Toples 34 Wisuda

418 26 0
                                    

Pagi pagi sangat, aku sudah berada di Bandara Frankfurt untuk menjemput bundo dan makwo yang akan datang pagi ini. Aku berdiri sendirian, ayah ada meeting, jadi tak bisa ke airport. Aku menatap mobil mewah berwarna hitam yang mengantarkanku, dia sangat elegant, sungguh nyaman duduk di sana karena jok kulitnya lebih halus dari buatan mobil Jepang lainnya, bagasinya luas, tangkinya besar, desain garis atapnya terkesan simple tapi kalem dan tentunya irit bahan bakar, seperti promosi aja. Seumur-umur baru kali ini aku naik mobil semewah ini, kalau di kampung palingan aku naik mobil sanak famili, itupun mobil sejuta umat.

Tak bisa ku bayangkan bagaimana perasaan bundo ketika pertama kali naik pesawat terbang yang begitu lama, untung ada makwo yang menemani beliau. Makwo sudah terbiasa berpergian keluar negri, untuk membeli barang dagangannya di Malaysia.

"Bundo, makwo, aku sebelah sini" ucapku hampir berteriak, melihat mereka yang masih kebingungan mencari dimana diriku berada, lambaian tanganku membuat mereka mengetahui posisiku.

"Sha, Alhamdulillah bundo bertemu denganmu Nak", ucap bundo dengan khawatirnya.

"Bundo kau ini Sha, buat malu saja, di pesawat dia tak henti mengucap, padahal pesawat aman-aman saja." Pengaduan makwo dengan ceplas-ceplosnya.

Aku hanya tersenyum melihat bundo yang masih meninggalkan raut cemas di wajahnya dan tingkah makwo yang katanya sangat menikmati perjalanan perdananya ke Jerman. Kemudian dia membanding-bandingkan semua airport yang pernah dia singgahi, katanya sejauh ini, Dubai yang terbaik. Aku hanya mengiyakan perkataanya.

"Sha, tambah cantik saja kau sejak bergelar sarjana ini." Saut makwo memujaku.

"Ah makwo bisa aja, Alhamdulillah sejak sidang, beban makin berkurang" ucapku.

Mobil BMW hitam ini segera melesat mengantarkan kami ke apartemen ayah di München, sebenarnya ayah menyuruhku untuk pindah ke apartemen saja, agar lebih fokus mengerjakan skripsi. Apartemennya luas dengan konsep minimalis, interiornya didominasi warna merah putih. Sengaja di konsep ayah demikian, supaya ingat selalu akan tanah air kita. Elektronik dan peralatan masak memasak jangan ditanya, sangat lengkap disediakan ayah. Di sana terdapat dua kamar yang cukup luas. Ini ketiga kalinya aku kesini, kemarin aku mengajak Corine dan Wining kemari untuk bantu menata ruangannya. Corine paling hobi dengan hal demikian.

Namun, aku sudah terlanjur sayang dengan kamar di asramaku, terlebih karena tinggal di sana, aku makin fasih berbahasa Jerman. Sesampainya di apartemen, sang sopir pamit untuk menjemput ayah di Berlin. Bundo dan makwo duduk di ruang tamu yang disudutnya ada vas bunga keramik putih, yang berisikan rosen kuning cerah yang masih segar, bunga anggun itu pemberian ayahku. Kata beliau, sudah lama beliau sangat ingin memberikan bunga mawar kepada bundo dan aku.

Aku tak menyangka ternyata ayah juga romantis atau mungkin karena kebiasaan orang Jerman, yang jika bertamu ke rumah selalu membawa bingkisan, bunga misalnya. Konon bunga mawar kuning melambangkan: kebahagiaan dan kecerian. Mungkin ini ekspresi yang mewakilkan hati ayah kepadaku, ayah sangat bahagia mendengar kelulusanku. Sesuai dugaanku, sesampainya di apartemen, ayah membawa bunga mawar putih untuk bundo, siputih ini bermakna: cinta yang sejati, kesucian, keanggunan dan tentunya kerinduan. Cocok untuk bundo yang lembut dan yang dirindukan ayah.

Ketika berbicara bunga mawar, aku jadi ingin mengunjungi kembali Westpark München, sebuah taman yang menawarkan keharuman 20.000 mawar dari 500 spesies, mereka bermekaran di musim semi, seolah-oleh mereka sangat antusias menyambut akan datangnya musim panas.

***

Hari yang kutunggu-tunggu pun datang, aku tak memakai jubah hitam sepert di kampus-kampus Indonesia, aku juga tidak memakai toga. Karena memang di Jerman tidak ada tradisi demikian, mahasiswa hanya memakai setelan jas dan mahasiswi memakai gaun. Karena sebenarnya esensi dari wisuda itu sendiri yang terpenting, bukan ceremonial belaka. Makwo heboh sendiri, berkomentar panjang mengapa di Jerman tidak ada toga, karena menurutnya toga itu simbolik kelulusan yang harus ada, tidak ada kata tidak.

Dari sumber yang kubaca, sebenarnya acara wisuda yang memakai toga, merupakan sistem pendidikan ala Kekhalifan Abasyiah, katanya warna hitam berasal dari warna kiswah ka'bah yang berwarna hitam, kalau secara internasional toga masih tetap segi empat seperti ka'bah, tapi di Indonesia segi lima.

Makwo yang biasanya cerewet kali ini kulihat beliau ikut menangis terharu. Melihat bundo dan makwo menangis, akupun juga ikut menangis, padahal sudah sedari tadi aku menahannya, tapi apa dayaku, dia tetap mengalir tak mau berhenti. Sedangkan ayah tersenyum bangga melihatku, beliau berdiri disamping bundo. Masih di kawasan kampus, Billa video call denganku, kali ini bukan rajutan yang akan diberikannya kepadaku, tapi dia memperlihatkan sebuah kertas putih yang bergambar.

"Tada... Shakil aku persembahkan hadiah special just for you." Billa mencoba memberikan surprice untukku dan berhasil, aku kaget dibuatnya.

"Kok desain wedding dress? Siapa yang mau nikah coba?"

"Hmm ini mahakarya dari Nabilla Rishal, dua bulan aku ngedisainnya dan milih bahan yang tepat untuk kamu, warna ungunya soft bangeeet!" 

"Danke schon Nabilla Rishal yang manis." Ujarku, tanpa tau alasan apa yang membuatnya mengirim desain itu.

O...ya keluarga Wining tidak ada yang datang karena mengingat jauhnya dan biaya yang dikeluarkan untuk kesini, aku menghiburnya. Setelah foto bersama dengan keluarga beserta Wining, aku melihat puluhan chat ucapan selamat di HP dari teman-teman di perhimpunan mahasiswa Jerman, teman sekolahku dulu.

Mimipiku jadi pengurus di sana terwujud dan juga ada chat dari seseorang yang sering menolongku selama kuliah di sini, siapa lagi kalau bukan Mas Syaugi. Dia sudah bekerja di sebuah perusahan di Jakarta. Wining jadi kesal kok dia nggak dapat ucapan yang sama darinya. Aku hanya tersenyum mendengar protes Wining. Wining lalu mendapatkan video call dari keluarganya di Flores.

***

Mawar (bahasa Jerman)

Taman bunga mawar (bahasa Jerman)


Setoples Mimpi (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang