CHAPTER 13 - ANOTHER TRAP

8 1 0
                                    

Zara benar-benar tidak tahu bahwa kabar burung yang disampaikan Tatiana kemarin telah menjadi butiran yang bertubi-tubi menghujani Zara. Jam di tangan Zara baru menunjukkan pukul 7 pagi. Ia tidak memiliki kelas pagi hari ini. Tapi ia harus berada di kampus pagi ini untuk menghadiri rapat asisten dan dosen yang dikabarkan oleh Abi tadi malam.

            Di ruang rapat, para asisten sudah berkumpul termasuk Tatiana, Deeva bahkan Terry. Para asisten menunggu kehadiran para dosen sambil berbincang. Beberapa dari mereka sudah mengetahui maksud dari rapat ini. Tatiana dan Deeva beberapa kali melihat Zara, sang ketua asisten, yang justru terlihat sangat tenang menghadapi masalah ini.

            Suara hentakan kaki memasuki ruang rapat, membuat seluruh isi ruangan terdiam membisu.

            "Selamat pagi, para asisten." Sapa Abi.

            "Pagi, Pak." Jawab para asisten bersamaan.

            "Bagaimana kabar—" Kalimat Abi dipotong dengan cepat oleh Anna. "Tidak perlu berbasa-basi, Pak. Karena sepertinya keadaan mereka justru lebih baik daripada sebelum menjadi asisten."

            Abi tersenyum sekilas. "Baiklah." Abi menatap para asisten satu per satu. "Apa kalian sudah tahu alasan saya mengadakan rapat ini?"

            Para asisten terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.

            "Tidak mungkin kalian tidak tahu." Anna dengan cepat menjawab heningnya para asisten. "Memangnya kalian sudah merasa berhasil menjadi asisten?"

            Para asisten terlihat menunduk. Bagi mereka yang tidak tahu permasalahan apa yang sedang dibicarakan, hanya bisa menelan ludah karena takut dan bingung.

            "Bu Anna, mungkin sebaiknya kita jelaskan dulu permasalahannya agar kita para dosen dan para asisten sama-sama memahami alur dari rapat ini." Abi berusaha untuk sebijaksana mungkin dalam menghadapi masalah ini.

            Anna mempersilahkan Abi.

            "Baiklah. Para asisten semuanya, untuk kalian ketahui, setiap bulan, kami para dosen mengadakan kuis tambahan untuk menguji para mahasiswa. Dan hasil kuis minggu lalu, bisa dibilang terburuk dari kuis-kuis sebelumnya dan tentu saja tidak sesuai dengan yang kami harapkan." Abi menghela napas sejenak. "Kita semua sudah mengetahui tujuan dari bimbingan ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas para mahasiswa. Namun ternyata, setelah tiga bulan program ini berjalan, tidak banyak membantu untuk meningkatkan nilai para mahasiswa. Jujur, saya pribadi sangat kecewa dengan hasil tersebut." Abi tersenyum datar. "Jadi rapat ini ingin membahas solusi untuk permasalahan ini. Kami, para dosen, ingin mendengar pendapat dari para asisten atas permasalahan ini." Abi menutup kalimatnya. Abi memperhatikan asisten satu per satu. Tidak satupun dari mereka yang ingin mengeluarkan suara. Para asisten terlihat menunduk.

            "Kalian tidak berniat untuk menjawab? Kalian merasa bukan kalian penyebabnya?" Anna menatap tajam. "Zara, kamu sebagai ketua asisten, apa tidak mau bertanggung jawab?"

            Zara menatap Anna sejenak. Zara bangkit dari duduknya. "Jika memang ini kesalahan para asisten, saya sebagai ketua asisten, sudah seharusnya bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Tetapi, apakah itu akan merubah keadaan? Apakah itu akan membuat nilai para mahasiswa menjadi lebih baik?"

            Abi mengangguk sekilas. "Zara benar, Bu. Yang kita harus cari tahu sekarang adalah penyebabnya."

            "Sudah jelas karena para asisten tidak becus mengajarkan para mahasiswa." Anna menjawab dengan tegas.

            Abi mengangguk. "Berarti kita para dosen juga tidak becus mengajarkan para asisten. Karena ilmu yang mereka dapat dan ajarkan ke mahasiswa, tentunya dari kita para dosen juga."

Sweet PeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang