Apa? Misteri Lagi?

19 6 1
                                    

“Permasalahan bukan terletak di SMS-nya, tetapi siapa pengirimnya dan juga…” Badrun langsung bungkam. “SMS ini dikirim pada pukul 4 sore, serta ini semua  sesuai dengan apa yang kita lakukan atara jam 4 dan jam 5,” lanjut Kai yang mengaku pertama kali bangun.

“Kita…” “…Diteror.”

KYAAAAA…

Suara terdengar dari kamar perempuan. Sontak seluruh anak laki-laki langsung berlari menuju kamar perempuan untuk mengecek apa yang terjadi disana.

“Semua ini tidak mungkin terjadi.” “Yang paling berbahaya bukan isi suratnya, melainkan jam masuknya surat itu.” Para anak laki-laki pun membuka pintunya dan mereka semua kaget bahwa ada tulisan
‘HELP ME’ di dinding kamar perempuan.

“Hei kalian tenanglah,” Nino berusaha menenangkan suasana tegang. “Aku tahu apa yang kalian alami, karena kita pun juga merasakannya,” lanjutnya.

Tulisan itu berada di dinding kamar laki-laki dan dinding kamar perempuan. Tulisannya bukan dengan tinta biasa, melainkan dengan darah, tapi belum diketahui darah apa itu. Khususnya Arina, dia bangun akibat terkena tetesan darah tersebut, dan sekarang dia adalah yang paling syok diantara semuanya.

Mereka pun akhirnya bisa tenang satu jam kemudian setelah Badrun mencoba memecahkan suasana tegang. Dan kemudian mereka pun sholat Maghrib berjamaah. Setelah sholat dan makan, mereka mulai menyelidiki mengapa ada tulisan tersebut dan apa motifnya.

“Seperti lalu, kita akan berusaha memecahkan misteri ini malam ini. Usahakan semua berjalan lancar,” ucap Nino sang pemimpin komplotan tersebut. Mereka kembali membagi tim menjadi dua bagian, dimana tim Barat dipimpin Nino dan tim Timur dipimpin oleh Nita. Mereka menyelidiki kasus yang sama di kamar yang berbeda. Kebetulan, tim Nino kedapatan menyelidiki di kamar laki-laki. Sementara tim Nita kedapatan di kamar perempuan. Pertama mereka akan mengidentifikasi darah yang digunakan. Kemudian mereka akan mencoba mencari identitas si pelaku dan apa motifnya.

Dua jam berlalu, tak ada hasil yang dapat mereka temukan. Namun, mereka mengetahui jenis darah apa yang pelaku pakai untuk membuat tulisan ini. Bukti selanjutnya diketahui bahwa pelaku memakai semacam kuas untuk membuat tulisan ini. “Pasti kuas tersebut masih ada di sekitar sini,” kata Arina.

Sementara di kubu Timur, ada yang aneh dengan darahnya. Mereka tidak mengetahui darah apakah itu, namun mereka mengetahui bahwa ada yang janggal dalam tulisan ‘HELP ME’ tersebut. Di sebelah kanan huruf “ME” ada bekas telapak tangan yang berwarna merah, dimana warnanya tidak terlalu jelas lagi. Mereka belum menemukan apa-apa lagi.
“Baiklah kita tidur,” Nita dan Nino membubarkan pasukan untuk penyelidikan lebih lanjut besok.

Andi dan Arina berjaga sampai jam 1 pagi. Mereka mengamati sekitar penginapan. Selama itu belum ada tanda apapun. Kemudian setelah jam 1 mereka bertukar tempat dengan Nino dan Nita. “Oke kita sekarang bisa bergantian dengan Nino dan Nita. Aku akan membangunkan Nino, dan kau membangunkan Nita.”

Kretek.

Nino, Nita, Arina, dan Andi menyadari suara seperti seseorang menginjak ranting pohon. Andi dan Arina melongok ke bawah, sementara Nino dan Nita ,yang memang sebenarnya sudah bangun dari tadi, mulai beranjak dari kasur dan keluar dari kamar masing-masing.

“Ada apa?” Nino dan Nita bertanya hal yang sama saat mereka bertatap muka tidak lama setelah mereka keluar dari kamar. Mereka pun saling menggeleng satu sama lain dan kemudian pergi bersama menuju ketempat Andi dan Arina, yang saat itu berada di depan penginapan.

“Hei aku mendengar suara seperti ranting yang patah, apa itu kalian?” Nino bertanya pada Andi dan Arina yang berada di luar. Keduanya menggeleng. Andi pun kemudian berkata, “Aku dan Arina pun juga mendengarnya.” Nino sejenak berpikir, ‘tidak mungkin. Kamar kita berdua lumayan jauh dari sini. Dan kami berempat mendengar suara yang sama dengan sangat jelas. Jangan-jangan..’ “Oke kita berempat berpencar. Aku dengan Arina dan Andi dengan Nita. Kami akan menjaga belakang sementara kalian berjaga di depan. Oke?” Nino kemudian mengusulkan sesuatu. Hal itu kemudian diiyakan oleh mereka semua.
Bermodalkan senter dan selimut penghangat, mereka berempat mulai berpencar. Mata Arina sayup-sayup tanda mengantuk. “Lebih baik saat tiba nanti kau istirahat saja ya Arina,” Nino berkata seraya matanya mengarah ke depan. Hal itu pun diiyakan oleh Arina.

Amazing ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang