01.

377K 16.4K 1.3K
                                    

Gue gak tau dosa gue sebanyak apa sampe dapet nilai C di mata kuliah dengan 3 sks di dalemnya, itu bener-bener akan mencoreng transkrip nilai dan IPK gue nanti!

Gue merasa ini semua gak adil, bayangin aja dari empat puluh enam mahasiswa yang ngambil mata kuliah itu, gue satu-satunya orang yang dapet nilai C! Padahal gue udah ngumpulin semua tugas dan gak pernah absen.

Emang sih dosen gue yang ini terkenal killer meskipun masih tergolong jajaran dosen muda di kampus, dia pelit nilai dan kalau absen disebutin satu-satu nama mahasiswanya jadi gak bisa yang namanya titip absen.

Yang gue gak terima kenapa cuma harus gue doang yang dapet C?!

"Udah git daripada lo ngeroweng gak jelas mending lo samperin deh tuh dosen gila, minta perbaikan," saran Imarasti Maureen Fathina yang akrab gue sapa sebagai iim, sahabat gue.

"Iya bener git," kata Zahra Rizqi Aulia sahabat gue yang lain yang akrab di panggil Rara menyetujui.

"Tapi gue masih heran loh, lo sama Rara kan ngumpulin tugas bareng terus ya? Dia dapet A. Cuma lo sendiri yang melenceng jauh dapet C," tambah Joana H. Kamania sahabat gue yang lain lagi yang akrab gue panggil Joana.

"Gak tau ah gue pusing!" Kata gue kesel.

Gue sebenernya udah mau nangis sekarang, tapi gue malu.

"Dia sensi kali ya sama gue? Tapi kayanya gue gak punya salah deh sama dia," protes gue kesel.

"Dia itu random git, gak bisa ketebak kalau ngasih nilai. Tapi kenapa cuma lo ini loh yang masih jadi tanda tanya buat gue," kata Rara.

"Lo mending temuin dia, tanya lo pernah ada salah apa, terus lo minta perbaikan sekaligus minta maaf." Kata iim menasihati.

Kalau bunuh orang gak dosa mungkin udah gue bunuh kali itu dosen!

"Sumpah gue tiap matkul dia cuma diem, ya sesekali sih buka wattpad kalau ada update an dari author favorit gue. Tapi kan seharusnya gak sefatal itu. Rara aja yang youtubean pake headseat di kupingnya aman." Kata gue kesel, sementara Rara cuma merespon dengan senyumannya.

Ya, gue dan Rara emang satu jurusan di jurusan kesehatan masyarakat sedangkan Joana dan iim adalah anak sosial politik.

"Hei! Kalian lagi ngapain?!" Tanya Yuda yang langsung merangkul iim, istrinya.

Ya, istri, ceritanya panjang kenapa Rashad Artayuda dan Imarasti bisa menikah muda padahal kita semua baru semester enam saat ini. Perjodohan adalah salah satu alasan yang membuat mereka menikah muda.

"Ditekuk mulu tuh muka," kata Arjuna Revano, pacar Joana ke gue.

"Dia dapet C di matkul yang tiga sks," jawab Rara.

"Ya elah dapet C doang mah biasa kali git, gue aja sering!" Kata Calvin Martana Demitro, pacar Rara yang diangguki oleh Juna.

"Masalahnya dari semua mahasiswa yang ngambil kelas itu, cuma gue yang dapet nilai segitu," sungut gue kesal.

"Altan sama Hanif gak dapet C?" Tanya Yuda gak percaya.

Altan Mahesa dan Fauzi Hanif Ahmad adalah teman baik Yuda yang satu jurusan sama gue.

"Enggak, mereka dapet B," jawab gue.

"Gila tuh dosen berarti, padahal mereka sering cabut bareng gue," kata Juna yang membuat gue merasa semakin miris.

"Emang siapa dosennya?" Tanya Calvin.

"Pak Sadewa Bentara Arya, M.Epid." jawab Rara.

"Lah anjir itu mah, gue udah denger tuh dari Hanif sama Altan dia orangnya gak woles sama kaya yang udah bergelar prof. Padahal masih muda," kata Juna.

"Lo tanyain deh mending," usul Yuda.

"Iya minta perbaikan, gue udah biasa minta perbaikan," kata Calvin.

Gue pun hanya mendenguskan napas gue kasar.

"Kalau Kara kesini, bilang gue lagi ke ruang dosen ya, gue mau nyamperin si gila itu," kata gue pada akhirnya.

"Semangat Git!" Kata mereka kompak.


[Sudah Terbit] My Lecturer, My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang