الله اَكْبَرُ ،الله اَكْبَرُ - الله اَكْبَرُ ،الله اَكْبَرُ...
Suara Adzan subuh itu membangunkan Nisa. Matanya yang masih sangat berat perlahan ia buka. Tadinya dia ingin kembali memejamkan matanya tapi entah kenapa, suara adzan subuh ini begitu menarik perhatiannya.
"Merdu sekali suaranya." Gumamnya tanpa sadar.
Husnah berbalik memperhatikannya. Dia yang kali ini tampak biasa saja mendengar adzan subuh itu memperhatikan Nisa dengan sangat teliti. Nisa tak berkedip, Nisa tetap diam diposisinya, bagaikan patung yang terhipnotis suara adzan itu. Perlahan ia mendekati Nisa. Dan tiba dipenghujung Adzan Husnah mengangetkan kawannya itu.
"Astagfirullah Hal Adzim, Husnah. Kamu ini bikin kaget saja." Pekik Nisa.
Husnah menyengir. "Ya habisnya kamu serius banget sih dengar suara adzan tadi."
Nisa menyadari dirinya. Perlahan pipinya bersemu merah. Tapi sungguh suara adzan tadi merdu sekali. Lebih merdu dari suara adzan yang sebelum-sebelumnya. Kembali Nisa menatap Husnah. Kini dia yang terheran melihat sikap Husnah yang tampak biasa saja.
"Ehh, tapi Husnah. Kok tadi kamu tampak bisa saja sih mendengar suara adzan tadi?" Tanyanya.
Husnah menatapnya. "Ohh itu. Yah aku nggak begitu suka sih kalau dia yang adzan. Aku lebih sukanya kalau yang kemaren-kemaren itu." Perlahan pipinya bersemu.
Nisa tersenyum, kini dia sudah yakin kalau kawan sekamarnya ini memang menyimpan rasa pada Muadzin itu.
"Tapi. Sepertinya suara adzan tadi jauh lebih merdu deh dari yang kemarin." Katanya kemudian.
"Yee.. lebih merdu yang kemarin tau."
"Tidak, Husnah. Menurutku lebih merdu yang ini. Suaranya lembut. Bikin hati adem." Tanpa sadar pipi Nisa juga memerah.
Husnah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata "Aduhh.. Selera kamu pasaran, Nisa."
Nisa bingung mendengar perkataan Husnah. "Maksudnya pasaran?"
"Iya. Pasaran. Karna suara yang kamu dengar tadi itu suaranya. Emyl."
"Emyl?"
~~☆♡☆~~
Pagi ini, Nisa tampak begitu terburu buru. Buku Diary-nya yang entah terselip dimana membuatnya terlambat memasuki kelas. Dia dengan sangat terburu-burunya tak lagi fokus menatap jalan hingga di persimpangan koridor dia tanpa sengaja menabrak seseorang. Semua bukunya jatuh berserakan.
"Maaf.. maaf aku tidak sengaja." Ujarnya sembari memunguti buku-bukunya.
Seseorang yang tadi ditabraknya ikut membantunya. Satu-persatu buku yang berserakan itu mereka punguti hingga pada buku terkahir tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan.
Sentuhan itu mengalihkan perhatian Nisa. Dia yang semula hanya tertunduk perlahan mengangkat wajahnya menatap rupa seseorang yang tadi ditabraknya. Ternyata itu adalah seorang pemuda. Dan kini pemuda itu terpaku menatapnya.
"Astagfirullah." Nisa menarik tangannya cepat. Pandangannya kembali ia tundukkan.
"Maaf.. maaf. Saya tidak sengaja." Ujar pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
AcakTim Author : Hasna_Anna Jawara Indonesia Arena-1 Tim Rabu Berawal dari suara Hati ini bergetar untuk pertama kalinya Saat dimana bait-bait adzan itu dikumandangkan Dan saat dimana ayat-ayat suci itu dilantunkan dengan begitu merdunya Disitulah hati...