Prolog

36.6K 1.7K 24
                                    

Afif Ahwal Said

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Afif Ahwal Said

Bathin ku menyeruhku untuk menghentikan kegilaan gadis cantik itu. Maksudku, menghentikan langkahnya yang lagi-lagi mengunjungi sebuah club malam. Penampilannya sungguh tidak layak dilihat, untuk ukuran anak SMA sepertinya. Menurut kabar yang kudengar dari desas-desus teman kelasku, teman-teman pergaulannya banyak yang sering mampir ke club tiap malam Minggu. Jadi, jangan heran jika aku menggunakan kata 'lagi-lagi' untuk tindakan nya kali ini.

Sementara batinku menyuruh ku untuk menghentikan langkahnya, logika ku malah menolaknya. Jika dipikir-pikir, apa untungnya juga aku mencegahnya? Bukankah aku laki-laki abnormal yang tidak peduli dengan perempuan--begitu julukannya padaku--? Sudahlah, biarkan saja dia dengan dunianya.

Aku memutuskan untuk kembali saja ke rumah--tadi aku ke rumah temanku untuk mengambil buku catatan kimia ku, dan sangat kebetulan tidak ada kendaraan umum yang lalu lalang disekitar rumahnya. Jadilah aku berjalan sejauh 1 km lebih untuk sampai ke rumah--, berada di luar malam-malam begini, tidak baik untuk kesehatan dan juga imanku. Tapi......

-

Zayba Shadha Rumaisa

Aku benar-benar membenci hidupku! Kenapa aku harus lahir dari keluarga yang begitu kental dengan agama? Kenapa aku tidak dilahirkan saja dari keluarga pejabat, atau para direktur-direktur yang super sibuk dan mengesampingkan agama?

Malam ini, aku putuskan untuk mengunjungi sebuah club malam yang sangat jarang--bahkan ini pertama kalinya--aku kunjungi. Dengan modal nekat, aku meminjam baju milik Lisa yang notabene nya merupakan pelanggan tetap di club tersebut. Aku sedikit heran, mengapa anak SMA bisa dibiarkan berkeliaran di dalam club. Padahal setauku, setiap orang yang ingin masuk kedalam club, harus di periksa tanda pengenalnya terlebih dulu. Apakah umurnya sudah cukup untuk menahan panasnya minuman keras, dan juga pergaulan di dalam sana yang ku rasa terbilang bebas. Masa bodoh lah, yang penting malam ini aku harus mencoba minuman laknat itu. Setidaknya sekali seumur hidupku.

Salah satu penjaga pintu club menatap ku intens, menilai penampilan ku dari atas sampai bawah. Seketika, aku bergidik ngeri. Apalagi, saat seorang bapak-bapak yang sepertinya seumuran dengan Aba, muncul dari balik pintu dengan setengah mabuk. Astaga, aku benar-benar takut. Ia menatap ku dengan tatapan lapar?

Tidak, aku tidak boleh takut. Ini dunia ku yang sekarang, dan bisa saja esok atau lusa pemandangan seperti ini akan menimpaku juga.

Bapak-bapak setengah mabuk itu, berjalan menghampiri ku. Membuatku secara otomatis mundur selangkah demi selangkah, seiring dengan langkahnya yang semakin mendekat. Oke, kali ini aku benar-benar takut. Terlebih saat ia berhasil meraih tanganku. Aba, tolongin Zayba!

Bugh..

Spontan aku membekap mulutku. Apa yang terjadi? Bapak-bapak itu jatuh tersungkur di tanah. Aku melirik seseorang--yang ternyata laki-laki--yang berdiri tepat disamping ku dengan napas tersengal-sengal. Tunggu, sepertinya aku mengenalnya!

Belum sempat aku mengingat-ingat namanya, tangannya sudah terlebih dahulu menarikku dan membawa ku berlari bersamanya. Aku menoleh ke belakang dan mendapati bapak-bapak tadi mengejar kami sambil berteriak.

Aku semakin mempercepat lajuku saat laki-laki--yang saat ini menggenggam tanganku dengan sangat erat--disampingku ini juga mempercepat langkahnya.


Happy reading, ukhty/ikhwn😊

26.Desember.2016®BlueAinn

Aishtaqat Lak | [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang