Dinihari yang Menegangkan

12 6 0
                                    

Semakin dini, semakin pagi. Jam menunjukkan pukul 03.40 namun misi mereka belum selesai. Suasana bahkan bukannya semakin mereda justru semakin menegangkan. Baik para murid maupun Badrun berusaha keras memecahkan misteri dibalik dinginnya malam ini.

Kringggg....

🔵🔵🔵
Kita bertemu di gerbang depan penginapan, cepatlah. Kalian jangan berlama-lama
-Badrun
🔵🔵🔵

Badrun mengirimkan pesan ini kepada Nino, dan Nino menyuruh semuanya untuk kembali. Kemudian, beberapa menit kemudian mereka kembali dengan tanpa membawa apapun.

"Aku menemukan bukti kuat. Lihatlah gambar ini," Badrun menunjukkan kertas yang bergambar rasi Orion dan tulisan 'HELP ME' tersebut. Kemudian Badrun menjabarkan tentang hipotesis yang dia temukan barusan. Sontak semua murid merasa terkejut.

"Semuanya sepertinya dapat kusimpulkan bahwa dia diserang oleh seorang pemburu. Namun, belum jelas siapa dia dan apa yang membuat dia meneror kita. Kita hanya mendapat bukti bahwa ini adalah permintaan tolong, dan kita harus menyelesaikannya sebelum matahari terbit," Arina berusaha menyimpulkan omongan Badrun. Suasana semakin tegang, dan dingin. AHA‼‼

Nino sepertinya mendapat ide. Dia menuju ke dalam penginapan untuk mengambil sampel darah dari bajunya Andi. Namun sesampainya disana, ia tidak mendapati Andi dimanapun. Dia mencarinya kemana-mana, namun dia tidak menemukannya. Tiba-tiba Andi keluar dari kamar mandi. "Dimana bajumu?" Nino mendekat dan saat itu kondisi Andi sedang telanjang dada. "Oh, aku menaruhnya di ember, nanti pagi akan kucuci karena kotor bekas seperti darah," Andi berkata sambil mengusap rambutnya dengan handuk. Sepertinya ia habis mandi. "Oke kupinjam bajumu sebentar, dan cepat bergabunglah dengan kita di gerbang depan. Cepatlah!" Nino kemudian mengambil baju Andi dan membawanya ke tempat semuanya berkumpul.

"Bukti kuat lainnya adalah...." belum selesai Nino bicara, seorang pemuda menghampiri mereka. Dia membawa pisau, baju yang berlumuran darah, dan memakai penutup kepala. Sontak semua kaget akan kehadirannya. "Hei, apa yang kalian lakukan disini? Seharusnya anak kecil tidur di saat pagi buta begini," pemuda itu berkata dengan sinis dan nada bicara yang sok. Kemudian ia mengayunkan pisaunya ke arah Badrun.

ARRRGGHHH....

"Apa? Tidak tertusuk?" semuanya berteriak histeris saat Badrun ingin ditusuk, tetapi Badrun berhasil menahan dan memegangi tangan dari pemuda tersebut. "Siapa kau? Mau apa kau dengan kami?" Badrun mengubah ekspresinya menjadi ekspresi serius dan dia mencengkram tangan pemuda dengan kuat.

"Beberapa korbanku sudah meminta tolong ke kalian, dan sebelum korbanku mati, kalian dulu yang akan aku kuliti," mendengar kalimat tersebut Badrun langsung mengingat tentang pembunuh psikopat yang sedang marak di daerah Jakarta. Dia biasa disebut sebagai 'Serial Killer'. Dia punya kebiasaan menghabisi orang yang menolong korbannya dahulu sebelum dia menghabisi korbannya. Dan sekarang psikopat itu ada dihadapannya...

ARGH.

Tangan kiri dari Serial Killer tersebut memegang sebuah pisau, dan berhasil dipegang kembali oleh Badrun. Namun, tangan kanan Badrun teriris cukup dalam. Ekspresinya menunjukkan sedikit rasa sakit dan perih, namun dia tetap mencengkeram dengan kuat tangan psikopat tersebut.

Semua hanya bisa melihat Badrun, karena tak satupun dari mereka ahli beladiri. "KAKAKK........" Arina hanya dapat menangis tersedu-sedu. Banyak dari para wanita menangis, sementara siswa laki-laki memikirkan cara untuk mengalahkan psikopat tersebut.

"Aku tak dapat berpikir dengan jernih lagi. Seandainya ada Andi, mungkin dia bisa mengatasi ketidakjernihan otakku ini," Nino berkata sambil memegang kepalanya. "Aku punya ide!" Kai berteriak sambil menunjuk ke arah penginapan. "Kan hanya Andi yang belum ketahuan, makanya kita akan mendatangi Andi untuk menyiapkan serangan kejutan kepada Serial Killer. Bagaimana?" "Sepertinya caramu tidak efektif. Tetapi juga tidak ada cara lain selain memakai caramu itu," Akhirnya Nino menghampiri Andi yang masih berdandan di dalam penginapan, sementara yang lain sibuk mencoba mengalihkan perhatian psikopat tersebut seraya membantu Badrun.

"ANDI..." Nino berlari menuju kamar Andi.

Cklek.

