ia lakukan akan menjadi masalah nanti meskipun ia juga tidak merasa bahwa ia membutuhkannya. Pada akhirnya Zara memutuskan untuk mencobanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Pea
Romance[ON GOING] "Ia adalah Zafran, bukan kekasihku. Ia kembaranku. Kembaranku yang luar biasa. Kembaranku yang tak akan mampu aku tandingi." - Zara yang dunianya berhenti. "Zara adalah adik yang paling luar biasa. Dia adalah wanita kedua yang selalu menj...