Misteri yang Terkuak

17 6 6
                                    

“Hei Arina, jangan berpikiran terlalu jauh. Tujuan kita ini hanya mencari tahu pelaku pemfitnahan terhadap kakakmu. Bukannya mencari pelaku pembunuhan,” jelas Nino tak percaya.

“Tapi Nino, kalau dikaitkan, kakakku menyerang pemuda, sementara tindakannya difoto dan fotonya diserahkan kepada kepala sekolah. Nah sepertinya orang itu kenal dengan kakakku. Orang itu mengira bahwa itu adalah salah satu murid di sekolah kita, makanya dia memberi tahu kepala sekolah. Dan kemudian dia membunuhnya agar pemfitnahan kakakku semakin jelas. Ya karena kepala sekolah mengetahui pembunuhan itu, maka kakakku dikeluarkan dari sekolah,” jelas Arina panjang lebar.

“Tunggu... aku tidak mengerti hehe..” Andi tertawa saking bingungnya dia akan ucapan Arina.

“Intinya ini pembunuhan.”

“Kalau begitu kita harus menelepon polisi,” Nino pun mengambil HP dari sakunya.

Kringgggg.... Kringgggg... Kringggg... Cklek
"Halo," Arina menahan Nino sebentar karena dirinya ditelepon seseorang. "Arina, aku dapatkan ciri-ciri pelakunya." "Bagaimana ciri-cirinya?" Rika pun menjelaskan semua yang diketahuinya. "Oke terimakasih ya Rika. Serahkan sisanya kepada kami."

“Hei apa katanya?” rasa ingin tahu Nino meledak-ledak, mungkin karena ketidakpercayaannya terhadap kata-kata Arina beberapa saat yang lalu. “Aku tahu siapa pelakunya,” Arina menyeringai.

Bip. Bip. Bip. Bip. Bip. Bip

"Halo kak. Kakak tahu alamat rumahnya Bu Anita?"

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Sudahlah kak jawab saja."

"Dia tinggal di jalan Anggrek no. 53."

"Tunggu, kapan kakak bertanya?"

"Saat kau pergi setelah kau menceramahi aku."

"Teleponnya mati? Dasar adikku, mau apa dia kerumahnya Anita saat seperti ini..." gumam Badrun. Badrun beranjak dari sofa menuju ke kamarnya. "Lebih baik aku tidur saja."

“Kenapa kau bertanya tentang Bu Anita?” tanya Andi heran.

“Kakakku suka dengan Bu Anita,” jawab Arina.
“Hei jangan bilang Bu Anita itu-,“ Nino mencoba untuk-

“Jangan berpikir jelek seperti itu. Sudah kubilang bahwa aku hanya ingin mengetahui seberapa jauh hubungannya dengan Bu Anita. Mungkin ini petunjuk,” bentak Arina. “Sudahlah ayo, kita menuju rumah Bu Anita,” lanjutnya.

“Mengapa kita ke rumah Bu Anita?” tanya Putra, yang muncul secara tiba-tiba.

“Darimana saja kau?” tanya Nino kepada Putra.

“Aku hanya tak suka repot-repot seperti ini. Dan aku tahu, ini sudah akhir dari misi kita,” ungkap Putra.

“Kita kerumah Bu Anita, karena aku tak suka jika kakakku menyukainya.”

Mereka yang ada di taman, menuju rumah Bu Anita. Mereka juga menyuruh Rika dan semua yang ada di tempat percetakan toko tersebut, untuk menyusulnya ke rumah Bu Anita. Sontak mereka pun bingung mengapa menuju rumahnya Bu Anita.

“Hei-heii tunggu, siapa itu?” Andi menahan mereka semua.

“Oh ayolah Andi, itu hanya tukang pos?” jawab Nino.

“Tapi bisa saja paketnya berisi bom,” celetuk Andi.

“HEII... BU ANITA BUKAN TERORIS DAN TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN TERORIS, JUGA TAK MUNGKIN MEMPUNYAI JARINGAN TERORIS‼” Nino kesal dengan perkataan Andi.

“Jangan dengarkan Andi, ayo jalan lagi,” ujar Arina.

Tok Tok Tok.... Cklek

“Ada apa kalian datang kemari?” tanya Bu Anita heran.

Amazing ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang