Dulu, saat semua berakhir,
saya tak tahu apakah di sini saya yang memang harus perlahan menyingkir,
menyudahi kenangan yang dulu sempat kita ukir.Perih, ketika hati ini mencoba pulih
menahan lara yang tak sebegitu kentara,
melihatmu di sana yang tak lagi mau menyapa.Namun, kenyataan lagi-lagi menampar saya dengan tanpa kasih.
Tentang kamu,
senja yang terkikis malam,
dan saya hanya fajar yang tengah bermuram.Lalu kita berdua dibalut oleh sebuah elegi.
Mengingat, kita ada tidak untuk bersama.
12 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Angan
PuisiIni bukanlah sajak dan puisi yang indah, melainkan hanyalah sebuah memori. Memori yang tak utuh lagi. Hanya menyisakan serpihan-serpihan yang bahkan sulit untuk dilukiskan.