Chapter 16

9.5K 634 22
                                    

Princess Minerva memincingkan matanya. Sinar matahari yang menyilaukan membuat ia sulit melihat tempat ia berada. Tanpa sadar ia menutupi arah datangnya sinar menyilaukan itu dengan tangannya.

Tiba-tiba sesosok pria menutupi sinar yang menyilaukan itu. Pria itu berdiri tepat di depan jendela menuju serambi yang memantulkan sinar matahari yang menyilaukan itu.

Mula-mula Princess Minerva melihat tubuh pria itu tampak hitam dengan sinar matahari di sekelilingnya yang membuatnya silau. Princess Minerva berusaha mengenali sosok itu dan ketika ia telah mengenalinya, ia tersenyum dan berkata lemah, “Al….”

Perkataan Princess Minerva disambut dengan pelukan yang tiba-tiba.

“Minerva, aku khawatir sekali. Kukira engkau akan selamanya menjadi putri tidur,” kata Pangeran Alcon sambil mempererat pelukannya.

“Al…,” sekali lagi Minerva memanggil Pangeran Alcon.

Pangeran Alcon semakin mempererat pelukannya seolah-olah tidak ingin melepaskan Princess lagi.

Princess Minerva tersenyum di pelukan kakaknya. Ia meletakkan kepalanya di pundak Pangeran Alcon dan menutup matanya. Princess Minerva tahu saat ia terbaring, ia sering dipeluk kakaknya. Sering dalam mimpinya ia merasakan hangatnya tubuh seseorang melindunginya dari udara dingin di sekelilingnya.

Pangeran Alcon kebingungan dengan kediaman Princess Minerva.
“Engkau baik-baik saja, Minerva?” tanya Pangeran cemas.

Princess Minerva mengangguk. “Aku baik-baik saja.”

“Mengapa engkau diam saja?”
Princess Minerva tersenyum. “Aku merindukan segala sesuatu tentangmu, Al. Aku rindu kaupeluk seperti ini.”

Pangeran meletakkan kepalanya di atas kepala Princess Minerva. “Aku juga sangat merindukanmu, Minerva,” katanya sambil membelai rambut Princess Minerva.

Princess Minerva melihat sekeliling kamarnya dari pundak Pangeran Alcon.

Kamarnya sama sekali tidak berubah sejak ia meninggalkannya tahun lalu. Tirai-tirai putih masih menutupi jendela panjang menuju serambi. Demikian pula tirai-tirai yang menggantung pada tiang tempat tidurnya yang besar. Bunga-bunga masih memenuhi ruangan itu, di dekat jendela, di pojok ruangan juga di atas meja rias yang antik.

Pangeran Alcon yang mengetahui adiknya tengah memperhatikan ruangna yang telah lama ditinggalkannya, tersenyum sambil terus membelai Princess Minerva.

“Al,” kata Princess Minerva tiba-tiba.

“Ada apa, Minerva?”

“Aku ingin ke serambi.”
Pangeran terkejut mendengarnya.

Ia menjauhkan tubuh Princess Minerva dari pelukannya dan menatap lekat-lekat wajah Princess Minerva yang kebingungan.

“Tidak, Minerva,” kata Pangeran Alcon sambil menggelengkan kepalanya.

“Tetapi, Al…. Aku ingin sekali melihat keadaan di luar. Rasanya sudah lama sekali aku terus berada di sini,” kata Princess Minerva.

“Benar. Engkau terus terbaring diam di sini lama sekali. Rasanya satu abad engkau menjadi putri tidur.”

“Satu abad?” tanya Princess Minerva sambil tersenyum, “Lama sekali.”

“Benar. Sekarang engkau harus diam di sini.”

“Ayolah, Al. Aku merasa seperti boneka bila engkau tidak mengijinkan aku ke serambi,” bujuk Princess Minerva, “Aku ingin sekali melihat cuaca di luar.”

“Tidak, Minerva. Aku lebih senang engkau menjadi boneka yang manis daripada menjadi putri tidur yang cantik,” kata Pangeran Alcon, “Lagipula musim gugur hampir berganti.”

Gadis MisteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang