Kelas Terburuk

46 7 3
                                    

Tidak semua orang menginginkan sebuah pekerjaan. Mereka menganggap pekerjaan adalah suatu hal yang membosankan. Terlebih lagi bagi seseorang yang malasnya luar biasa seperti Badrun. Ya, Badrun adalah seorang guru, lebih tepatnya calon mantan guru, di sebuah SMA di Bogor. Dia boleh dibilang selalu saja bertengkar dengan muridnya. Ya, kemalasannya semakin bertambah tatkala dia menjadi wali kelas 3-E, tempat para murid nakal bersemayam.

“Pak, kita hari ini ngapain?” tanya seorang murid berambut lurus panjang bernama Nita.

“Lho, kamu itu bagaimana, sih? Hari ini saya datang kesini membawa buku. Tentu saja kita akan belajar geografi seperti biasanya?” jawab Badrun dengan sedikit kesal.

Baru saja masuk ke kelas, ‘Pak’ Badrun selalu saja kesal, walaupun para muridnya mungkin hanya bertanya. Pertama kalinya ia merasakan menjadi wali kelas. Tetapi itu tak lantas membuatnya senang lantaran dia ditempatkan di lantai paling bawah, yaitu kelas E, dimana biasanya kelas E merupakan kelas paling buruk di sekolah itu dan orang-orang yang masuk kelas E, merupakan siswa dengan catatan terburuk. Kekesalannya itu berawal dari sebuah kejadian iseng yang dilakukan para muridnya 6 bulan yang lalu.
***

Hyaaattt..... terima ini‼” teriak Putra, murid yang paling tidak rapi. Rambutnya acak-acakan, baju tidak teratur, pokoknya super berantakan.

“Aduh, kau mengenai lukaku. Baru saja kakiku ini terluka akibat jatuh dari sepeda motor, malah kau buat makin terluka,” sahut Andi, satu-satunya orang yang berkacamata di kelas 3-E.

“Hehe, maaf deh. Habisnya aku terlalu terbawa suasana. Rasanya benar-benar seperti dalam anime,” Putra meminta maaf kepada Andi.

“Sudah deh, kalian tidak usah bermain seperti itu, kalian itu sudah dewasa, harusnya lebih bisa bersikap dewasa sedikit,” sahut salah seorang gadis berkerudung.

“Iya deh Rika, aku janji tidak akan mengulanginya lagi,” sahut Putra.

“Baiklah, sekarang lebih baik kalian duduk, sudah bel masuk dari tadi, takut ada guru yang melintas, bisa bisa kita dihukum sekelas,” ucap gadis tadi yang diketahui bernama Rika.

“Baiklah, ketua,” ucap Andi dan Putra.

Begitulah suasana yang tergambar di kelas 3-E. Mereka semua sudah saling mengenal satu sama lain. Bagaimana tidak? Mereka dipaksa harus sekelas selama 3 tahun. Bosan rasanya hidup seperti itu. Apalagi untuk seorang Rika, ketua kelas yang bijaksana dan alim, sedih rasanya bila mempunyai teman seperti itu selama 3 tahun.

Tap... tap... tap...  Badrun berjalan dengan sangat lemas mengingat bahwa hari ini dia resmi menjadi seorang wali kelas. ‘Huuhh rasanya seperti di penjara, terkekang dan tak punya waktu lebih untuk setidaknya bermain satu game’ gumam Badrun. Kalau saja dia tidak dalam keadaan berperang dengan uang, mungkin saja dia tidak akan menjadi seorang guru dan lebih memilih bermain game.

Cklek.

“Pagi, semuanya...” sapa Badrun

“Pagi, eh?” semua murid kebingungan

“Kalian bingung ya? Perkenalkan nama saya Badrun Galath. Saya ditunjuk untuk menjadi wali kelas di kelas ini. Saya ingin tahu dong nama kalian,” ucap Badrun panjang lebar.

“Saya Ami.” “Saya Nita.” “Saya Jodi.” “...” dan seterusnya. Begitu sampai di bagiannya Putra, “Saya... umm.. Putra,” kata Putra.

“Tumben sekali Putra seperti itu, apa dia orangnya tidak terbiasa dengan guru baru?” bisik salah seorang murid, Nino namanya.
Brakkkk!!!! tiba-tiba ada seseorang yang menjatuhkan kursinya. Sontak semua terkejut dibuatnya. Belum lagi keadaan kelas yang kotor dan berantakan, semakin menjadikan Badrun tidak betah berada di kelas itu berlama-lama.

Amazing ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang