"Cinta itu memang sulit untuk ditebak, ya? Kalau sudah namanya cinta, seseorang sepertiku bisa sampai tidak sadar diri, bahwa orang yang aku cintai jauh lebih sempurna daripada aku. Dan tak mungkin juga putri raja akan menikahi pemulung, kecuali kalau dia kasihan. Tapi, apa aku bisa mendapatkan seorang bidadari yang punya bodyguard yang sangat tangguh?"
***Tok tok tok....
“Siapa sih pagi-pagi sudah bertamu saja?” Badrun berkata sambil berjalan lemas dan mengucek mata karena benar-benar ia baru bangun tidur.
Cklek...
“Nino? Ada apa pagi-pagi datang kemari?” Nino tepat berdiri di depan pintu rumah Badrun, dan tersenyum seketika kearah Badrun. “Hehe, saya hanya ingin menjemput Bapak saja kok,” ucap Nino. Tumben sekali anak ini mau datang kerumah Badrun hanya untuk menjemput Badrun, begitulah isi pikiran Badrun. “Em, Arina ada?” tanya Nino. “Arina sudah pergi ke sekolah sekitar 15 menit yang lalu,” jawab Badrun.
***“ARINAAAA.....” teman-temannya berteriak kepada Arina sambil lari kearahnya dan beberapa dari mereka memeluk Arina. “Hei, ada apa?” Arina yang baru sampai di sekolah pun bingung. “Kami rindu padamu Arina.” Arina memang menjadi primadona di kelasnya. Dia cantik, baik, ramah, cerdas pula. Bahkan dia pun menunjukkan sosok kepemimpinannya. Kakaknya, Badrun, bahkan lebih baik dari dia. Hanya saja malasnya itu membuat Badrun terlihat lebih buruk dari Arina.
“Haha, kalian terlalu berlebihan, aku kan hanya pergi untuk seminggu saja,” Arina bahkan tertawa melihat kebiasaan teman-temannya ini, yang selalu saja bertindak berlebihan ketika salah seorang temannya tidak masuk dalam waktu yang relatif singkat. Memang selama seminggu itu, Arina ikut oleh kakaknya Badrun untuk mengunjungi Taman Nasional Kepulauan Seribu untuk melakukan penelitian. Arina hanya disuruh membantunya meneliti biota lautnya saja, sedangkan sisanya urusan Badrun. Sudahlah, perjalanan itu tidak terlalu penting bagi Arina, walaupun ada satu momen spesial-
TEEEEEETTTTT…..
Bel masuk telah berbunyi. Semua murid di SMA Huth masuk ke dalam kelas.di kelas 3-A ada pelajaran fisika, kelas 3-B pelajaran bahasa Indonesia, kelas 3-C pelajaran biologi, kelas 3-D pelajaran geografi, dan kelas 3-E pelajaran sejarah. Karena Badrun mengajar geografi, otomatis saat ini Badrun mengajar di kelas 3-D. Walaupun materinya sama, namun Badrun tidak menyuruh murid-murid kelas 3-D untuk observasi juga.
“Ya anak-anak, hari ini kita mengerjakan LKS saja ya,” Badrun sudah malas mengajar, padahal itu baru jam pertama.
“Woo Bapak masa kita tidak sama dengan kelas 3-E‼‼” “Bapak memperlakukan kita dengan tidak adil‼” “Mentang-mentang wali kelas 3-E adalah Bapak.” “3-E yang tidak mampu apa-apa, malah Bapak ajak observasi.” Begitulah teriakan para murid kelas 3-D. Hal itu membuat Badrun kaku, bahkan seperti patung, tidak bisa bergerak, dan bahkan Badrun semakin malas mengajar.
***“HEI APA YANG KAMU LAKUKAN?!?!?!?” ucap Rika memarahi Andi. Suasana kelas E sedang gencar. Sepulang dari Pulau Seribu kemarin, ada banyak konflik di kelas 3-E ini. Pertama, perseteruan Andi dan Nino, dan yang kedua, mereka semua siswa kelas 3-E seperti terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu Barat yang dipimpin Nino dan kubu Timur yang dipimpin Putra. Mereka melakukan hal yang biasa terjadi, namun kali ini nampaknya mereka lebih terorganisir. Bahkan tak satupun dari seorang yang ada di kelas E yang tidak mempunyai kubu. Bahkan sang ketua kelas pun ikut masuk ke kubu Barat.
“Baiklah anak-anak, ada yang bisa menjelaskan ini?” guru sejarah yang sabar ini pun mulai membuka suara lagi, akibat tadi sedikit terganggu oleh perseteruan Andi dan Nino perihal perempuan. Semua anak pun mengangkat tangan secara hampir bersamaan. Tak disangka pelajaran berharga dari sang wali kelas, yaitu Badrun, bisa membuat kelas E yang terpencil ini menjadi cerdas. Tetapi kecerdasan mereka malah digunakan untuk membagi kelas E menjadi dua kubu tadi. Dan selama kegiatan belajar mengajar, dua kubu ini selalu bersaing untuk masing-masing mendapatkan perhatian dari guru pelajaran mereka hari ini. Lupakan soal kubu, mereka pun mulai fokus untuk belajar lagi.
TEEEEEETTTTTT.....
