Hey, Kawan! ( ͡☉ ͜ʖ ͡☉) Udah siap diajarin sama Pak Thomas? Wkwk
Dan gw juga ngerasa, kayaknya imagine yg ini bakal banyak partnya. Tau dah sampe brp hehe
Enjoy this imagine, guys!
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Berkali-kali aku menarik napas dalam. Ini kali pertamanya aku mendapatkan jam tambahan. Terlebih guru yang mengajarku adalah Pak Thomas. Bergerak sedikit saja aku ragu, takut mata elangnya itu kembali menusuk diriku."Materi integral apa yang belum kamu pahami?" Pak Thomas memperlihatkan bukunya kepadaku. Aku sedikit mencondongkan kepalaku untuk melihat isi buku itu.
"Integral Parsial yang pakai teknik Tanzalin, Pak," balasku tak sepenuhnya jujur.
"Kalo yang lain udah paham?" tanyanya lagi.
"Lumayan, Pak. Saya kayaknya cuma harus banyak latihan soal lagi."
Yah ... setidaknya aku sudah mencoba mempelajari materi integral yang terlihat mudah setelah Pak Thomas membantaiku dengan omelannya kemarin. Kalau pun aku masih bingung, aku lebih baik memilih diajarkan Seokjin ketimbang diajarkan Pak Thomas seperti ini yang justru membuatku gugup. Iya, gugup karena takut Pak Thomas akan mengecapku sebagai murid terbodoh di matanya.
"Kamu yakin kalo materi yang sebelumnya udah paham?" tanya yang Pak Thomas terlihat tidak percaya padaku. Matanya memicing sembari menaikkan sebelah alisnya.
Aku mengangguk pasti, walaupun hatiku berkata lain. "Iya, Pak."
"Oke. Sekarang kamu perhatiin saya baik-baik," kata Pak Thomas merapihkan duduknya, kemudian melanjutkan, "misalnya, ada soal integral-kan 2x√x-1 dx. Kamu bikin tabel dulu untuk bisa membedakan mana yang harus diturunkan dan mana yang harus di-integral-kan. Biar mudah, ubah √x-1 menjadi (x-1)^1/2."
Aku mengangguk antara mengerti dan pura-pura mengerti. Yah, setidaknya Pak Thomas tidak bisa mendengar suara licik dari hati kecilku.
"2x-nya kamu turunkan dan √x-1 di-integral-kan. Jadi, kalo misalnya 2x diturunkan menjadi 2. Di sampingnya √x-1, di-integral-kan menjadi 2/3(x-1)^3/2. Begitu seterusnya sampai 2x diturunkan menjadi 0. Jangan lupa saat kamu meng-integral-kan, di belakangnya dikali dengan turunan yang ada di dalam akarnya. Dan di model soal ini, turunan dalamnya 1 dari x. Sampai sini kamu paham?"
Aku terdiam sejenak lalu mengangguk pelan. "Sepertinya iya, Pak."
"Lho, jangan labil dong. Kamu udah paham atau belum?"
Aku menimbang sebentar antara mengatakan sejujurnya atau tidak. Kalau aku jujur, kupastikan akan pulang lebih lama. Jadi, aku mengangguk mantap menampilkan guratan yakin di wajahku. Aku tahu ini bodoh karena yang kuutamakan sekarang adalah aku bisa pulang secepatnya dan mengakhiri sesi jam tambahan ini.
"Oke. Saya lanjutkan," kata Pak Thomas, lalu menambahkan, "tapi, saya harap kamu gak sungkan untuk nanya saya apa yang belum kamu pahami atau mungkin kasih tahu kalo saya mengajarnya terlalu cepat yang bikin kamu jadi bingung."
Bukan itu masalahnya, saya males kalo ada jam tambahan gini, Pak, batinku. Tapi aku membalas, "tentu, Pak. Terimakasih."
Pak Thomas terdiam sejenak dan kembali melanjutkan materi yang ia ajarkan. Semakin lama, pikiranku meracau ke segala arah. Kupikir karena memang faktor langit yang semakin gelap ditambah otakku yang sudah sulit menerima jenis materi apapun, membuatku tak fokus dan justru mengamati wajah Pak Thomas.
Kalau dilihat-lihat, ternyata Pak Thomas tampan juga. Wajahnya bahkan terlihat muda. Keningnya yang mengerut saat menjelaskan materi kepadaku membuatnya terlihat semakin tampan. Ditambah kacamata yang bertengger manis di hidung mancungnya. Hatiku berdegup kencang kala menatap wajah Pak Thomas yang semakin lama terlihat menarik untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thomas Brodie-Sangster Imagines
FanfictionWritten in bahasa. Gk tau deskripsinya apaan. Semoga suka. Udh itu aja hehe. Thomas Brodie-Sangster as Himself You as Ravensia