Chapter 10

9.8K 615 7
                                    


Maria berjalan sendirian di tepi Sungai Alleghei.

Mrs. Vye hampir saja bangun kesiangan andai kata Maria tidak membangunkannya. Maria merasa bersalah telah membuat wanita tua itu menantinya hingga larut malam.

Saat ia tiba di pondok Mrs. Vye, waktu menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Wanita itu tampak sangat lelah pagi ini, karena itu ia tidak ikut Maria berjalan-jalan di tepi sungai Alleghei.

Sebenarnya Mrs. Vye merasa enggan tidak pergi ke Sungai Alleghei seperti biasanya, tetapi karena tubuhnya sangat letih, ia dengan terpaksa memilih untuk tidak pergi berjalan-jalan.

Walaupun Mrs. Vye tidak tampak menyesal apalagi marah pada Maria karena pulang larut, tetapi Maria merasa bersalah.
Pagi tadi ketika Mrs. Vye mengatakan ia akan tinggal di rumah, Maria ingin menemani wanita itu.
Mrs. Vye menggelengkan kepala dan menyuruh Maria pergi sendirian.

Maria mulanya merasa enggan tetapi ketika ia teringat janjinya pada Ityu, ia akhirnya memutuskan untuk pergi sendirian menyusuri sungai yang cukup besar itu sebelum menuju rumah Ityu.

Kini ketika Maria memandangi sungai yang bercahaya tertimpa sinar mentari pagi itu, Maria teringat kembali perjalanan pulangnya dari rumah Alexander.
Malam itu, mereka tidak langsung menuju pondok Mrs. Vye. Mereka berhenti sebentar di tepi Sungai Alleghei.

Ketika mereka melewati sungai itu, Maria memandang terus sungai yang tertimpa cahaya lembut sang dewi malam.
Seperti mengetahui pikiran Maria, Alexander segera menyuruh kusir kereta menghentikan kereta dan mengajak Maria menuju sungai itu.
Maria merasa sangat senang. Selama ini ia selalu ingin menikmati keindahan sungai itu di malam hari. Tetapi karena mengetahui kepercayaan penduduk Obbeyville, ia memilih untuk mengikuti kepercayaan itu.

Maria tidak pernah mengatakan keinginannya itu kepada siapa pun. Dan kini tanpa diberitahu Alexander mengajaknya menuju sungai itu.

“Sungai ini selalu terlihat indah dan bercahaya,” kata Maria.

“Seperti engkau,” timpal Alexander.

Maria yang asyik memandang permukaan Sungai Alleghei yang memantulkan cahaya bulan, menatap Alexander. “Mengapa Anda berkata seperti itu?” tanyanya.

Alexander tersenyum dan berkata, “Karena memang demikian yang kulihat. Seperti sungai ini, engkau selalu terlihat bercahaya di manapun dan kapan pun juga.”

“Tidak sama, Al,” kata Maria, “Sungai ini bercahaya karena kejernihannya dan terlebih lagi karena sinar yang selalu menyertainya baik di siang hari yang panas maupun di malam hari yang dingin.”

“Aku melihat engkau menyerupai sungai ini. Engkau tampak menarik di manapun engkau berada,” Alexander mengulurkan tangannya.

Maria terkejut ketika Alexander menyentuh pundaknya yang telanjang. Tangan pria itu menaikkan syal putih yang terjatuh dari pundaknya.

Walaupun sentuhan itu sesaat, tetapi sudah dapat membuat Maria merasa pipinya memerah dan jantungnya berdebar-debar.

“Apakah engkau kedinginan?” tanya Alexander kemudian ia meraih tubuh Maria, “Engkau mengigil.”

Maria menggeleng di pelukan Alexander namun tidak berusaha melepaskan diri.
Sikap melindungi yang ditunjukkan Alexander membuatnya teringat pada pelukan yang sama dari seseorang di masa lalunya yang selalu melindunginya dan menjaganya dari apa pun.

“Apakah engkau yakin?”

“Ya,” jawab Maria lirih.

Mendengar jawaban yang hampir seperti bisikan itu, Alexander berkata, “Sebaiknya aku mengantarmu pulang sekarang. Udara malam musim panas di sini sangat dingin, aku tidak ingin engkau jatuh sakit karenanya. Di samping itu besok engkau mempunyai banyak pekerjaan.”

Gadis MisteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang