Last Mission

20 3 0
                                    

“Oke semua, ini adalah misi kita yang terakhir sebagai siswa SMA dan sebagai anak-anak dari Pak Badrun. Kita harus bersatu untuk mencarinya, dan juga kita harus membuat kenangan yang manis bersama Pak Badrun dan Arina sebelum mereka kembali ke Surabaya. Kita akan bersatu untuk yang kesekian kalinya. WE CAN DO, DO EVERYTHING‼‼” Rika menyemangati semuanya disertai dengan kobaran api semangat dari hatinya. Hal itu disambut dengan tepuk tangan dari semuanya.

Mereka pun membagi tugas seperti biasa. Kali ini, mereka tidak melibatkan Arina sebagai adik Badrun, karena takut membuat hati Arina sakit nantinya. Tim dibagi menjadi tim pengintai, pencari jejak, pencari informasi, dan tim koordinasi. Kebetulan kelompok Nino di bagian mengintai yang akan mengintai orang-orang mencurigakan yang ditemukan oleh tim pencari info. Saat ini mereka sedang tidak ada kerjaan dan jalan-jalan kesana kemari, sampai akhirnya Nino bertemu seseorang di jalan.

“Hai Kak Nino…”

“Hai Juni, mau kemana dan darimana kamu?” Nino menghentikan langkahnya untuk sejenak sementara yang lain tetap berjalan.

“Dari rumah ingin jalan-jalan saja kak. Kakak sendiri mau kemana dengan teman-teman kakak?” Juni menunjuk teman-teman Nino.

“Ada urusan yang harus kami selesaikan. Ini soal Pak Badrun yang menghilang,” Nino kemudian berbalik badan dan siap berjalan.

“Tunggu, ap–??“ omongan Juni terpotong karena shock mendengarnya. “Kenapa bisa? Bolehkah aku ikut membantu kak?” Juni melanjutkannya dan meminta untuk ikut dengan semuanya.

“Boleh, apa salahnya… tapi sekarang kami sedang gabut, mungkin nanti kerjaan kami akan dimulai,” Nino kemudian menggandeng tangan Juni dan mereka semua kembali berjalan.
Di tempat lain, tim pencari informasi yang diketuai oleh Rika mondar-mandir mencari informasi akurat tentang misteri hilangnya Badrun. Hampir seluruh orang di wilayah mereka ditanyakan, tetapi tidak ada yang tahu tentang kemana perginya Badrun. Bahkan parahnya lagi, ada yang tidak tahu siapa itu Badrun. Padahal itu masih di wilayah tempat tinggal Badrun. Sementara tim pengintai belum bergerak karena belum ada pelaku yang dianggap mencurigakan oleh tim pencari info.

Ada satu hal yang aneh dari ekspedisi ini, yaitu Andi dilibatkan dalam ekspedisi ini, dan Andi sekelompok dengan Nino. Padahal hubungan mereka berdua sangat tidak harmonis untuk saat ini. Yah, sepanjang perjalanan mereka pun Andi dan Nino saling acuh tak acuh.

“Aku menemukan sesuatu,” Rika menunjukkan sesuatu seperti bekas goresan pada rumput. Dan, di goresan tersebut ada sedikit serpihan bukan tanah, tetapi lebih seperti butir-butir kaca. Kemudian, tim pencari informasi mensearching penemuannya itu di internet, dan menghubungkannya dengan jenis sepatu yang dipakai pelaku. Setelah agak cukup lama, mereka menemukan identitas sepatu pelaku. Sekarang tinggal siapa yang mempunyai sepatu itu. Sepatu dengan jenis Asacasca itu termasuk sepatu mahal dan biasanya digunakan remaja SMA. Mereka pun mengumpulkan informasi lagi.

“Jangkauannya terlalu luas, aku tidak dapat mempersempit kemungkinan yang ada. Soalnya semua kemungkinan itu sama-sama bisa saja terjadi. Tidak ada yang memungkinkan sekali. Bagaimana ini?” Rika mulai mengusap dagunya dan mengekspresikan keseriusannya. Yang lainnya pun kemudian mengikutinya.
***

“Mereka menemukan sesuatu,” HP Nino bergetar dan ada pesan masuk dari Rika. Semua yang sedang berbicara sambil jalan langsung berhenti dan memperhatikan Nino. “Sepatu jenis Asacasca? Siapa yang memilikinya?” Nino langsung mengingat-ingat orang yang memakai sepatu itu.

“Oh iya Nino, tumben kau tidak menderingkan HP-mu. Biasanya kalau ada SMS masuk pasti HP-mu berdering,” Nita berkata seperti itu karena memang biasanya Nino tidak mau jika HP-nya tidak ada bunyinya. “Untuk pengintaian, ini tidak akan ku deringkan.”

Amazing ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang