part9

10.2K 624 1
                                    

Aurelia turun dari mobil Jazz putihnya. banyak pasang mata yang melihat Aurel dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"udah deh jadi cewek itu jangan sok cantik" siapa lagi kalau bukan si nenek sihir Fania.

Aurelia menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. entahlah dia merasa Fania selalu mengganggunya.

"apa?" tanya Aurel santai.

tin tin

Suara klekson mobil Olivia dan Revana membuat Fania kesal. Olivia dan Revana turun dari mobil dengan sombong. mereka sengaja karna tau Fania sedang cari masalah dengan Aurel.

"apaan sih cabe?" ucap Fania membuat Olivia emosi.

"ngaca bung! situ ada kaca gak dirumah? kalau gaada perlu saya belikan?" ucap Olivia.

"ada, napa? lo mau minjem? orang miskin" Fania tersenyum licik.

"situ yang butuh ngaca situ yang mau minjemin orang, situ sehat?" tanya Olivia membuat beberapa murid yang mengerumuni mereka tertawa.

"jangan ketawa!" bentak Fania membuat mereka semua diam.

"gue peringati lo ya Fania Hitler Burke yang entah cucu Burke dari mana asalnya tolong ya gaada yang nyari masalah sama lo, jangan ganggu hidup gua ataupun saudara gua lagi! atau lo bakal terima akibatnya" ucap Revana penuh penekanan.

"udah semua, Bubar!" pinta Olivia dengan lantam membuat semuanya bubar. termasuk Aurel yang berjalan santai seperti tidak ada masalah barusan.

Olivia dan Revana mengejar Aurel. mereka menemukan Aurel yang sedang duduk di kantin sambil melahap baksonya dengan santai.

"eh bang, sat lo lama-lama gue bunuh di rawa-rawa juga ye" ucap Olivia ke Aurelia.

"ho-oh bunuh aja" balas Aurelia santai.

"untung lo sodara gue rel kalo gak udah gue santet lo dari kecil" ucap Olivia kesal.

"eh bagi dong" ucap Revana memamerkan sederet giginya ke Aurelia.

"tai lo, pantes gak ngomel ternyata ada maunya" walaupun mengoceh Aurelia tetap memberikan baksonya ke Revana.

"eh gue masih penasaran deh, Fania itu cucu dari keluarga Burke yang mana sih?" tanya Olivia membuat Revana tersedak.

"gue juga heran" ucap Aurelia.

"eh anying, gue kesedek kalian malah bahas Fania? oke cukup tau aja" ucap Revana kesel.

"udalah, lagian kan cuma kesedek bukan kebunuh" balas Aurelia santai.

"kita harus cari tau secepatnya latar belakang Fania sebenarnya gimana" ucap Olivia serius.

"iya, gue setuju kalau gak harta keluarga Burke bisa jatoh ke tangan dia" ucap Revana.

"yaudasih, kalau dia mau ambil aja. lagian itu cuma sementara, gak abadi right?" lagi-lagi Aurelia sangat santai.

"kadang gue gatau cara pikiran lo deh rel" ucap Olivia yang mulai stress.

"hooh, otak lo isinya apa sih?" tanya Revana.

"gue nanyak kalian deh, kalian mati bawa harta?" tanya Aurelia.

"kagak la begok" balas Olivia.

"ya ngak la otak lo dipinjem siapa sih?" tanya Revana kembali.

"ha itu tau, yauda kalau dia mau ambil harta keluarga Burke juga gue bodoamat" ucap Aurelia lalu beranjak pergi ke kelas.

"tuh anak otaknya dari kecil entah gaada atau gimana sih?" tanya Revana.

"mana gue tau, dia kecil gue juga masih kecil" ucap Olivia.

"mbak, baksonya belum dibayar" ucap bang bakso ke Olivia dan Revana saat mereka hendak beranjak pergi.

"dasar sodara durhaka, pantesan dia kasi cuma-cuma ke gue" umpat Revana sambil mengeluarkan uang dan memberikannya ke bang bakso.

"udah kembaliannya buat abang aja" ucap Olivia lalu menarik tangan Revana.

"eh tai, uang gue" ucap Revana.

"udahlah, bersedekah sekali-sekali" ucap Olivia santai.

"sekali-sekali palamu peyang, hampir tiap gue beli makan lo kek gitu" ucap Revana menyosor kepala Olivia.

"sakit woi" kesal Olivia

yuhuu
i'm back

kelamaan ya?
yauda deh maap:*

ingat vote and comment yash

tengkiu😘

Triplets In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang