This is not the end

845 24 1
                                    

"Kau tau? Tak ada kata indah dalam sebuah perpisahan. Semua perpisahan menyakitkan, seindah apapun akan selalu menyakitkan"
•••

   DIKEMASNYA barang barang yang ada dikamar yang cukup luas itu. Diego cukup nanar menatap bingkai foto yang menampilkan foto gadis dengan rambut kucir kudanya. Saat itu dia tengah tersenyum dengan kedua temannya Mira dan Mia.

"Kita pasti bakalan ketemu lagi, Gwen." katanya berjanji lalu memasukkan bingkai foto itu kedalam koper hitamnya dan menyeretnya keluar dari rumah.

"Kamu siap?" tanya mamanya cemas.

"Siap ma.." katanya lalu memasukkan koper itu kedalam tasnya.

Disisi lain. Gweni sedang berjuang untuk bisa dengan cepat sampai kerumah Diego dengan berlari sekuat tenaganya. Tak lupa ipod yang terus digenggamnya. Air mata terus mengucur dipipi gadis itu. Membuat pipinya lembab dan hidungnya memerah.

"Please, jangan pergi dulu, Go." bisiknya sambil terus berlari.

"Ma.. Bolehkan, kalo Diego berangkatnya bentar lagi?" tanya Diego kepada mamanya.

"Enggak, sayang. Nanti kamu ketinggalan pesawat." bantah mamanya.

"Diego masih—"

"Masih apa?" potong papanya.

"DIEGO!" teriak Gweni sambil terengah-engah ketika sampai didepan gerbang Diego yang sedang terbuka lebar.

Senyuman tulus pun sampai pada keduanya. Diego langsung berlari menuju Gweni dan langsung memeluknya.

"Ma—kasih udah nungguin gu—e nyam—pe," katanya masih terengah.

"Nggak kok. Gue gak nungguin lo," jawab Diego yang membuat Gweni melepas pelukannya dan menatap tajam Diego.

"Gue becanda." jawabnya enteng. Lalu mengusap lembut puncak kepala Gweni.

"Diego? Ayo berangkat nak, pesawat akan beragkat 20 menit lagi." intruksi mamanya.

"Sebentar ma." jawabnya.

"Apa yang lo tunggu?" tanya Gweni.

"Mana ipod nya?" tanya Diego sambil mengulurkan tangannya. Gweni pun memberikan ipod nya.

Dikutak katiknya sebentar lalu memberikan ipod itu kepada Gweni.

"Lo harus dengerin lagunya nanti, waktu kita bener bener pisah dibandara." katanya sambil menarik lengan Gweni.

"Ma, Gweni ikut nganterin Diego ke bandara." izinnya kepada sang mama dan dibalas dengan anggukan dan senyum tulus.

Didalam mobil, tak ada satupun diantara mereka yang membuka percakapan. Hanya sibuk dengan pikiran mereka masing masing.

Ditarik Diego kopernya, lalu meletakkannya disebuah trolly barang. Tak lupa dia berpamitan dengan papa dan mama nya. Lalu berlanjut ke Gweni.

Ditariknya Gweni sampai menuju pintu masuk. Tak ada yang berbicara. Seakan isyarat adalah hal yang paling tepat untuk mereka saat ini.

Kini, dinding kaca menjadi jarak antara mereka. Saat Diego sudah memasuki pintu utama. Tangan mereka menyatu diantara kaca yang menjadi orang ketiga. Tak terasa, buliran air mata yang sudah tertahan tak mampu lagi di bendung Gweni.

Diego mengisyaratkan agar Gweni mendengarkan lagu yang dia tunjukkan tadi. Didengarkannya lagu yang terputar di ipod itu.

Tak lupa Diego tersenyum lalu melambaikan tangannya dan berjalan menjauh dari Gweni. Lalu Diego mengeluarkan sebuah kertas bertuliskan

"See you on the other side❤" Diego terus tersenyum, meski Gweni tau. Ini adalah senyum terpahitnya yang pernah dia lihat dari Diego. Gweni hanya membalas dengan senyum singkatnya. Tak mau kalah, Gweni mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dengan cepat, dia menggerakkan jarinya dan menuliskan.

"See you—VERY soon💔" namun terlambat. Diego sudah pergi sebelum sempat membaca tulisan yang dia buat.

Tepukan dipundaknya menyadarkan Gweni dari pikirannya tentang Diego.

"Eh? Ta—tante," katanya gagu. Yang dipanggil dengan sebutan tante hanya mengangguk dan tersenyum ramah.

"Ayo kita pulang." ajaknya.

"E—enggak tan, Gweni pulang sendiri aja. Makasih untuk tumpangannya tan," kata Gweni sopan sambil ingin pergi namun ditahan.

"Jangan jadikan kepergian Diego, alasan kamu untuk gak melanjutkan harapanmu."

"Jika harapan ku ada di Diego. Lantas aku akan berbuat apa?"

"Kejarlah, jika memang dia harapanmu sesungguhnya." kata mama Diego sambil mendekati Gweni.

"Saya tak ingin dia terluka lagi. Tolong, kuburlah harapanmu bersamanya yang telah pergi. Lupakan dia, saya harap kamu paham. Bahwa tak selamanya yang kita cintai harus kita miliki. Jika kamu ingin dia bahagia, lepaskanlah."

"Lalu, bagaimana dengan ku?"

"Pergilah, cari kebahagiaanmu. Saya tau, bukan hanya dia kebahagiaanmu. Lanjutkan kehidupanmu, dan berhentilah menangis untuk hal yang belum pasti." kata mamanya sambil melangkah pergi.

"Saya akan terus berharap kebahagiaan saya ada dengannya! Yang entah kemana pun dia dan entah kapanpun dia kembali! Saya akan tetap berharap, meski itu mustahil sekalipun!" teriak Gweni sambil meluruh kelantai dan menangkupkan wajahnya dikedua telapak tangannya. Rasanya pedih.

Emosinya kian memuncak, membuatnya hanya bisa menyalurkan semua emosi yang dia punya lewat tangisnya.

"Lo udah janji. You'll be back .. Aku tau kamu gak bakalan ingkar janji, Go." lirihnya.

THIS IS NOT THE END

Beautiful GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang