Esoknya, mereka buru - buru menuju stasiun King Cross. Mrs Weasley menyewa dua taksi muggle untuk mereka. Mereka turun dari taksi dengan keadaan basah kuyup karena hujan terus mengguyur tanpa hentinya di kota London.
Mereka masuk bertiga - bertiga melewati palang rintangan 9 3/4. Melody, Liana, dan Ginny bersandar dan mengobrol santai sebelum mereka mundur perlahan dan lenyap di palang itu. Kereta uap Hogwarts membunyikan pistonnya beberapa kali. Melody dan kedua temannya memasukkan koper dan sangkar burung hantu mereka kedalam kompartemen tengah dan turun lagi.
"Tahun ini akan menyenangkan, mungkin kita akan bertemu lagi tak lama lagi." kata Charlie, "Kenapa ?" tanya Ginny setelah memeluk ibunya. "Tak bisa bilang." kata Bill sambil menjitak kepala Ron. "Kenapa sih ? Ada apa ?" kata Fred penasaran, "Mungkin aku ingin nonton sebagian, boleh Mum ?" tanya Bill. "Ah, yang pasti tahun ini akan menyenangkan." kata Mrs Weasley. Melody tersenyum padanya.
"Jangan ber tahu mereka dulu eh ? Melody ?" kata Mrs Weasley, "Baik Mrs Weasley, terimakasih atas penerimaan kami dirumah kalian." kata Melody. "Tentu, tadinya aku ingin mengundang kalian untuk natal dan paskah. Tapi sepertinya, dengan adanya ini dan itu, tak bisa." kata Mrs Weasley.
"Mum! Bialng dong akan ada apa di Hogwarts ?" Protes George.
-oOo-
Bahkan, saat mereka sampai di stasiun Hogsmeade hujan masih mengguyur. Melody, Liana dan Ginny menaiki kereta mereka dan asyik mengeringkan rambut mereka didalam kereta itu.
Kastil Hogwarts perlahan terlihat, dengan jendela - jendelanya yang berwarna oranye hangat. Membuat mereka ingin segera sampai. Begitu sampai tiga sahabat itu berlari kecil menaiki undakan kastil. Di aula depan...
"Wush~!" Peeves si hantu jahil melempari mereka dengan balon berisi air, beberapa anak kelas dua menjerit. "Peeves !" Jerit Melody begitu salah satu balonnya mengenai sepatunya. "Peeves! Turun sekarang ! Ouch- Maaf Ms Granger... Peeves turun sekarang atau kulaporkan kepala sekolah !" teriak Profesor McGonagall marah. "Kan mereka sudah basah, sekalian saja." kata Peeves, dia menyembur lagi. "Expelliarmus !" Melody tahu, mantra itu pelucutan dan mantra itu membuat balon ditangan Peeves mental. Melody mengambilnya, "Hentikan Peeves! Tak lucu." Melody melemparkan balon itu pada Peeves.
-oOo-
Acara seleksi berlangsung seru. Dennis Creevey, adik Colin masuk Gryffindor. "Nah, sekarang... Aku akan mengumumakan hal yang penting. Tahun ini, sekolah kita telah mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah bagi turnamen yang sudah lama tidak diselenggarakan. Turnamen Triwizard!" semua murid bengong menatap sang kepala sekolah.
"Anda pasti bercanda!" kata Fred yang mukanya kaget tak percaya, "Aku tidak bercanda. Kecuali ada hal lucu yang-" Dumbledore berhenti saat Profesor McGonagall berdehem, "Oh ya, sampai mana aku tadi ? Nah, aku akan menjelaskan sediit tentang turnamen itu, bagi kalian yang sudah tahu boleh melayangkan pikiran kalian kemana - mana selama aku menjelaskan..." dia berhenti, memandang seluruh muridnya yang sudah terlanjur tertarik.
"Turnamen Triwizard adalah turnamen yang berupa pertarungan antara tiga sekolah sihir, Hogwarts, Dumstrang, dan Beaubatonxs. Turnamen ini diikuti oleh satu juara dari masing - masing sekolah. Sang juara harus melewati tiga tugas untuk menjadi pemenang dan mendapatkan piala triwizard. Kemudian-" Dumbledore tersela oleh suara pintu aula besar yang tiba - tiba terbuka.
Petir dan guntur menyambar membuat beberapa anak perempuan menjerit. Diambang pintu berdiri seorang pria berambut pirang seleher yang basah dan acak - acakkan. Dia bertopang pada tongkat kayu panjang. Bunyi tak tok terdengar seiring pria itu berjlan. Melody membelalakkan matanya begitu melihat penampilan pria itu dari dekat.
Wajah dan tangannya penuh dengan luka, wajahnya tampak hancur, hidungnya sepertinya sudah patah berulang kali. Tapi, yang paling aneh dari penampilannya adalah. Salah satu matanya berwarna coklat seperti manik tapi satunya berwarna biru eletrik, besar dan berpusing kesana kemari.
Kemudian, dia mendekati Dumbledore, berbincang sedikit dengannya. Dumbledore mengisyaratkannya untuk duduk. Pria itu duduk dikursi dimana seharusya guru PTIH duduk. "Aku perkenalkan pada kalian, guru pertahanan terhadapa ilmu hitam kalian yang baru... Profesor Moody." Kata Dumbledore memecahkan keheningan sekaligus melepas perhatian semua murid dari Moody.
Moody terlihat tak peduli dengan sambutan yang tak meriah tersebut karena di terus memakan sosisnya. Dumbledore pun melanjutkan.
-oOo-
Melody dan teman - temannya duduk melingkar dilantai kamar mereka, memainkan monopoli yang dibawa Liana dari rumahnya. "Menurut kalian, apakah Fred dan George akan benar - benar mencari cara agar bisa ikut turnamen triwizard ?" kata Ginny. Melody mengedikkan bahunya, "Bisa jadi, mereka itu kan nekat ?" kata Melody. "Bagaimana denganmu Mel ? Apa kau akan ikut, yah maksudku, kau kan bisa..." kata Lizzy. "Tidak, aku tidak aka melakukannya kalau pun aku bisa. AKu tidak mau mempertaruhkan nyawaku demi uang." kata Melody.
"Iya juga sih, kan pernah ada yang mati." kata Liana sambil mengocok dadu, "Iya. Uang bisa dicari dengan cara lain, meskipun begitu menurutku, mereka yang ikut turnamen itu juga punya maksud lain, seperti mengetes kemampuan mereka, kehebatan, dan yang pasti pamer." kata Ginny. Mereka yang ada disana tertawa mendengar kata tertakhir dari Ginny
-oOo-
Maaf ya udah lama nggak post, pendek pula. AKu lagi sakit dan ini pun maksain :)
GWS for me :)
VOMMENTS PLEASE :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Potter and the Goblet of Fire
FanfictionMelody Potter bimbang dengan keputusan Dumbledore untuk mengizinkan kakaknya Harry Potter mengikuti turnamen itu. Tapi lebih bimbang saat pangeran kegelapan kembali.