Love

642 29 0
                                    

Pantaskah kecewa, dengan kebenaran yang nyata? Pantaskah benci dengan fakta? Kadang sekeras apapun dilawan, memang itu adanya.

•••

   GWENI memilih cabut kelas dengan alasan jenguk Joel. Entah apa yang ada dipikirannya semenjak kenal dengan Diego. Rasanya, semua masalah selalu datang padanya bertubi tubi. Seakan gak bosen buat singgah dihidupnya.

Dan entah apa yang membuat pikiran Nathan jadi pendek kayak tadi. Dengan kasarnya dia ngabisin Joel sampe berujung kerumah sakit gini. Malah sok dramatis lagi, pake acara bilang suka ke Gweni. Yang ngebuat Gweni makin benci sama 'tuh bocah.

"Mbak permisi, pasien yang baru dateng tadi, ada dikamar mana ya mbak?" tanya Gweni sopan.

"Sebentar saya check dulu ya mbak." kata nya sopan lalu diberi anggukan setuju dari Gweni. Gak sengaja Gweni menerawang, melihat sekitar rumah sakit. Betapa kagetnya dia saat melihat salah seorang yang dia kenal.

"Diego?" bisiknya.

"Ada diruang melati mbak, ruangnya dilantai tiga." potong mbak itu membuat Gweni kembali menoleh kearahnya.

"Eh? E-eng, i-iya makasih mbak." kata Gweni lagi- lalu berlari cepat kelantai 3 rumah sakit sambil meneteskan buliran air matanya yang sekarang sudah membanjiri pipinya.

Gweni lebih memilih lift karena disini sama sekali gak ada orang. Yang membuat Gweni langsung terduduk dilantai lift sambil masih terisak.

"Kayak gini banget ya hidup gue." isaknya sambil memeluk lututnya. Tak berapa lama, Gweni bangkit dari duduknya, lalu merapikan pakaian yang dikenakannya. Kemudian, bel lift membuatnya sadar, lalu berjalan keluar.

Dicarinya ruangan melati, tempat Joel dirawat. Diliriknya jam menunjukkan pukul 3 sore.

"Mana sih, udah sore juga." gerutu Gweni.

Bruakk

"Aduh!" pekik Gweni sambil memegang lututnya yang luka akibat bergesekan keras dengan lantai.

"Eh sori, gue nggak sengaja" katanya lalu membantu Gweni berdiri.

"Iyaya gakpapa." balas Gweni lalu pergi meninggalkan orang itu. Dan berjalan lagi untuk mencari ruangan dimana Joel dirawat. Tanpa menoleh sedikitpun.

"Iya, gue pantes dapetinnya dari lo. Karena gue sadar, dulu pernah gue gak noleh ke lo. Padahal lo yang ada didepan gue. Tapi gue malah liat ke yang lain. " batin pria yang menabrak Gweni tadi, sambil tersenyum kecut lalu kembali berjalan menjauh.

•••

"Joel.." panggilnya pelan saat dibukanya pintu bercat coklat dan memiliki tulisan Batur didepannya.

"Gweni!" pekik Fira yang sedang duduk di sofa gak jauh dari tempat tidur Joel.

"Kak Fira?!" pekik Gweni juga sambil berhambur kepelukan Fira.

"Aduh adiknya kakak.." kata Fira sambil melepas pelukan mereka.

"Eh bentar.. Lutut kamu kenapa luka gini?!" kata Fira khawatir sambil menatap serius wajah Gweni.

"Nggak papa kok kak. Tadi cuma tejatoh doang." balas Gweni lalu menghampiri Joel yang masih gak sadarkan diri.

"Cepat sembuh ya Joel.. Gue sayang sama lo deh.." kata Gweni sambil mengusap punggung tangan Joel. Kemudian duduk di sofa depan Fira.

"Lutut kenapa noh?! Tuh juga " tanya Fira sambil menunjuk matanya. Menandakan ada sesuatu dimata Gweni.

"Ha? Nggak apa apa kak Fir, cuma ditabrak orang doang, waktu nyari ruangan tadi."

"Terus nangis?" selidik Fira sambil menyipitkan matanya.

"E-eng, iyalah! I-iya! Gweni kan rada rada cengeng. Hehe" dustanya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Fira.

"Jangan bohong sama gue. Jujur napa sih Gwen." kata Fira lalu mengambil majalah yang tadi sempat dia baca sebelum Gweni datang. Dan kembali membacanya.

"Gue tadi ketemu Diego." Gweni bersuara, mengintruksi.

"Terus?"

"D-dia.. L-lagi pelukan sama cewek." yash final. Air mata yang ditahannya kembali tumpah, membuat Fira mendatanginya lalu memeluknya.

"Kali aja sodaranya.." balas Fira.

"Gue nggak apa apa kalo itu sodaranya atau pacarnya sekalipun. Karena emang, kita nggak ada hubungan, dan nggak pantes juga sebenernya gue nangis buat dia..." gantung Gweni sambil mengusap air matanya.

"T-tapi, kenapa mesti didepan mata gue kak! Kenapa mesti disaat gue udah bisa nerima dia sebagai orang yang bisa ngalihin perhatian gue dari Faris! Kenapa harus?! D-dan kenapa harus gue suka sama dia! Kenapa harus kak Fir?! Salah gue dimana?! Sampe mereka semua nyakitin gue, waktu gue sayang sama mereka?!" Tangis Gweni pecah seketika, semua kesal yang dia pendam selama berhari hari membuatnya lega seketika.

"Udah Gwen, nggak usah dipikirin lagi. Kamu punya kakak, punya Joel juga. Kamu tinggal cerita sama kita. Mudah mudahan kita berdua bisa bantu kamu kok. Tenang aja. Hapus air matanya dan jangan nangis lagi.." kata Fira menenangkan.

Beautiful GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang