Chapter 10 - Getaran Cinta (Emyl's Side)

376 18 0
                                    

Cinta yang hakiki itu adalah mencintai karna Allah,
Dan penantian yang tak akan memusnahkan harapan adalah menerima segala ketentuan-Nya...

~~♡☆♡~~

Hari semakin Sore. Langit biru yang kini menaungiku perlahan berubah menjadi jingga. Aku menghela nafas, tiba saatnya aku untuk pulang. Tapi jujur saja, aku sangat tak ingin pulang ke rumah. Kejadian semalam membuatku merasa tak bisa lagi tinggal disana.

Tapi ketika mengingat Umi, aku tak mungkin bisa lari dari keaadaan ini.

Demi Umi, Kaki ini bergerak melangkah meninggalkan tempat persembunyianku. Sebuah Taman Kecil yang sudah tak berfungsi lagi. Hanya ada bangku-bangku kayu yang mulai rapuh. Juga rumput-rumput hijau yang tumbuh liar tak terawat. Disinilah aku selalu menghabiskan waktuku jika hati ini sedang merasa tak baik.

"Teh Sofia?" Aku sangat terkejut mendapati Teh Sofia tiba-tiba berada dihadapanku. Pikirku, sedang apa kakakku itu di tempat ini? dan kenapa ia bisa tahu aku ada disini?

"Teteh tahu dari Umi. Teteh kesini karna khawatir sama kamu, sejak pagi kamu nggak ada di rumah. Umi juga sangat mencemaskanmu, makanya Teteh Kemari." Teh sofia seolah mengerti isi pikiranku.

Aku hanya terpaku menatapnya, kesadaranku kembali ketika tangannya menarik lembut lenganku. "Ayo pulang."

"Aku nggak mau pulang Teh."

"Naha(Kenapa)? Karna Abi?"

Aku kembali terdiam, rasanya tak perlu ku menjawab pertanyaan Teh Sofia. Teteh juga pasti sudah sangat paham apa alasanku tak ingin kembali ke rumah.

Teh Sofia tersenyum kearahku, kemudian membawaku ke salah satu bangku kayu yang berada di dekat kami. Perutnya yang mulai membesar membuatnya kesulitan untuk berjalan. Aku menjadi kasihan dan malu terhadapnya, dengan keadaannya yang seperti ini Tetehku itu mau repot-repot menjemputku. Ternyata Teteh sangat menyayangiku, tapi apa yang sudah ku lakukan. Aku selalu saja membangkang kata-katanya.

"Ayo Teh. Kita pulang saja." Kataku langsung ketika Teh Sofia sudah duduk diatas bangku itu.

Teh Sofia kembali tersenyum. "Tunggu dulu. Sini, ada yang mau Teteh bicarakan denganmu."

Teh Sofia memerintahkanku duduk disampingnya, tentu saja kali ini aku tak menolak perintahnya. Aku duduk tepat di sebelahnya tapi arah pandangku tak mengarah padanya. Rasanya canggung sekali berada didekat Teh Sofia. Mungkin karna sudah lama kami tak pernah berbincang seperti ini lagi.

"Emyl, Teteh tau apa yang kamu rasakan. Teteh ngerti kalau ini nggak mudah buat kamu. Tapi Teteh juga sangat faham apa maksud Abi." Teh Sofia memulai obrolan kami. Sejurus kemudian aku beralih menatapnya.

Teh Sofia tersenyum. Sebelah tangannya menggenggam tanganku. "Emyl, dengar Teteh. Orang tua biasanya jauh lebih peka dari pada kita anak-anaknya. Dan semua orang tua menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya. Itulah kenapa abi melakukan ini semua."

"Tapi kenapa harus aku, Teh. Kenapa bukan Bang Hanif saja?"

Teh Sofia lagi-lagi tersenyum. "Karna kamu jauh lebih istimewa Adikku Sayang."

Aku mengernyit mendengar jawabannya. Sama sekali tak mengerti maksud Teh Sofia. Namun Teh Sofia semakin tersenyum melihat kebingunganku.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang