Believe or not ?

2.8K 206 2
                                    

Piala api pun berubah menjadi merah dan memuntahkan sebuah kertas. Dumbledore mengulurkan tangan dan membaca kertas itu.

Dia terdiam sebentar membuat yang lain kebingungan, lalu dia bergumam. "Harry Potter." Seisi aula terkesiap. Semua mata menatap si bocah berkaca mata. Harry duduk terdiam dengan bingung di kursinya. "Harry Potter!" kini Dumbledore memanggil dengan lebih keras.

"Maju Harry." bisik Hermione. Harry maju dengan sempoyongan setelah di dorong oleh Hermione. Melody menatap kakaknya dengan tatapan seakan akan ada hantu yang mendekatinya dan bernafas berat - berat. Harry pun dipersilahkan masuk ke pintu di belakang meja guru oleh Dumbledore yang berwajah tak ramah.

Setelah Harry menghilang dari balik pintu Dumbledore menatap seisi aula lagi. "Yah, kalian boleh kembali ke asrama kalian masing - masing..." para murid pun berdiri dan keluar saat Dumbledore melanjutkan, "...Kecuali Melody Potter." Melody menutup matanya dan mendesah, "Mau kami tunggu Mel ?" tanya Ginny, Melody tersenyum dan menggeleng, "Aku akan baik saja." katanya.

Kemudian Melody melawan arus murid - murid yang berjalan berleselisihan arah dengannya, bahkan ada beberapa yang sengaja menyenggolnya. Kemudian gadis itu sampai di depan meja guru. Dia menatap semua orang yang ada disana.

Dumbeldore mendekatinya dan tersenyum. "Melody, aku ingin bertanya." katanya sesaat setelah pintu aula tertutup. "Apakah Harry memasukkan namanya kedalam piala ?" tanya Dumbledore lembut, "Tidak." kata Melody pendek.

"Bohong! Anak itu pasti bekerja sama dengan kakaknya! Aku sudah tahu itu!" kata Karkaroff, Melody menatapnya dengan datar. Entah kenapa dia berpikir kalau menghadapi orang seperti Karkaroff harus sedikit bersabar  ( camkan itu! SEDIKIT )

"Tenanglah Igor. Melody, apa kau membantu Harry memasukkan namanya kedalam piala api ?" kata Dumbledore. "Tidak. Dan menurut saya itu tidak ada gunanya, kenapa saya mau mempertaruhkan nyawa kakak saya hanya demi uang ?" kata Melody.

Dumbledore tersenyum kecil, kemudian dia berdiri tegak lagi dan menghela nafas. "Yah, kau boleh kembali ke asramamu." kata Dumbledore.

Melody mengangguk lalu berbalik dan meninggalkan aula besar. Kemudian dia berpikir, siapa ? Siapa yang memasukkan nama Harry ke dalam piala api ? Pusing, Melody ber-Dissaparate ke depan lukisan si nyonya gemuk.

Kemudian, dia menyebutkan kata kuncinya dan masuk. Dia sedikit terkejut saat melihat semua anak Gryffindor sedang menunggu dengan beberapa makanan pesta di meja. "Hi Melody!" seru Fred riang di tengah keheningan. "Syukurlah ya ? Ada juara dari Gryffindor." kata Angelina.

"Kalian... tidak percaya kan kalau Harry memasukkan namanya ke dalam piala api ?" kata Melody. "Tentu saja tidak! Dia teman kami!" seru Fred. Melody bisa membaca pikiran semuanya yang acak, ada yang percaya kalau Harry tidak memasukkan namanya, ada yang ragu - ragu.

"Nah, setelah Harry kembali rencananya kami akan membuat pesta ucapan selamat." kata Fred, Melody melirik Hermione yang terlihat sebal, dia menutup bukunya dan berlari ke kamar. "Oh..." kata Melody. "Kau mau bergabung Mel ?" tanya George. "Tidak, aku sibuk. Bye." kata Melody.

Melody menuju kamarnya. Disana ada semua teman sekamarnya. Melody terdiam di ambang pintu menatap keempatnya. "Mel, tentang Harry." kata Liana. "Dia tidak mendaftar, oke ?" kata Melody. "Bukan itu, kami memikirkan hal yang lain." kata Ginny.

"Siapa yang memasukkan nama Harry ? Aku tidak tahu." kata Melody. "Siapa pun itu, dia jahat sekali." komentar Lizzy. Melody mengangguk, dia berganti pakaian ke piyama dan naik ke ranjangnya. Kemudian dia berkata, "Selamat malam." sembelum menutup kelambunya.

Melody menghela nafas menatap langit - langit ranjangnya. Kemudian dia menutup mata.

-oOo-

Terdengar dengungan kebencian saat Melody, Liana, dan Ginny memasuki aula besar pagi harinya. Melody tak memperdulikannya dan terus berjalan masuk dan duduk di sebelah Liam. "Pagi." sapa Liam. "Pagi." balas Melody.

Harry Potter and the Goblet of FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang