14.

155K 11K 301
                                    

Akhirnya gue gak telat karena bangun lebih dulu dari Pak Arya, gue juga sempet membuatkan dia kopi dulu tadi pas dia lagi mandi, dan gue memilih untuk berangkat duluan dibandingkan harus mengambil resiko kalau dia gak mau nganter gue.

"Tugasnya dikumpulkan," kata Pak Arya yang membuat semua mahasiswa mengambil makalah yang dibuat dari dalam tas mereka.

Gue sekarang panik karena makalah gue gak ada di dalem tas, gue coba mengingat-ingat dimana terakhir gue menaruh makalah itu. Tapi gue lupa.

"Git? Lo gak ngumpulin?" Tanya Rara heran.

"Punya gue ketinggalan ra," Jawab gue hampir nangis. Masalahnya itu makalah yang gue selesaiin sendiri tanpa campur tangan Pak Arya sama sekali, dan makalah itu udah jadi cukup lama.

"Ada yang belum mengumpulkan?" Suara Pak Arya terdengar ke segala penjuru ruangan yang membuat keadaan kelas menjadi senyap.

Gue mengangkat tangan dengan takut-takut, "s-saya pak,"

Semua mahasiswa menatap horror kearah gue saat ini, ya Pak Arya memang bukan dikenal sebagai dosen murah hati yang suka toleransi.

"Kenapa?"

"Ketinggalan pak," jawab gue.

"Nanti ke ruangan saya."

"Baik pak."

Saat gue berjalan menuju ruang dosen, gue ketemu sama Joana yang langsung menarik gue ke arah kantin. Disana temen-temen gue yang lain udah berkumpul, termasuk Kara.

Gue semakin merasa panik sekarang takut iim ataupun Yuda bilang ke mereka semua tentang status gue yang sekarang.

"Kok muka lo gitu sih git?" Tanya Calvin begitu gue bergabung di tengah-tengah mereka.

"Kena masalah lagi dia sama Pak Arya," jawab Altan enteng yang langsung membuat iim dan Yuda menoleh spontan kearah gue dengan pandangan bertanya.

"Kenapa emangnya?" Tanya iim ke gue yang membuat gue sedikit salah tingkah untuk menjawab.

"Tugas dia ketinggalan," jawab Rara mewakili.

"Gak biasanya kamu lupa git, apalagi ini mata kuliah Pak Arya," kata Kara yang gue jawab dengan senyuman kaku.

"Aku cuma lupa kok. Karena takut kesiangan, aku jadi buru-buru," jawab gue.

"Lusa ulang tahun gue, jangan lupa lo semua dateng ye!" Kata Altan.

"Serius lo nyewa sports bar?" Tanya Juna.

"Iya, kan ada pertandingan seru, gak boleh kelewatan lah walaupun lagi party, jadi sekalian aja," jawab Altan santai.

"Anak gue gimana nyet?" Tanya iim.

"Titipin aja sih elah ke nyokap lo dulu, semalem doang ini," usul Hanif yang disetujui oleh Juna dan Calvin.

"Acaranya malem ya tan?" Tanya gue ke Altan.

"Yaiyalah git, lo pikir gue anak balita yang bikin acara ulang tahun pas sore?" Tanya Altan balik.

Gue pasti harus ijin sama Pak Arya dulu, dan dia belum tentu ngijinin.

"Gue gak janji ya."

"Aaaaaaah gak asik!" Teriak mereka semua spontan.

"Kenapa sih git?" Tanya Joana penasaran.

"Gue gak yakin bisa soalnya hehe," jawab gue sambil nyengir canggung.

"Parah lo, masa lo gak bisa sih? Iim ama Yuda yang udah berkeluarga aja bisa," kata Calvin.

"Gue gak bilang bisa, tapi gue usahain," timpal iim.

"Gue juga akan usahain tan," jawab gue.

"Mau aku jemput?" Tanya Kara.

Gue menggeleng sebagai jawaban, "nanti aku kabarin lagi, oke? Sekarang aku mau ke ruang dosen dulu,"

*****

"Permisi pak," ucap gue begitu memasuki ruangan Pak Arya, gue ngeliat dia lagi memeriksa makalah yang tadi dikumpulin.

"Ya, duduk," kata dia ke gue.

Gue pun duduk di kursi yang ada di depan Pak Arya sesuai dengan perintah dia. Tapi sampai lima menit setelahnya Pak Arya gak ngomong sepatah katapun.

"Saya disuruh kesini hanya untuk melihat bapak memeriksa tugas mahasiswa bapak? Saya kira bapak mau membahas soal tugas saya yang ketinggalan," Tanya gue gak habis pikir.

Pak Arya setelahnya mengambil tasnya dan mengeluarkan sebuah makalah yang gue kenal sebagai makalah yang gue buat untuk mata kuliah dia tadi.

"Makalah kamu sudah saya bawa, lain kali jangam ceroboh untuk ninggalin tugas di rumah hanya untuk buru-buru sampai di kampus."

"Terus kenapa bapak manggil saya kesini? Kan tugasnya udah ada di bapak."

"Kamu yang gak mau pernikahan ini ketauan orang banyak bukan? Saya gak mungkin bilang kalau makalah yang kamu buat sudah ada di saya karena kita tinggal serumah. Saya harus tetap memperlakukan kamu seperti mahasiswa lainnya meskipun kamu istri saya."

"Lalu sampai kapan saya harus duduk dan nontonin bapak seperti ini?"

"Sampai jam istirahat kamu selesai."

Setelahnya cuma ada keheningan, Pak Arya sibuk dengan tugas mahasiswa miliknya dan gue dengan handphone gue.

"Lusa Altan ngadain pesta ulang tahun di sports bar deket sini, apa saya boleh ikut pak?"

"Bar?" Tanya Pak Arya.

"Sports Bar, gak cuma Bar, sekalian acara nonton bola bareng," jawab gue.

"Kita bahas ini di rumah nanti, gak ada mahasiswa yang minta ijin sama dosennya untuk pergi ke Bar bukan?"

HHHHHHHHHHHHHH! Terserah deh pak..

[Sudah Terbit] My Lecturer, My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang