Toples 11 Deutschland, ich komme! (II)

571 40 0
                                    

Masih merasa bagaikan mimpi yang sangat indah, setelah tiba di Frankfurt, aku mencubit pipiku, menampar pelan pipi kanan dan kiriku, untuk meyakinkan kalau yang dihadapanku kini bukanlah mimpi. Orang-orang dengan beraneka macam ras ada disini, mereka hilir mudik berjalan dengan cepat, seolah tak mau terlambat dengan aktivitas apapun itu. Ini sangat nyata, aku tersenyum lebar. Kemudian aku naik bus ke München, kota dimana aku akan berjuang meraih mimpi-mimpiku.

München merupakan Ibu Kota wilayah Bayern, kota ini merupakan kota ketiga terbesar di Jerman, setelah Berlin dan Hamburg, terletak di bagian selatan Negara Jerman. Busnya sangat nyaman, juga ada WiFi nya. Menurut informasi yang kubaca, dari München bisa ke Italia dengan kereta selama tiga jam dan Austria hanya satu jam saja.

Kedatanganku telah ditunggu seorang muslimah yang sudah tiga tahun menetap di München, namanya Aida. Aku memanggilnya teh Aida, ternyata sudah setengah jam dia duduk di halte, menunggu kedatanganku bersama anak lelakinya yang masih berumur 2 tahun. 

Betapa senangnya hati ini dipertemukan dengan saudara seiman dan senegara dengan jarak yang sangat jauh dari kota kelahiranku, Pandai Sikek.

"Assalamua'laikum, Willkommen in München, Shakilla", dengan salam dan pelukan dia menyapaku.

Kami sudah berkomunikasi sejak aku di Jakarta, karena beliau yang akan membimbing aku selama disini. Anehnya, aku merasa sudah sangat dekat dengannya, padahal baru pertama kali aku bertatap muka dengannya.

"Bagaimana perjalanan kamu kesini, menyenangkan ?" tanyanya. "Iya teh", jawabku sambil tersenyum. Kemudian dia mengajakku ke apartemen tempat dia tinggal. Ternyata dia sudah menyiapkan hidangan untukku, di atas meja ada rendang yang aromanya sudah tercium sejak aku masuk. "Sha, kamu makan dulu ya, pasti udah lapar, yuk kita makan sama-sama", ajaknya.

Aku makan dengan lahapnya, karena kelaparan sejak di Frankfurt, makanan di pesawat tadi tidak begitu kusuka. Teh Aida bercerita, bahwa dia setelah menikah langsung diajak suaminya ke Jerman, karena suami nya melanjutkan master disini, sekarang suaminya kandidat doctoral di sebuah Universitas di München.

Aku jadi iri dengan Teh Aida dengan mudahnya sampai ke Jerman, sedangkan aku mengobarkan keluarga, tenaga, waktu dan uang untuk bisa menginjakkan kaki disini. Saat aku tanya apakah teh Aida berencana melanjutkan studi juga disini, beliau hanya tersenyum. Aku menangkap bahwa dia belum punya rencana, karena harus merawat si ikal yang imut ini, Juwain.

Teh Aida sudah berjanji menemaniku ke asrama kampus. Sesuai beasiswa yang aku trima, aku direkomendasikan untuk tinggal di asrama kampus. Terimakasih aku ucapkan kepada teh Aida yang begitu baik kepadaku.

🌟⭐🌟

1 Jerman, aku datang (bahasa Jerman)

2 Selamat datang di München (bahasa Jerman)

Setoples Mimpi (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang