Crazier part 2

781 67 38
                                    

Perasaan bosan menyelimuti semua murid yang ada di kelas fisika itu. Satu menit yang terlewati terasa satu jam bagi mereka. Hampir semuanya berusaha menahan rasa kantuk mereka di jam pelajaran terakhir itu. Terutama Thomas. Ia sudah berkali-kali melakukan berbagai cara supaya matanya tetap terjaga. Nasib beruntung berpihak padanya kali ini. Guru fisika itu bahkan sama sekali tidak menyadari Thomas.

Setelah penantian yang lama ditunggu-tunggu, akhirnya bel pulang berbunyi. Sorak sorai kesenangan memenuhi kelas itu setelah guru fisika itu pergi. Thomas dan Ravensia membereskan barang-barang mereka dan segera beranjak keluar kelas. Jarak antara rumah mereka dan sekolah mereka tidak jauh. Sehingga mereka lebih memilih berjalan ke rumah sambil menikmati hembusan angin sejuk di sore hari.

Sepanjang perjalanan, tak ada satu pun yang memulai pembicaraan. Entah itu mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing atau mereka terlalu lelah dengan hari itu.

"Aku penasaran denganmu," kata Thomas tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

"Apa maksudmu?" Tanya Ravensia, menaikkan salah satu alisnya. Sambil berjalan, kakinya menendang-nendang kerikil yang ada di jalan.

"Selama aku bersahabat denganmu. Aku tak pernah melihatmu memiliki kekasih, apa kau tidak pernah menyukai anak lelaki di kelas kita? Kau ini normal, 'kan?" Tanya Thomas memicingkan matanya ke arah Ravensia.

Ravensia yang mendengar itu berhenti berjalan dan langsung mendaratkan satu pukulan di kepala Thomas.

"Hey!" Protes Thomas, mengusap kepalanya.

"Tentu saja aku normal, Thomas."-Ravensia memutar kedua bola matanya.-"Hanya saja tak ada yang menarik perhatianku."

Thomas hanya mengangguk. "Lalu, apa kau pernah menyukai seseorang?"

Ravensia yang bingung akhirnya berhadapan dengan Thomas. Punggung tangan kanannya ia letakkan di kening Thomas. Thomas menampakan wajah bingungnya karena perlakuan Ravensia.

"Kau tidak sakit."-Ravensia melepaskan tangannya-"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?"

"Eh ... i-itu," ucap Thomas gugup.

Ravensia menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban dari Thomas. Dilihatnya Thomas yang gelisah dan mencoba menghidari kontak mata dari Ravensia. Tak biasanya Thomas seperti ini.

"Tidak ada. Aku hanya penasaran saja apa kau pernah menyukai seseorang atau tidak." Balas Thomas yang menurut Ravensia tidak masuk akal.

Ravensia hanya terdiam menatap Thomas dengan tatapan mengintimidasi. Sedangkan Thomas menutupi kegelisahannya, tak ingin sahabatnya ini berpikiran yang aneh tentangnya. Thomas berusaha keras bersikap normal. Tiba-tiba saja, senyuman licik terukir jelas di wajah Ravensia, matanya meledek ke arah Thomas. Thomas yang menyadari itu langsung membesarkan kedua bola matanya karena tatapan Ravensia. Thomas yang ingin angkat bicara terdahului oleh Ravensia.

"Aku tahu!" Teriak Ravensia senang. Ravensia segera menutup mulut Thomas, tak memberikan Thomas kesempatan untuk berbicara. Sedangkan Thomas meronta supaya tangan Ravensia terlepas dari mulutnya.

"Kau sedang menyukai seseorang, 'kan?" Tanya Ravensia sambil menaik turunkan alisnya.

Rona merah menghiasi wajah Thomas. Ravensia dapat merasakan perubahan suhu wajah Thomas yang menghangat. Thomas pun segera melepas tangan Ravensia dari mulutnya dengan sekuat tenaga. Wajahnya kini terlihat jelas memerah malu. Ravensia akhirnya tertawa terbahak-bahak karena berhasil membuat Thomas malu.

"Oh ayolah, itu wajar untuk seorang remaja sepertiku," ucap Thomas. Pandangannya tertunduk ke bawah, masih berusaha untuk menyembunyikan pipinya yang memerah.

Thomas Brodie-Sangster ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang