Hai, Sahabat Kecil

1.3K 63 13
                                    

Apa kabar sahabat-sahabat kecilku?

Masih ingatkah denganku?

Lalu apakah kalian ingat dengan kenangan yang pernah kita ukir bersama?

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Setiap detik seolah berlari secepat kilat. Tak peduli betapa mereka telah membabad habis gelembung kebagiaan bocah-bocah kecil seperti kami.

Senyum, tawa, dan canda perlahan tampak memudar dilalap dengan amat ganas oleh sang waktu.

Waktu seolah mendadak tuli ketika kami memintanya berhenti. Untuk sejenak mencoba menikmati kebahagiaan yang sedang kami bangun dengan segala ketulusan ini.

Dulu, kami begitu dekat. Bahkan tipisnya sehelai benang belum cukup mampu mewakili kedekatan kami. Kami semua sama-sama terbelenggu dalam ikatan sebuah persahabatan.

Aku masih pegang erat semua ingatanku.

Kenangan-kenangan indah selalu membuatku tak mampu menahan untuk tidak menukik senyuman.

Ingatkah wahai para sahabatku?

Jika salah satu dari kita terjatuh bahkan terjerembab mengenaskan, kita kompak menertawakan. Namun ketika dia mendadak menangis, kita berubah jadi saling menyalahkan.

Tapi naluri persahabatan itulah yang kemudian menuntun kita bersama-sama mengulurkan tangan. Saling berdempetan merangkai sebuah rangkulan.

Bahkan sampai detik ini aku takkan pernah sanggup melupakan.

Kita memang lahir dari keluarga yang berbeda. Tapi perbedaan itu yang membuat kita seperti membangun sebuah keluarga. Tak peduli laki-laki maupun perempuan. Tak peduli kadang saling melindungi, kadang menjahili.

Tapi sampai detik ini pun aku masih heran.

Mengapa kian lama kita semakin jauh? Jangkauan kedua tanganku kini sudah tak mampu lagi mendefinisikan sejauh apa kita sekarang.

Kami seperti orang-orang asing yang tak saling mengenal. Semua berubah, benar-benar berubah.

Walaupun suatu waktu kami duduk berdampingan, mulut kami seakan beku untuk sekedar merangkai ucapan. Kami diam, tanpa ada hasrat untuk berbicara.

Padahal dulu, kami saling berebut untuk mengucapkan sebuah kata. Berceloteh ria akan satu topik dan berpindah ke topik lainnya.

Jujur, aku sangat merindukan kebersamaan itu. Aku selalu ingin menyalurkan keinginanku untuk kembali bersatu. Tapi aku tak bisa memaksa itu.

Lahan bermain kami telah disulap menjadi tumpukan batu bata yang berdiri kokoh. Diikuti satu per satu sahabat kami yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya.

Meninggalkan sejuta kenangan yang bahkan takkan mungkin terukir kembali. Menyisakan kesepian yang teramat dalam di hati ini.

7:55pm,
Jumat, 7 April 2017

***

Serpihan AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang