Hari ini aku merasa seperti berada di dunia lain, entah mengapa. Kehampaan yang kurasa, setelah perselisihan beberapa waktu silam.
Mungkin memang benar ungkapan "persahabatan bagai kepompong" merupakan petikan lagu yang dicipta dan dipopulerkan Sinden Kosta. Menjadi kepompong tentu sangat tidak mengenakkan. Terbalut dalam selimut tebal yang menyesakkan, tiada bisa bernafas apalagi bergerak. Kemudian ketika menjadi kupu-kupu pun sayapnya terluka. Meski sering diobati, namun luka itu gampang menganga kembali.
Hanya terkena semilir angin sedikit, luka itu telah melebar dengan cepat bahkan lebih parah dari sebelumnya. Begitu seterusnya, luka yang semakin membesar, membuatnya sulit diobati.Teringat kisah para sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang meski termasuk insan pilihan, namun tidak menutup kemungkinan ada perselisihan diantara mereka. Bedanya mereka memiliki keimanan yang sangat kuat, sehingga dapat membentengi dari berbuat ingkar.
Sedang aku?
Kekuatan apa yang bisa membuatku untuk tetap bertahan?
Menghadapi badai timbul tenggelam, dengan irama tidak beraturan dan intensitas semakin tinggi?
Kekuatan Ruhiyah semakin melemah, disertai kekecewaan yang meningkat. Egoku mengajak tuk bertahan dengan pandangan yang tertanam.
Adakah kekuatan lain yang bisa menggiringku kembali ke jalan?
Ya Rob...
Tuntunlah langkah diriku yang hina ini
Yang selalu mengulang elegi
Terjerumus ke jurang yang sama di setiap sisi***
Suatu niat baik adakalanya dinilai tidak baik oleh orang lain, disitu waktunya kebijakan hati diuji.
Apakah akan tersinggung? Ataukah menerima hujatan dengan lapang?
Ego mengalahkan nurani. Letak pendewasaan pola berpikir yang sesungguhnya.
Mungkin gampang sekedar memberi saran manakala tidak berada diposisi terpojok. Menjadi manusia setengah dewa dengan berbagai macam solusi jitu.
Tapi apakah akan demikian ketika Anda di posisi ini?
Kuacungi jempol untuk yang bisa tetap tenang dan positif manakala seluruh mata tertuju, seluruh jemari menunjukmu sebagai pesakitan.
Ach sudahlah...
Rasa jengah itu tempatnya hanya di relung hati
Jangan kau turuti nafsu duniawi
Kan rugi diri sendiri
Sedang yang kau rutuki tiada mengerti
Hanya menambah penderitaan nurani***
Elegi dua hati
April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Bait Mu
SpiritualKerinduan akan Kekasih Sejati Namun kadang tersesat jalan atau terpaku dipersimpangan Kenyataan yang mungkin bagi sebagian orang merupakan kebenaran atau malah pembenaran