CHAPTER 11 - A RABBIT WHO LOST ITS WAY

10 0 0
                                    

Setelah apa yang terjadi pada Zara sebelumnya yang membuat Zara kabur dengan permasalahan yang meluap seketika akibat tertumpuk begitu lama, hari tersebut seolah tidak pernah terjadi. Zara menjalani harinya tanpa ada perubahan sedikitpun. Ia tetap menjadi Zara seperti biasanya. Ia kembali menjadi Zara yang seperti dulu dan melupakan apa yang telah terjadi kemarin pada dirinya. Zara menganggap ini adalah salah satu cara agar ia dapat berdiri kembali dengan kedua kakinya.

Zara sedang berada di ruang asisten. Ia sedang sibuk dengan laptopnya. Tanpa sengaja ia menemukan beasiswa untuk pendidikan S2 di salah satu universitas ternama di Inggris saat sedang mencari materi untuk tugas kuliah yang diberikan Abi. Zara meneliti kalimat demi kalimat yang ia baca dari penawaran beasiswa tersebut. Menurutnya, ia sudah cukup memenuhi kriteria yang diperlukan.

            Tidak pernah terpikirkan oleh Zara bahwa ia akan melanjutkan pendidikannya. Apalagi Zara masih menginjak semester 6. Hal ini hanya terpikir tanpa sengaja ketika ia melihat iklan beasiswa tersebut. Zara mencoba menelusuri apakah iklan itu benar hingga akhirnya dia yakin bahwa beasiswa tersebut resmi dikeluarkan oleh universitas itu secara langsung. Zara terdiam sejenak menatap iklan tersebut. Satu-satunya yang ia butuhkan sekarang adalah surat rekomendasi.

            Suara pintu terbuka membuat Zara tersadar dan segera menutup laptopnya.

            "Hai, Zar." Sapa Deeva.

            Zara tersenyum sekilas dan merapikan barang-barangnya.

            "Lo udah tahu kabar terbaru belum?" Tanya Tatiana yang datang bersamaan dengan Deeva.

            Zara menatap Tatiana dengan tanda tanya.

            "Katanya, 40% dari mahasiswa yang mengikuti program bimbingan ini tidak menunjukkan peningkatan dalam nilai-nilainya." Tatiana menjelaskan seolah mengulangi kalimat yang ia dengar entah darimana.

            "Terus?" Tanya Zara yang masih tidak memahami.

            "Kok terus? Lo tahu siapa yang bakalan disalahin karena ini?" Tanya Tatiana dengan tatapan kesal.

            Zara tidak membalas. Ia paham bahwa posisi mereka sebagai asisten bimbingan bukan sesuatu yang menguntungkan dan membanggakan bagi para asisten. Apalagi dalam masalah seperti ini. Zara tidak ingin repot-repot memikirkan permasalahan orang lain. Hal inilah yang membuat ia menolak penawaran Abi. Ia tidak menyangka bahwa ia akan menyesali keputusannya suatu saat nanti.

            Zara menghela napas.

            "Jadi sekarang kita harus gimana? Kan engga semuanya salah kita juga." Deeva mencoba untuk melenyapkan pemikiran tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang karena masalah ini.

            Tatiana menyetujui. "Benar banget! Bisa aja kan karena memang mereka engga mau belajar dan cuma mengikuti karena diwajibkan. Masalah belajar kan engga bisa dipaksakan. Kalau memang orangnya mau belajar pasti ada aja caranya untuk belajar. Nah kalau orangnya engga mau belajar? Apa jadi salah kita?"

            "Bisa jadi." Zara mengangguk.

            Deeva dan Tatiana menatap Zara tidak paham.

            "Bisa jadi memang salah kita karena engga memotivasi mereka untuk belajar." Zara menjawab sekenanya sambil membaca catatan untuk tugas kuliahnya.

            "Wah..... Jiwa ketua asisten Zara akhirnya keluar ya. Berusaha sebijaksana mungkin untuk tidak menyalahkan para mahasiswa." Tatiana menepuk tangannya.

            Zara menatap Tatiana kemudian mengangkat bahunya.

            "Terus kita harus gimana sekarang?" Tanya Deeva.

Sweet PeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang