CHAPTER 6 - A COINCIDENCE

12 0 0
                                    

Zara juga tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Ia sedang duduk sendirian di sebuah bangku di taman yang bahkan ia tidak tahu nama taman ini sampai akhirnya ia menemukan plang nama taman tersebut. Ia menatap danau kecil di hadapannya dengan tatapan kosong. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya hari ini. Yang ia sadari, kalimat Abi tadi sore terngiang-ngiang di pikirannya. Zara memegangi kepalanya, rasanya kepalanya terasa ingin pecah.

            Apapun penyebabnya, saya tidak yakin penyebab itu cukup berhak untuk membuat kamu terdiam seumur hidupmu. Apakah kamu mau dikalahkan oleh penyebab itu?

            "Kenyataannya saya sudah dikalahkan oleh penyebab itu." Zara menghela napasnya. Rasa sesak didadanya terasa begitu menyakitkan seolah dadanya diikat dengan tali yang kemudian tali tersebut ditarik sekencang-kencangnya.

            Kamu harus menyuarakan isi hati kamu agar orang lain bisa menerima kamu.

            "Saya pernah seperti itu." Zara memejamkan matanya. Ingatan masa kecilnya kembali terngiang.

            "Ma, lihat hasil gambar Zara. Bagus engga, Ma?" Tanya Zara kecil sambil tersenyum pada saat ia melihat Myesha dan Orlando baru saja tiba di rumah.

            Myesha menatap sekilas dan tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya pada Zafran yang sedang bermain dengan playstationnya. "Zafran, kamu lagi ngapain? Mama bawa cheesecake kesukaan kamu nih." Myesha menghampiri Zafran dan memeluk Zafran penuh kehangatan.

            Zara mengalihkan pandangannya pada Orlando yang sedang sibuk berbicara dengan handphonenya. "Pa, bagus engga?" Zara menunjukkan gambarnya.

            Orlando hanya melirik kemudian berlalu menuju Zafran. "... Oke nanti saya hubungi lagi." Orlando duduk disamping Zafran. "Kamu hari ini main playstation terus ya?" Tanya Orlando pada Zafran. Zafran tertawa kecil.

            Alih-alih memarahinya, Orlando justru mengelus kepala Zafran dengan lembut.

            Zara kecil yang masih berumur 6 tahun hanya tersenyum kemudian ikut duduk disamping Myesha.

            Zara meletakkan kedua tangannya di pipi. Pipinya terasa panas. Ia menghela napas.

            "Kenapa Zara engga boleh ikut sama Mama, Papa dan Zafran?" Tanya Zara kecil yang matanya telah dipenuhi air yang siap terjun kapanpun.

            "Zara, Zafran kan dapat peringkat 1. Jadi dia berhak untuk mendapatkan sedikit hadiah." Jelas Myesha pada Zara.

            "Zara selalu dapat peringkat dari kelas 1 SD. Tapi Mama sama Papa engga pernah ngasih Zara hadiah."

            "Kamu kan cuma peringkat 5. Kalau kamu mau hadiah, ya kamu harus berusaha untuk mendapatkan peringkat 1." Sambung Orlando sambil membantu Zafran memasang mainan robot yang dibelikan Orlando untuknya.

            Zara menatap mainan robot Zafran. "Teman Zara bahkan dapat sepeda baru ketika dapat peringkat 8. Zara peringkat 5 tapi engga pernah dapat apa-apa dari Mama dan Papa."

            "Zara! Papa engga pernah mengajarkan kamu untuk meminta imbalan." Orlando mengeraskan suaranya, membuat Zara kecil ketakutan dan menelan kembali air mata yang ada di pelupuk matanya.

            "Zara, kamu mau apa? Biar Mama belikan buat kamu." Bujuk Myesha sambil menenangkan putrinya.

            Zara menatap Myesha sejenak.

Sweet PeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang