Lorong-lorong itu semakin lama semakin sempit, dimana lagi dia akan bersembunyi? Dengan ngos-ngosan dia tetap berlari dan berlari menjauh dari orang-orang yang berupaya menangkapnya. Ya Allah, tolong lah hamba Mu yang lemah ini, doanya sembari melirik kebelakang. Dan tiba-tiba BRUK ... kemudian semuanya kelam.
- Di Rumah Sakit
"Bundo", suara lirihku kepada wanita yang sedari tadi menghapus air bening yang jatuh di pipinya.
"Alhamdulillah kamu sudah bangun, Nak" sambil menyapu kedua matanya dengan sapu tangan, bundo tidak ingin aku melihat tangisnya.
"Aku tidak apa-apa, Bun ..." ujarku menguatkan hatinya.
"Jangan banyak bergerak dulu, Nak". Ketika aku berniat mengubah posisi kaki kanan ku, terasa perih. Kemudian aku sadar mengapa aku bisa berada diruangan ini.
Ya ... kakiku tertarung balok kayu, waktu dikejar dua orang bertubuh kekar dipasar sore kemarin, padahal semua jurus silat yang diajarkan Mak Itam, sudah ku keluarkan, tapi Allah berkehandak lain. Gumamku dalam hati, sambil mengingat peristiwa kemarin.
"Apa yang kau pikirkan, Nak?". Bundo menoleh kepada ku.
"Mereka sebenarnya siapa, Bun?" tanyaku.
"Ntah lah nak, bundo juga tidak tau apa yang mereka cari, kita juga bukan orang yang berkelebihan harta", jawab bundo heran.
"Tapi bundo sudah menghubungi polisi. Saat kau sudah siap untuk diwawancara, polisi itu akan kemari. Mereka berjanji akan menemukan orang-orang itu, semoga mereka cepat tertangkap".
"Tapi, apakah kau masih ingat dengan wajah mereka, Nak?" tanya bundo kemudian.
Aku mengangguk pelan. Aku mencoba mengingat, lelaki pertama botak, tingginya sekitar 170an, ada tato naga di lengan kanannya. Sedangkan yang satunya, bertubuh lebih pendek, gigi depannya ompong dan potongan rambutnya seperti tentara.
-Besoknya di sekolah
Sontak semua warga sekolah heboh. Ada yang bilang aku di buru pengejar hutang, padahal bundo tidak ada berhutang kepada siapapun. Alhamdulillah aku dan bundo berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada juga yang bilang, kalau laki-laki itu hendak berniat buruk kepadaku.
Entah lah, yang jelas laki-laki itu berjumlah dua orang, dengan otot-otot yang perkasa berbaju hitam, seperti orang bayaran, mereka mengintai aku di tengah-tengah pasar sambil memegang sebuah foto. Saat aku berjalan menghindar, mereka malah mengikutiku.
Disudut pasar, aku mencoba membela diri dengan silat, namun karena sedang berpuasa, tenagaku lemah. Akhirnya kuputuskan untuk lari menghindar sejauh mungkin dan kemudian aku terjatuh pingsan.
Bahkan aku sampai diintograsi di sekolah, aku berusaha menjelaskan kepada bapak kepala sekolah serta guru-guruku bahwa kami tidak mengenal orang-orang tersebut. Bundo juga memintaku, untuk lekas pulang ketika jam sekolah berakhir.
"Uh ..." Rasa kesal ku mulai timbul, jika mengingat hal tersebut. Kemudian Billa menepuk pundakku dan mengajak pulang karena sedari tadi sebenarnya pelajaran telah usai.
"Kok melamun Sha? Nggak usah dipikirin, pulang yuk", ucapnya dengan riang.
Nabilla Rishal, itulah nama teman akrabku, kami mulai saling mengenal ketika jam istirahat sekolah, dulu saat aku masih seragam merah putih. Dan sekarang aku sudah di penghujung akhir MAN (Madrasah Aliyah Negri), sederajat dengan SMA.
Dia anak yang sholeha, penurut, santun, periang dan juga sedikit manja. Sangat berbeda dengan sikapku, kata mereka aku lebih dewasa, tegas, pekerja keras dan dicap sebagai wanita sholeha, padahal aku tak sesempurna itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setoples Mimpi (COMPLETED)✔️
SpiritualWarning !!! Naskah cerita ini sudah ditolak penerbit terkenal ⛔ Percayakah kamu dg kekuatan mimpi? Percayakah kamu dg dahsyatnya cinta? Shakilla, siswi aliyah yg jago silat berasal dari nagari nan indah, Pandai Sikek, Sumatera Barat, telah membukti...