Tidak ada siapapun. Sepi. Kosong. "Dimana Andi?" Tiba-tiba sesosok pemuda berada di belakang Nino dan tangannya berada di leher Nino sambil memegang pisau. Sontak Nino kaget ternyata ada 2 penjahat diantara mereka. Jantung Nino serasa mau copot.

"Kaget, kan? Hahaha," suara itu berasal dari pemuda tersebut yang ternyata adalah Andi. Andi membuat suasana bukannya mencair justru semakin mencekam. "Kau membuatku sangat kaget, tahu," Nino kesal dengan perilaku Andi barusan, tetapi kemudian dia menceritakan tentang rencana semuanya untuk menyelamatkan diri.

"Oke baiklah aku akan keluar 5 menit lagi. Jalur yang kugunakan adalah jalur kamar mandi yang terhubung langsung ke kandang samping penginapan. Sekarang kau keluarlah, dan bantu aku alihkan perhatiannya," Andi langsung menyiapkan peralatannya untuk bertarung. Nino pun segera berlari keluar dan memberitahu teman-temannya.
Sesampainya di luar, Nino melihat teman-temannya sedang mengalihkan perhatian Serial Killer. Sementara para murid perempuan sedang duduk di tanah sambil mengamati dengan ekspresi takut dan ngeri. "Sebentar lagi bantuan akan datang," Nino memberi isyarat kepada semuanya agar terus mengalihkan perhatian.

CRANGGG.....

Semuanya teralihkan kepada suara kaca yang pecah di belakang penginapan. ya semuanya, kecuali Serial Killer. Dengan kegesitannya dia berhasil kabur dari kerumunan Badrun dan murid-muridnya.
"Sisanya bergantung pada Andi," Nino tampaknya sudah kelelahan.

Serial Killer berlari ke arah kandang, tepat seperti rencana Andi. Semuanya hanya mengamati gerakan Andi selanjutnya saja. Namun beberapa detik setelah Serial Killer terebut melewati kandang, tidak ada tanda-tanda dari Andi. Mereka pun kehilangan jejak psikopat tersebut.

Brakkk...

Sesaat setelah mereka mengeluh, suara dari balik kandang terdengar. Kemudian mereka semua mengecek untuk sesaat. Kedua kalinya.... Andi dilumpuhkan oleh seseorang lagi. "Ti...dak.."

***
Jam 04.30, suara Adzan Subuh sudah terdengar. Mereka tidak punya kesempatan lagi untuk kabur dari sini. Kebanyakan dari mereka juga sudah mengalami shocktherapy sehingga mereka harus pulang. Waktu mereka masih ada 5 hari. Dan dari 5 hari sisa, mereka harus bisa menyelesaikan penelitian mereka ditambah menangkap Serial Killer tersebut.

"Kita harus pulang‼‼" "Jangan pulang sebelum ini selesai" "Tidak‼ aku tidak kuat lagi, aku ingin pulang" "Kita selesaikan semuanya, karena kita akan pulang setelah semua selesai". Yah beginilah suasana kelas 3-E di pagi hari. Mereka mulai terbagi menjadi dua kubu. Kubu dimana mereka ingin pulang, dan kubu dimana mereka bersikukuh ingin tetap berada disini sampai 5 hari kedepan. "Oke baiklah, bagi yang ingin pulang, kita akan membeli tiket pulang ke Jakarta sekarang. Kemasi barang kalian dan jam 06.30 kita akan pulang. Terserah kalian yang ada disini. Kami sudah tidak peduli lagi," Putra berkata dengan keras kemudian dia pergi keluar untuk memesan tiket perjalanan pulang.

"Tunggu, berapa tiket yang mesti aku pesan?" di tengah jalan Putra baru sadar berapa tiket yang akan dia pesan. Dia kemudian berbalik menuju penginapan dan tetap menjaga pandangan dinginnya kepada semuanya. "Berapa orang yang ikut denganku?" semua yang sedang ingin berkemas kemudian angkat tangan. Saat ini mereka mengumpulkan tasnya di aula sebelah penginapan lebih tepatnya. Dan 19 orang mengangkat tangan tanda ikut dengan Putra. Setelah itu dia kembali lagi berjalan dengan tatapan sinis.

Sekitar pukul 06.15, semua yang mengikuti Putra mulai berpamitan kepada seluruh orang disitu. Walaupun dicegah, mereka tetap kukuh pada pendirian mereka. Akhirnya, mereka dipersilahkan untuk kembali lebih dahulu dengan menyimpan kekecewaan dalam hati. Tersisa 22 orang termasuk Badrun, Arina, Rika, Nino, Andi, Brian, Kai, dan masih banyak lagi.

"Oke kita langsung menyusun strategi baru. Lupakan tentang mereka yang sudah pulang. Tidak penting mereka itu," Nino membuka diskusi dan mereka sedang menyiapkan strategi yang lebih matang. "Kita akan menyelesaikannya dalam satu hari ini, dan nanti kalian harus baikan dengan mereka," Badrun menyemangati semuanya dengan sekali kepalan tangan kemudian mengangkatnya.
***

Admin lagi libur panjang abis UN, makanya deh bakal makin sering uploadnya.

Vote and comment yaa

Amazing ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang