"Nak, kita tak boleh mendahului takdirNya. Allah yang paling mengetahui kebaikan untuk umatnya dan percayalah skenario Allah yang paling sempurna."
Berikan kesempatan kepada Syaugi. Dia anak yang shaleh, juga berasal dari keluarga yang baik. Ayah segan kalau kita menolak undangan keluarganya." Dengan lembutnya bundo memberikan wejangan kepada diriku yang meragu.
"Tapi Bundo ..." sangkalku.
"Tapi apa Nak?" bundo mengelus kepalaku, langsung saja aku sandarkan kepala yang terasa semakin berat di pundaknya yang nyaman.
Sejujurnya aku belum siap untuk belayar di samudra pernikahan. Lantas sampai kapan aku mengatakan siap ? toh dengan berjalannya waktu aku bisa belajar. Ya Allah berikanlah hamba kekuatan.
***
Transit kali ini terasa begitu lama, ingin aku putar waktu seminggu kemudian, agar aku tak tersesat dalam kerumitan. Aku baru ingat pesan ustadzah Maryam untuk mencek email. Ustadzah Maryam sering memberikan pengajian muslimah di München.
Beliau menyampaikan kepadaku, bahwa ada laki-laki orang minang juga yang siap menikah, menurut ustadzah Maryam laki-laki ini cocok denganku. Beliau pun meminta CV lengkapku, dengan tergesa-gesa aku mengetiknya, apa salahnya kalau aku mengirimnya? Karena kita tidak tau kapan jodoh itu datang. Setelah aku buka email dari beliau.
"Ya Allah, kenapa Nak? bundo terkejut dan langsung ke hadapanku.
"Sa, kamu sakit? ayah kali ini benar-benar khawatir.
Tanpa kusadari, aku menjatuhkan HPku seakan tak percaya dengan apa yang kubaca di layar HP. Seluruh badanku terasa beku, tiba-tiba perut ini sakit, aku diam berdiri mematung dengan tatapan kosong kedepan.
Orang-orang yang lalu-lalang di bandara membuatku semakin pusing. Tak terasa butiran air mataku jatuh perlahan. Bundo menempelkan tangannya kekepalaku, katanya badanku dingin. Makwo mengoyang-goyangkan badanku yang lemah.
Setelah setengah jam berlalu dan minum dua teguk air, badanku terasa sedikit membaik. Ayah membaca isi HP ku yang dipungutnya di lantai tadi, lalu ayah menyerahkan HP kepada bundo. Bundo pun tak kalah terkejutnya melihat nama seseorang yang tertera di layar HPku, namun hal itu tak membuatnya linglung sepertiku.
Ya Rabbi, mengapa dia kembali? Mengapa harus dia? saat aku sudah berusaha keras untuk melupakan dan mengikhlaskannya. Apakah selama ini Engkau menguji kesabaranku? email yang aku baca tadi berisikan CV Najip, aku tak pernah mengetahui dia tlah banyak berubah sekarang, menjadi lebih baik.
Yang dikatakan Jodoh, jika sekuat apapun kita mencoba lari menjauh darinya. Ia pun akan tetap berlari mendekat.
Tidak seperti biasanya, aku kurang nyaman sesampainya di Jakarta. Mas Syaugi menjemput kami di bandara, dia terlihat begitu akrab bercengkrama dengan ayah yang duduk disampingnya. Sedangkan aku tak disapanya, kuyakin dia sangat grogi. Tak lupa ayah mengucapkan terimakasih kepadanya, karena tlah membantu aku di Jerman.
Aku merasa asing sendiri, kupalingkan pandangan keluar jendela. Dia langsung mengantar kami ke sebuah hotel, yang kemudian baru kuketahui, hotel ini adalah kepunyaan keluarganya.
Diruang yang berfunitur jati membuat ruangan ini terlihat mewah dan elegan. Aku menengadah kelangit-langitnya, aku dapati lampu kristal besar yang bertingkat, di tengah ruangan terdapat meja makan yang besar, bisa menampung lebih 10 orang.
Abu Syaugi berperawakan tinggi dan berbadan, ummi yang berstelan abaya berwarna hitam, kakak perempuan yang terus tersenyum kepadaku dan pamannya yang mirip dengan abi namun lebih kurus menghampiri kami, sepertinya mereka menunggu kedatangan kami sedari tadi.
Semua orang diruangan tersenyum, kecuali aku yang hanya diam dan dia yang terlihat mulai tegang. Kami dijamu masakan minang, dengan apiknya mereka sudah mempersiapkan pertemuan dua keluarga.
Kulihat bundo dan umi mulai terasa dekat, sedangkan makwo sejak tadi berceloteh panjang dengan kakaknya. Aku hanya tertunduk lesu, sebenarnya aku tak nafsu makan, siapa yang bisa menikmati makanan, jika dihadapkan dengan situasi seperti ini?
Kalaulah tidak mengingat ayah, bundo serta kebaikan dia kepadaku, mungkin aku sudah meninggalkan ruangan tempatku berpijak, yang semakin lama semakin dingin, aku tak tau berapa derjat suhu ACnya.
Abi mulai mendehem dan melanjutkan pembicaraan, dari sekian kalimat yang disampaikan beliau, aku hanya bisa menangkap makna tersirat, bahwa mereka ingin kedua keluarga semakin dekat.
Lalu umi mengkode abi agar to the point. Sedikit kulirik, dia semakin nerveus dan aku jangan ditanya, aku hanya menunduk, menatap motif bunga-bunga kecil gamis katun yang dipaksa bundo untuk kupakai, seraya berdoa kepadaNya. Ingin rasanya aku menghilang segera diruangan ini secara diam-diam.
Laki-laki sejati itu, jika dia memang mencintai,dia akan melamar, bukan malah membual dengan rayuan.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/104228039-288-k775693.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setoples Mimpi (COMPLETED)✔️
روحانياتWarning !!! Naskah cerita ini sudah ditolak penerbit terkenal ⛔ Percayakah kamu dg kekuatan mimpi? Percayakah kamu dg dahsyatnya cinta? Shakilla, siswi aliyah yg jago silat berasal dari nagari nan indah, Pandai Sikek, Sumatera Barat, telah membukti...