19

11.4K 1K 37
                                    

Zayba Shadha Rumaisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zayba Shadha Rumaisa

Sudah hampir setengah jam aku menunggu di sini. Menunggu kedatangan seseorang yang pernah aku tunggu lebih lama dari ini. Ini bukan perkara lama atau tidaknya. Ini perkara yakin atau tidaknya diriku dengan pilihan yang akan aku pilih.

Aku menyerah.

Aku bergegas menuju masjid tepat setelah suara adzan terdengar. Suasana di sini cukup sepi. Selain karena jalan raya letaknya jauh dari pemukiman, rumah-rumah penduduk juga saling berjarak. Di tempat aku berpijak hari ini, ialah tempat dimana aku dan laki-laki itu bertemu dalam keadaan yang tak terduga.

Tanpa kusadari, air mata sudah membasahi pipiku. Apa aku menangis? Tapi, kenapa aku menangis? Bukankah menunggu sudah pernah ku lakukan? Bahkan jauh lebih lama. Tapi kenapa aku baru menangisinya?

"Zayba?" aku terkesiap bertepatan dengan suara yang tak asing lagi, menyapu gendang telingaku.

Buru-buru aku menghapus jejak air mataku. Aku tidak ingin orang lain tau kesedihanku. Lagipula, untuk apa aku bersedih? Ini bukan jalanku. Cukup sekali aku bertindak bodoh, dengan menangisinya selama beberapa hari. Dan ini sangat merugikan buatku.

Aku menoleh, berhadapan dengan seseorang yang barusan memanggilku, "Ngapain kamu di sini? Kamu ikutin aku yah?" ketusku.

Pemuda didepanku terkekeh, "Ini namanya takdir Zay. Dari tadi aku sudah ada di kawasan ini, lagi reunian dirumah temanku, dan sekarang mau ke masjid. Eh, malah ketemu bidadari cantik yang sepertinya abis nangis,"

Aku mendengus mendengar gombalan, atau apalah itu semacamnya. Aku benar-benar tidak ingin bercanda saat ini. Suasana hatiku sedang tidak dalam mode normal. Tanpa membalas perkataan pemuda tadi, aku menggiring langkahku mengikuti seorang kakek yang sepertinya akan ke masjid.

Setelah menunaikan empat rakaat, aku memutuskan untuk tinggal sebentar di masjid ini. Selain karena tidak ingin bertemu dengan Nazril, kakiku juga sedikit pegal berdiri dipinggir jalan sejak ba'da dzuhur tadi.

Aku menoleh kearah pintu masuk masjid. Terlihat beberapa remaja dengan pakaian longgar yang seragam, memasuki masjid sambil bercengkrama. Sepertinya, akan ada pengajian. Aku memutuskan untuk tinggal lebih lama lagi. Aku butuh siraman qalbu hari ini. Sudah lama aku tidak mendapatkan siraman qalbu semenjak Nadila menikah.

Menikah? Ah, satu kata sederhana itu membuatku kembali memikirkan laki-laki yang sangat tidak ingin kusebutkan namanya. Aku mendadak amnesia. Ya Allah, sebenarnya maunya laki-laki itu apa? Mau balas dendam gitu? Ingin rasanya aku qasidah didepan rumahnya untuk merayakan kesuksesannya membalas dendam nya denganku.

"Imam Hasan Al Basri mengatakan, pilihlah laki-laki yang baik agamanya. Jika marah tidak menghina. Bila cinta memuliakan. Jangan sebaliknya, yang jika marah malah mengumpat dan mengabsen nama-nama binatang seolah dimulutnya itu terdapat kebun binatang yang luas. Bila cinta memuliakan, bukan malah ngajak pacaran. Agama kita sudah jelas-jelas mengatakan bahwa hubungan di luar pernikahan itu hukumnya haram,"

Dalam diam, aku mengiyakan perkataan ustadzah yang entah siapa namanya. Mungkin dia salah satu anggota pengajian yang memiliki pengetahuan agama yang luas.

Bila cinta, memuliakan. Lalu, bagaimana dengan mereka yang hanya mengumbar janji?

"Kisah dari Zulaikha dan Nabi Yusuf alaihissalam. Ketika Zulaikha mengejar cinta Yusuf, Yusuf menjauh. Ketika Zulaikha mengejar cinta Allah, Yusuf mendekat. Nah, dari kisah ini dapat kita petik pelajaran didalamnya. Bahwasanya, mengejar cinta dan ridha dari Allah azza wajalla, jauh lebih mendatangkan nikmat daripada mengejar cinta manusia yang akan goyah kapan saja,"

Lagi-lagi aku di buat terkesima dengan perkataan yang barusan ustadzah cantik itu katakan. Astagfirullah, mungkin ini penyebabnya aku merasa ragu dengan lamaran Ahwal. Aku bersyukur, Allah masih menyayangiku. Dia memberiku petunjuk agar tidak gegabah menerima sembarangan. Dia ingin aku mendapatkan yang terbaik dengan cara aku mendekatiNya terlebih dahulu. Masha Allah, seharusnya dari dulu aku serahkan saja semua kepadaNya, biar hidupku tenang tanpa harus risau dengan jodohku.

