Seokjin berjalan menuju halte bus. Ia sudah terbiasa berangkat sekolah menggunakan bus karena sekolahnya cukup jauh dari asrama panti asuhan. Ia juga melihat banyak orang yang menggenakan seragam menunggu bus juga.
Seokjin tersenyum melihat keramaian yang bahagia.*Seokjin senyum mulu*. Ketika bus datang, ia segera menaiki bus dan duduk di salah satu bangku yang berisi 2 orang. Melihat bangku sebelahnya kosong, Seokjin mengambil mp3 dan menggunakan earphone ditelinganya. Ia memandang jalanan tanpa peduli orang-orang yang ada di dalam bus hingga seseorang menarik earphone-nya dan memakainya.
"Yak!!!"
"Sssttt.. diamlah, Jin"
"Kukira kau maling, Soyou"
Soyou hanya menunjukkan giginya dan fokus mendengarkan lagu yang terdengar di telinganya.
"Bukankah ini lagu Rapmon dan Wale? Lagu ini mantap jiwa, tau gak sih?"
Oke. Soyou mulai heboh. Soyou memang terobsesi dengan Rapmon a.k.a Namjoon. Seperti yeoja lainnya, Soyou akan heboh jika mendengar biasnya menyanyi -coret- mengerap.
"Aku tidak tau, jika itu Namjoon"
"Namjoon? Ah.. bahkan kau tau nama aslinya. Kau sudah mulai nge-fans dengannya kan? Mengaku saja?"
"Ah.. aku tidak"
"Hahaha.. aku tau kok"
Soyou tertawa bahagia. Ia seakan-akan berhasil menjerumuskan Seokjin pada kebenaran yang seharusnya. Seokjin hanya menggelengkan kepalanya.
"Apa yang sukai darinya, Soyou?"
"Segalanya"
Seokjin diam. Segalanya. Ia paham bahwa banyak orang yang selalu menilai orang lain dari luar saja. Tapi, kita juga tidak tau bagaimana dalam orang itu?
"Segalanya? Kau kan tidak tau sisi dia yang lain. Bagaimana jika di belakang panggung, dia itu seorang penjahat atau orang yang mempunyai masalah rumit? Sedangkan ia dipanggung hanya tersenyum tenang"
Soyou hanya tertawa mendengar dugaan dari Seokjin. Seokjin itu memang sulit jika sikap Paranoid-nya keluar. Tapi, bukan Soyou jika tidak bisa mengendalikan sikap Paranoid-nya Seokjin.
"Jika kau nge-fans sama seseorang, terkadang kau akan jatuh cinta padanya. Bukan sebagai idola, tapi sebagai pria. Dan jatuh cinta itu tidak memandang keburukannya tapi menghargai kebaikannya dan menerima kelemahannya"
Seokjin diam. Ia tidak tau mengapa Soyou terlihat lebih dewasa dibandingkan dirinya. Ah... sayang saja. Andai Soyou tidak manja dan cerewet, mungkin banyak yang mau sama Soyou.
"Ayo, kita turun. Ini pemberhentian kita"
0o-o0
Seokjin dan Soyou memasuki kelas mereka yang ricuh. Entah mengerjakan pr, arisan, bermain kartu, atau yang dilakukan siswa laki-laki SMA dengan laptop dan memilih duduk dipojok.
Seokjin duduk dibangkunya, dibelakang bangku Soyou. Soyou menoleh kebelakang melihat Seokjin yang meletakkan bukunya dimeja.
"Jin, kudengar kau putus dengan Taemin-sunbae, itu benar gak sih? Bukankah selama ini kalian gak pernah bertengkar atau apa?"
Seokjin menatap Soyou yang masih senantiasa menunggu jawaban atas pertanyaannya.
"Iya, kami putus kemarin"
"Kenapa? Kalian bahkan tidak pernah bert--"
"Tidak semua pertengkaran menimbulkan rasa kesal dan membuat sebuah hubungan berakhir"
"Maksudmu?"
"Lihat saja, Jongin dan Kyungsoo. Mereka sering bertengkar tapi tidak pernah ada kata putus yang terucap dari keduannya"
Soyou mengangguk. Seokjin benar tidak semua hubungan yang berakhir berasal dari petengkaran. Soyou paham. Mungkin ada alasan tersendiri bagi Seokjin dan Taemin mengakhiri hubungan mereka.
Soyou melihat seseorang yang berada diambang pintu membuatnya terkejut dan menepuk lengan Seokjin.
"Ada apa, Soyou?"
"Taemin-sunbae mencarimu"
Seokjin menoleh keambang pintu. Melihat Taemin yang tersenyum melihatnya dan mengisyaratkan agar Seokjin menemuinya.
"Soyou, aku keluar ya"
Soyou mengangguk dan Seokjin pergi keluar kelas untuk menemui Taemin yang berstatus mantannya.
0o-o0
Taemin dan Seokjin duduk dikursi yang berada dibelakang sekolah. Sangat sepi dan tenang. Hanya kicauan burung yang mengisi keheningan mereka.
"Hm.. Sunbae, mengapa memanggil saya kemari?"
"Anu.. aku ingin menjelaskan semuanya. Aku tidak ingin kita berakhir dan panggil aku Oppa seperti biasanya"
Seokjin menggeleng.
"Cukup. Aku tau apa yang kau rasakan. Bukankah aku sudah bilang sulit sekali menjalin hubungan denganku. Aku bukan mereka yang bisa kau sentuh semaumu. Jadi, kau bisa bersama Na Eun. Aku setuju dengan hubungan kalian"
"Seokjin, dengarkan aku"
"Haruskah aku mendengarkanmu penjelasanmu setelah melihatmu duluan yang mencium dan menikmati tubuh Na Eun tepat di depan mataku? Aku ingin mengakhiri hubungan kita karena aku ingin hubungan kita tidak berakhir saling membenci"
"Mian. Aku ini juga namja normal yang ingin menyentuh yeoja. Maafkan aku. Harusnya aku tidak merusak hubungan kita seperti ini. Harusnya aku membicarakan masalah ini baik-baik denganmu. Tapi tidak bisakah kita kembali?"
"Tanpa memikirkan perasaan Na Eun? Lebih baik, aku yang sakit daripada Na Eun. Kau yang memulai, Kumohon jangan sakiti orang lain selain aku. Cukup aku, sunbae. Kumohon"
Taemin mengelus pucuk kepala Seokjin. Dengan segera Seokjin menghindar.
"Kau marah padaku, Jin?"
"Aku bisa merasakan betapa sakit hatinya Na Eun jika melihat kita seperti ini. Jangan bertemu denganku lagi sunbae. Biarkan kita hidup masing-masing tanpa saling berhubungan. Kita sudah berakhir"
Seokjin pergi meninggalkan Taemin yang duduk menunduk. Taemin menendang kursi yang ia duduki setelah Seokjin telah menjauh.
"Sial. Aku bahkan tidak bisa merelakanmu, Jin"
Taemin menggerang frustasi. Ia tidak bermaksud melakukan itu. Ia hanya seorang namja yang juga butuh belaian. Disisi lain, ia juga tidak ingin merusak Seokjin sebagai yeoja. Ia berada di posisi yang sulit bagi dirinya sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Life So Beautiful [Namjin Ver] [COMPLETED]
Fiksi PenggemarGS! Jin dan beberapa uke lainnya. Luka itu bisa sembuh. Sedih itu bisa dihibur. Tapi kepercayaan itu sulit didapatkan kembali. Mungkin itu yang akan Seokjin katakan jika mantan kekasihnya memintanya kembali. Seokjin dicampakkan. Ia tidak punya siapa...