Bel istirahat berbunyi. Benar-benar hari yang melelahkan bagi Badrun, Arina, dan anak-anak kelas 3-E. Mereka hari ini mendapatkan cukup banyak masalah, masalah kelas tentunya. Badrun kembali ke kantor guru, sementara Arina sendirian menuju ke kantin, dan anak-anak kelas 3-E mulai menyantap bekal yang mereka bawa.
“Hei Arina, pagi,” Arina yang sedang duduk sontak kaget mendengar suara yang ia sepertinya kenal. “Pagi juga Nino,” Arina pun menunjukkan senyum manisnya kepada Nino, dan mempersilahkan Nino duduk di sebelahnya. Setelah itu, mereka pun berbincang-bincang sampai lupa waktu. Mereka tertawa bersama, bercanda, saling curhat, dan pokoknya banyak hal yang mereka bicarakan.
TEEEEEETTTTT.....
“Sudah dulu ya Arina, dahh…..” Nino tersenyum dan melambaikan tangannya, yang kemudian dibalas senyuman dan lambaian tangan juga oleh Arina. Kemudian Arina pun mulai beranjak juga dari kursinya dan bergegas menuju ke kelas.
‘Ahh bagaimana ini? Sudah ada guru, dan aku tidak bisa masuk lagi sepertinya. Apa yang harus ku lakukan?’ Nino bergumam dan langkahnya terhenti karena dia kalah cepat oleh gurunya. Mungkin teman-temannya sedang bertanya-tanya perihal keberadaannya. Dia pun bergegas menuju kantin saja karena malas masuk juga.Di kantin, tiba-tiba ada yang menepuk pundak Nino. Sontak Nino terkejut, tetapi ia takut untuk melirik ke belakang. “Nino...” sepertinya Nino kenal suaranya. Dia berkata dengan sangat lembut, hingga seperti berbisik. “Apa yang kau lakukan disini, Arina?” tanpa menengok ke belakang, Nino pun menebak-nebak bahwa itu Arina. “Nasibku sama sepertimu,” Arina yang tergolong murid pintar pun ternyata malas juga. Mungkin ini turunan dari sifat kakaknya, Badrun. Tetapi kenapa Arina tahu bahwa Nino terlambat masuk dan malas masuk?
“Hei, Arina…”
“Hm?”
“Apa maksudmu sama?”
“Apa? Oh aku hanya malas masuk kelas saja. Terkadang setiap selasa aku malah ke kantin bukan ke kelas.”
“Kenapa kau sendirian?”
“Rahasia.”
2 jam pelajaran berlalu, akhirnya berganti pelajaran juga. Saat Nino sedang asyik berduaan dengan Arina, saat itu juga Nino melihat Badrun dari kejauhan. Nampaknya Badrun sedang berjalan kemari. Nino pun langsung berpamitan kepada Arina dan kabur menuju kelas. Sialnya tak ada jalan lain untuk Nino menuju ke kelasnya, kecuali melewati Badrun. Dengan penuh rasa deg-degan, Nino melangkah menuju Badrun. Tepat saat melewati Badrun, kerah Nino bagian belakang ditarik oleh Badrun dan Nino ditatap oleh Badrun dengan tatapan seram dan menakutkan.
“Apa yang kamu lakukan dengan adikku?” tak terlihat sedikitpun ekspresi dari wajah Badrun. “A-ano, itu hanya kebetulan kok Pak,” Nino semakin panik dan ketakutan.
“Jangan pernah mencoba untuk menggoda adikku lagi atau kau akan mati‼” Badrun berjalan meninggalkan Nino yang masih memasang wajah ketakutan. "Kurasa waktuku tinggal sebentar lagi," gumam Nino yang semakin ketakutan setelah berkali-kali kepergok oleh Badrun sedang menggoda Arina.
***“Darimana saja kau Nino?” tanya semuanya secara kompak.
“Engg.. Anuu.. aku hanya kabur dari pelajaran ini kok,” jawab Nino terbata-bata dari depan pintu kelas. Tubuhnya bersandar pada tembok, karena dia juga lelah berlari dari kantin ke kelas.
“Kau pasti tadi berduaan dengan Arina?” tanya Andi yang seolah tak ada beban baginya saat ini.
“Eh anu.. tidak kok…” Nino semakin bingung dengan pertanyaan Andi barusan.
“Kami semua setuju kok kalau kau ingin mendekati Arina,” Rika angkat suara “Ya kan teman-teman?”
Pertanyaannya pun diiyakan oleh seluruh teman-teman sekelasnya. Yeah, dengan sepasang mata yang menatap tajam Nino.
Mulai saat itu, Nino mendekati Arina dengan serius, walaupun Badrun tidak menyetujuinya. Teman-temannya pun yang masih berkubu-kubu memutuskan untuk membantu Nino dari belakang, entah memata-matai atau berbicara dengan Arina secara langsung atau menemani Nino menemui Arina. Mereka melakukan ini tanpa sepengetahuan Badrun, karena Badrun tidak suka jika adiknya didekati oleh laki-laki manapun sampai usianya mencukupi.
***Lebih suka Nino jadian sama Arina atau nggak? Vote and comment yaa minna
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Classroom
Teen FictionBadrun adalah seorang yang malas yang bercita-cita menjadi guru. Setelah lulus, ia pun menjadi guru geografi di salah satu sekolah swasta. Kehidupan pertamanya menjadi wali kelas di kelas terbuang pun tidak berjalan mulus. Namun ia mengajarkan kepad...