"Ada orang yang menebar janji, memberi harapan, lalu pergi dan mengingkari begitu saja. Laki-laki yang seperti ini, sudah tentu tidak dapat dipercaya lagi. Meski cinta, tetap saja kita harus berpikir rasional. Ingat ukhti, cinta yang sesungguhnya hanya untuk Dia. Cintailah Dia, maka engkau akan bahagia,"

Menebar janji, memberi harapan, lalu pergi dan mengingkari begitu saja? Apa ustadzah itu tau isi kepalaku? Seolah mendapat angin segar dari surga, aku menarik senyum simpul. Mengapa aku mau repot-repot memikirkan tentang lamaran Ahwal? Sudah jelas dia tidak dapat dipercaya, kenapa aku malah menyiksa diriku dengan terus memikirkan tawaran mengikatnya?

Alhamdulillah, tidak sia-sia aku istirahat sejenak di masjid ini. Kini, aku sudah memiliki keputusan yang in shaa Allah tepat.

-

Aku tiba di rumah sebelum adzan isya. Berhubung seluruh saudariku berada di rumah, Aba memutuskan untuk sholat di rumah dan menjadi Imam di sholat kami.

Setelah selesai, aku membantu kak Naziya merapikan dapur. Sementara yang lain menyiapkan makan malam. Malam ini, kami makan malam dengan formasi lengkap. Ada kak Aisyah, kak Naziya, kak Zea, dan kak Maryam. Lengkap pula dengan suami dan anak-anak mereka. Rumah terasa ramai kali ini. Dan aku sangat menyukainya. Andai tiap hari seperti ini, mungkin aku tidak akan merasa kesepian.

Sebenarnya aku bisa saja curhat masalahku dengan kak Maryam, tapi dia satu-satunya saudariku yang dekat dengan Aba. Aku takut, rahasia ku bakal terbongkar jika sudah di tangan kak Maryam. Satu-satunya tempat aman untukku mengeluarkan seluruh keluh kesahku, ialah kak Zea. Selain dia tak banyak bicara, dia juga sering bermasa bodoh dengan hal-hal yang tidak penting. Bukan berarti masalahku tidak penting yah? Kak Zea hanya malas berbagi dengan yang lain tentang masalah hidup seseorang. Termasuk masalahnya sendiri.

Seusai makan malam, aku membantu kak Zea membersihkan meja makan dan peralatan dapur yang telah dipakai. Kak Zea ini tipikal wanita yang sangat mencintai kebersihan. Katanya, kebersihan itu sebahagian dari iman. Jujur saja, aku tidak banyak membantu apa-apa. Aku hanya berdiri di dekat wastafel sambil memperhatikan kakakku itu menyabungi piring kotor.

Aku maju mendekati kakakku. Tidak, aku tidak berniat membantu. Aku hanya ingin bercerita saja, "kak, aku mau curhat dong," kataku dengan manja.

"Curhat apa dek?" beliau menatapku sekilas, kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Ku tarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan. Dan, dimulailah sesi curhatku yang awalnya kami berada di dapur, hingga kami berada di kamarku. Malam ini, untuk pertama kalinya aku menceritakan kisah cintaku yang begitu pelik dari awal aku merasa ada denyut aneh di diriku saat berpisah dengan Ahwal, sampai kejadian kemarin yang hampir membuatku gila.

"Dek, menentukan pasangan hidup adalah menentukan masa depan. Bukan hanya masa depan di dunia, tapi juga di akhirat (Cek ig: Tausiyahku_). Dan, menjadi menjadi perempuan itu hanya ada dua pilihan. Yakni menjadi seindah-indah perhiasan, atau sebesar-besar fitnah. Kamu tinggal pilih, menerima lamarannya atau tidak. Dan kamu harus memikirkannya matang-matang. Jangan sampai kamu menyesal setelahnya, dan malah merugikan diri kamu sendiri. Sebelum tidur, kamu istikharah dulu. Lakukan selama seminggu kalau kamu belum menemukan jawabannya besok," kak Zea mengakhiri penjelasannya dengan menepuk bahuku dan keluar dari kamarku. Tak lupa pula beliau menutup pintu, sengaja memberiku privacy untuk berpikir keras tentang masa depanku.

Masukan yang diberikan kak Zea sedikit membantu mengurangi beban pikiranku. Baiklah, jika ini yang terbaik bagiku, in shaa Allah akan aku lakukan.

🌈🌈🌈

Syukron sudah membaca dan meninggalkan jejak💕

Baca juga cerita ku yang lain😊

08.April.2017®BlueAinn
→ Cerita ini tidak di revisi setelah ditulis, jangan heran kalau banyak typo dan membingungkan.

Aishtaqat Lak | [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang