Toples 30 Main Vater

393 24 0
                                    

Wining telah mengetahui informasi tentang bos meraka dari Syaugi dan Edrick, saatnya untuk Shakil mengetahui yang sebenarnya terjadi.

"Shakil, maaf tanpa sepengetahuanmu aku minta tolong kepada mas Syaugi dan mas Edrick untuk menelusuri mereka." Kata Winning pelan.

"Win, kok kamu nggak bilang sama aku? jadi merepotkan kalian kan, pantesan kemaren kamu nanya-nanya tentang Ayah". Ungkap Shakil.

"Shakil, ini nama dan alamat lengkap orang yang kamu cari, aku berharap dapat menemanimu kesana".

Shakil kemudian meraih kertas kecil yang diberikan Wining, dia menyetujui Wining untuk pergi bersamanya. Shakil merasa segan, berutang budi kembali kepada Syaugi.

***

Pada hari kerja, Shakil dan Wining berangkat ke Berlin. Mereka kagum dengan arsitektur Berlin Central Station, yang lebih mirip grand mall ketimbang stasiun, belum lagi kebersihan dan kerapiannya. München Central Station juga bagus, tapi tak sebesar dan sesibuk Berlin Central Station.

Shakil memutuskan untuk langsung menemui bos mereka di kantor. Setelah menunggu lama, Shakil diizinkan masuk keruangan bos, tapi tidak dengan Wining.

Setelah masuk, Shakil melihat sesosok Bapak-Bapak yang sedang menatap kejendela. Kemudian dia membalikkan badan, Shakil melihat Bapak itu dengan seksama. Benar dugaan Shakil, Bapak ini jelas orang asli Indonesia, dari raut wajahnya dan kulitnya. Tapi sepertinya dia tak asing lagi dengan wajah sang bapak.

"Kau sudah datang, silakan duduk" saut si bapak.

"Pertama, saya minta maaf membuat kau tidak nyaman dengan anggota saya selama ini." Gumamnya.

"Begini pak, saya hanya merasa risih ada orang-orang yang memata-matai dan mengawasi saya, kemanapun saya pergi dan saya tidak tau tujuan mereka apa?" jawab Shakil protes.

"Apakah kau mengetahui foto ini?" Sang bapak malah menunjukkan foto yang terpajang di meja kerjanya.

Shakil tercengang, mengapa sang bapak berkumis memiliki foto ayah dan bundonya. Apakah bapak ini masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengannya? Sekilas bapak berkumis mirip ayah, bisik hatinya.

Bapak itu bertanya kembali "Apakah kau mengenal lelaki di foto ini, nak?"

Shakil bertambah heran mengapa dia memanggil Shakil dengan sapaan "nak"? Shakil masih saja tak mengenal orang yang di hadapannya.

"18 tahun yang lalu, ada seorang suami yang rela mencari sesuap nasi hingga menjelajah sangat jauh dari kampung asalnya, kehidupan saat itu sangatlah sulit. Dengan sangat berat hati, sang suami meninggalkan istrinya yang sedang hamil." Dia menarik nafas dan melanjutkan kisah kembali.

"Perjalanan kesana tidaklah mudah, harus berhadapan dengan derasnya ombak dan badai yang amat dahsyat. Akhirnya kapal tempat suami mengais rezki tenggelam dan sang suami mencoba menyelamatkan diri dengan sekoci kapal. Namun takdir berkata lain, dia dihantam batu karang besar dan ditemukan ditepi pantai dalam kondisi tak sadarkan diri."

Shakil menyimak cerita sang bapak, sekarang Shakil mengetahui kemana arah pembicaraan ini, sang bapak menceritakan tentang peristiwa yang dialami ayahnya sebelum meninggal. Tapi dalam cerita ini beliau selamat. Apakah bapak ini teman sepelayaran ayahnya atau mungkinkah ...?

Beliau diam sejenak dan melanjutkan ceritanya.

"Dia dipungut oleh sepasang suami istri orang Jerman yang tengah berlibur di pantai tersebut, mereka tak memiliki anak dan mereka merawat dia seperti anak sendiri. Namun ada hal terbesar yang hilang dari dirinya, dia kehilangan ingatannya, dia tak mengingat keluarganya di kampung. Sampai 2 tahun yang lalu, ingatannya berangsur pulih dan sekarang dia tlah berhasil menemui salah satu kepingan hatinya."

Setelah kalimat terakhirnya berakhir, bapak itu menatap lama Shakil.

Shakil tak percaya dengan apa yang didengarnya, dengan berani dia bertanya: "Berarti bapak adalah ayah saya? yang tlah lama kami anggap meninggal".

Beliaupun mengangguk dan berkata, "Benar nak, ini ayahmu." Beliau mendekap Shakil.

Shakilpun menangis terharu tak percaya, bisa bertemu kembali dengan ayahnya. Ini salah satu jawabannya, kenapa keinginan Shakil begitu kuat ingin kuliah di Jerman, bukan Negara lain di Eropa. Ternyata ayah yang sangat dirindukannya selama ini menetap di Jerman.

Shakil melepaskan pelukan ayahnya, kemudian bertanya: "Mengapa ayah tak menyampaikan saja langsung bahwa ayah adalah ayahku?"

"Ayah tau bagaimana perjuanganmu hingga sampai kuliah disini, ayah tidak ingin mengacaukan itu semua. Jadi Ayah menunggu waktu yang tepat." Jawab ayah sambil memegang kedua pundak anak gadisnya. Selepas itu, ayah dan anak tersebut bercengkrama panjang.

Shakil keluar ruang kerja dengan mengandeng tangan ayahnya. Membuat Winning tercengang, mengapa Shakil berbuat demikian dengan non mahram, apa yang sebenarnya terjadi?

Sambil tersenyum Shakil berkata: "Main Vater".

***

Main Vater: Ayah saya (bahasa Jerman)

Setoples Mimpi (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang