Brraak!
Pintu ruang operasi terbuka
Semua yang ada disana langsung menghampiri dokter yang keluar dari pintu.
"Dok gimana?" Tanya Kak Alfron khawatir++
"Alhamdulillah pasien tertangani, tapi untuk saat ini pasien masih terpengaruh obat bius. Sehingga pasien masih belum sadar" ucap Dokter itu kemudian pergi meninggalkan mereka.
Pintu terbuka sekali lagi dan menampakkan Grenzy yang tertidur lemas di kasur yang didorong beberapa suster.
"Maaf? Bisakah pihak keluarga dari pasien mengisi formulir?" Tanya salah satu suster.
Alfron mengangguk dan mengikuti suster dari belakang.
Kini Lians, Leony dan Narron mengikuti Grenzy yang didorong menuju ruang VIP rumah sakit ini.
******
"Nar elo sebaiknya pulang dulu gih, baju elo ganti gitu" ucap Leony halus.
"Gue akan pulang kalo Grenzy udah bangun!" Ucap Narron dengan nada yang mengartikan kalo dia gak boleh ditentang.
"Oke kalo lo yang disini gue ama Leony pulang duluan" ucap Lians menepuk pundak Narron.
Mereka pulang dan meninggalkan Narron dan Grenzy sendiri.
"Zy, buka dong mata lo, gue kangen senyum lo" ucap lirih Narron dengan tetap menggenggam tangan Grenzy.
Ceklek!
Pintu terbuka, Alfron masuk masih dengan wajah yang menahan amarah. Narron yang kini sudah siap mental berdiri dan menghampiri Alfron.
"Kak gue minta maaf, gue memang salah kak" ucap Narron menunduk.
Alfron tetap diam.
"Kak... maaf-"
Plak!
Pipi Narron yang masih belum sembuh dari lebamnya, sekali lagi terkena tamparan dari Alfron.
Dan sedetik kemudian mereka kaget melihat Grenzy sudah berdiri diantara mereka.
*Grenzy Pov*
Narron tidak tahu anak yang dibelakanginya membawa kayu dan siap memukulnya.
Reflek aku berlari kearahnya dan.
Prrak!
Pandanganku kabur melihat Narron masih melawan dan sedetik kemudian semuanya hitam.
"Kak gue minta maaf, gue memang salah kak" ucap suara yang familiar dikupingku.
Tidak ada jawaban.
Perlahan kubuka mataku dan kulihat Kak Alfron dan Narron dalam diam.
"Kak... maaf-" ucapan Narron terhenti setelah kak Alfron menamparnya.
Dengan rasa sakit dikepalaku kulepas selang infus yang menempel ditanganku, dan menimbulkan darah muncrat keluar dengan deras.
Aku berjalan dan berhenti diantara mereka berdua. Mereka kaget dengan keberadaanku.
"Zy.. tangan lo" Ucap kak Alfron meraih tanganku.
Kulepaskan tanganku dari tangannya.
"Ini bukan salah Narron kak! Gue yang ngeyel ikut! Disini gue yang salah" ucapku membuat mereka terdiam.
"Gak usah nyalahin Narron dari ini semua kak" lanjutku membuat kak Alfron memelukku.
Sakit. Kepalaku sakit, tulang tulangku juga terasa nyeri. Semuanya sakit.
Kak Alfron melepaskan pelukannya dan menuntunku untuk kembali berbaring di kasur, sedangkan Narron keluar. Sudah pasti mencarikan dokter untuk mengembalikan infus ku.
Tak lama kemudian Narron sudah masuk dan disusul seorang dokter wanita muda.
"Loh, kok infusnya dicopot?" Tanya si dokter.
"Lah habis, tangan saya gatal, ya saya copot bu" ucapku melirik Narron yang menatapku tajam.
Aku hanya nyengir membalas tatapan Narron.
"Nama kamu Grenzy kan?" Tanya si dokter.
"Iya dok" jawabku.
"Jangan panggil saya dok dong, panggil saya kak aja ya, saya masih muda" Ucap dokter itu.
"Emang namanya siapa kak?" Tanyaku.
"Nama saya Divia, nah udah jangan dicopot lagi ya infusnya" ucapnya sambil menjauh dari kasurku.
"Oh iya, untuk mas masnya tolong jangan biarin Grenzy lelah ya.. biar sembuh dulu" ucapnya sekali lagi dan kemudian keluar.
Kak Alfron dan Narron masih diam tak mau bicara.
"Jadi, kalo kalian marahan, gak ada yang mau bicara ama gue?" Tanyaku menembus keheningan.
Kak Alfron dan Narron pun langsung memandangku.
"Gue udah minta maaf kok Zy, kak Alfron belum nerima" Ucap Narron dengan nada candaan.
"Hmm... iya deh gue maafin lo, tapi jangan diulang lagi ya" ucap Kak Alfron menoyor kepala Narron.
Dan kemudian kami tertawa lepas.
*****
"Nar elo gak pulang dulu?" Ucap Alfron.
"Kakak aja dulu, gue mau disini dulu" ucap Narron yang langsung diangguki Alfron.
"Yaudah, Zy gue pulang dulu ya, biar nanti Lians bawain baju gantinya Narron" ucap Alfron mengecup Puncak rambut Grenzy.
'Gue pengen' batin Narron.
"Ya kak hati hati" ucap Grenzy melambaikan tangannya.
Hening.
Setelah Alfron keluar, dikamar hening.
"Nar, elo gak mandi dulu?" Ucap Grenzy mengawali.
Narron mendekati Grenzy
"Nunggu baju datang Zy, emang lo mau liat gue telanjang?" Ucap Narron nyengir.
"Narron!" Kesal Grenzy.
"Hahaha... enggak enggak Zy, masih sakit gak luka lo?" Tanya Narron mengelus rambut Grenzy.
"Agak nyeri sih hehehe, tapi lo kok belum pakek plester? Muka lo banyak luka tuh" ucap Grenzy membuat Narron melangkah mengambil kotak p3k yang disediakan.
"Gue mau kalo elo yang ngerawat gue" ucap Narron dengan senyum jahilnya.
"Ooh, jadi ayang Arron maunya diobatin ama dedek Ezy?" Tanya Grenzy yang langsung membuat Narron tersedak air minum yang dia minum.
"Hukh hukh, gue jijik lo panggil gue gitu" ucap Narron meletakkan minumnya.
"Milih dipanggil ayang Arron, apa Fak?" Tanya Grenzy yang langsung membuat Narron mendelik tajam.
"Eeeh udah dong matanya mas, gue tau gue cantik tapi jangan natap gue gitu juga kali" ucap Grenzy pede.
Langsung saja Narron menoyor lengan Grenzy pelan.
"Nar sini tuh kotak p3k gue obatin elo" ucap Grenzy dan Narron menurut.
Dengan hati hati Grenzy membersihkan luka di wajah Narron.
"Nah udah kan, coba liat gue" ucap Grenzy mengarahkan wajah Narron kearahnya.
"Tuh kan muka lo fresh gitu, biar lebih fresh lo mandi gih, biar seger pake rrr" ucap Grenzy.
"Yaudah gue mandi dulu, jangan ngintip lo " ucap Narron kemudian masuk ke kamar mandi.
Grenzy melirik jam di handphone-nya.
17.35
Ceklek!
Pintu terbuka. Dan ternyata...
•••••••••••••
Ternyata apa hayo?? Part ini emang agak pendek dari biasanya. Masalahnya author lagi gak mood, hehehe.
Itu aja, jangan lupa Vomment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Action The Troublemaker
Teen Fiction(Complete) Udah selesai ceritanya, tapi tidak untuk vote dan komennya ya~ *** Ketika sebuah misi membahayakan perasaan. Dan sebaliknya, perasaan bisa membahayakan misi. Semua sudah terencana, tapi entah apa yang terjadi. Perasaan itu muncul, membawa...