Rasa yang Menusuk Hati

15 5 0
                                    

“Hei Nino bangunlah.” ”Kau kenapa Nino?” “Hei hei Nino.” Semuanya mulai berusaha mengguncangkan tubuh Nino dan melakukan segala cara untuk membangunkan Nino. Namun sepertinya Nino hanya diam membatu walaupun mereka sudah melakukan berbagai cara.

“Kita pakai jurus pamungkas.” Rika sang ketua kelas berbicara lalu pergi keluar. Beberapa saat kemudian Rika datang membawa ember berisi air yang penuh. SATU... DUA... TI–

“DIAM KAU, BODOH!!!” Nino seketika bangun dari kursinya dan mengarahkan pukulan ke Andi. Hal itu sukses mengagetkan seluruh anak di kelas dan membuat mulut Andi berdarah.

“Hei, apa yang kau–“ belum selesai Andi berbicara Nino sudah menarik kerah bajunya dan seluruh isi kelas pun tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ku pikir kau itu benar-benar tulus ingin membantuku, ku pikir kau itu serius ingin membantuku, ku pikir kau itu benar benar membantuku mendekati Arina. Tapi ternyata, itu adalah modusmu untuk mendekati Arina, itu adalah caramu mendekati Arina, bahkan itu juga caramu mendekati Pak Badrun. Aku tak masalah bila memiliki saingan cinta seperti ini, namun yang aku tidak suka, sahabatku sendiri menusukku dari belakang. Kalau dari awal kau serius mengejar Arina, harusnya kau bilang kepadaku, supaya kita bersaing secara sehat, supaya kita bisa terus menjadi sahabat, dan supaya kita bisa tau mana yang Arina pilih” Nino berkata dengan keras dan mulai meneteskan air mata, tidak kuat lagi untuk menahannya. Kemudian Nino melepas cengkramannya dari kerah Andi, dan Nino pun langsung terduduk lemas.

Brakkkk!!!

“Kau menantangku, Hahh?!! Kupikir aku takut denganmu? Bodoh!!!” Andi melayangkan pukulan ke Nino yang membuat Nino sedikit memar. Nino pun mulai memasang muka kesal dan bangun dari tempat duduknya.

“Hei, hei, kupikir ini akan menjadi semakin rumit,” bisik Gita ke Rika.

“Mungkin kita bisa menghentikannya,” bisik Rika.

“Tidak bisa. Pertengkaran mereka terlalu hebat, bahkan akupun tidak bisa menghentikan mereka berdua,” bisik Putra tiba-tiba memotong dan menahan Rika. Ekspresi Putra pun menunjukkan keseriusannya.

Braakkkk...... Duk..... Trang....

Nino dan Andi saling memukul satu sama lain. Kadang Nino memukul perut Andi, kadang Andi menangkis serangan Nino, kadang Andi balik menyerang perut Nino, dan sekarang kondisi mereka sudah benar-benar klimaks. Nino mulai menyerang Andi secara acak. Semua teman sekelas berusaha menghentikan Nino dan Andi, namun sepertinya percuma, karena Nino dan Andi menjadi sangat liar. Saat ini napas mereka mulai tersengal-sengal, apalagi Nino yang baru saja melancarkan serangan acak ke Andi, sementara Andi berusaha menangkis sebaik mungkin. Mereka sudah mulai bonyok namun mereka masih saling memukul. Entah mereka berlagak seperti anak kecil atau mereka ingin saling menunjukkan “Yang Terkuat” di antara mereka.

Napas mereka mulai terengah-engah. Mereka sudah ngos-ngosan, dan mulai tidak teratur. Saat ini merupakan kesempatan emas bagi semuanya untuk memisahkan Andi dan Nino. Lalu Rika sebagai ketua kelas berusaha melerai pertengkaran antar keduanya. Setelah suasana membaik, mereka menjauhkan Andi dari Nino.

Teeeetttt....

Bel sekolah berbunyi tanda pelajaran sudah selesai. Saatnya para murid untuk kembali pulang ke rumah. Saat ini Nino masih kesal dengan Andi karena omongan yang dibicarakan Andi tadi benar-benar menyayat hatinya. Dia tidak terima jika Andi berusaha merebut Arina dari dirinya.sepanjang perjalanan pulang dia hanya memikirkan tentang Arina dan Andi. Dan itu membuat Nino tidak fokus dengan hal yang lain.

Brakkk... Nino menabrak tiang listrik dan membuatnya pusing dan berkunang-kunang. Kemudian selang waktu beberapa detik dia baru menjatuhkan dirinya dan jatuh terduduk. Dan saat jatuh, dia masih saja terpikir tentang Arina.

Amazing ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang