Bak pancaran sinar rembulan
Mematut syahdu, terpantul indah dari wajahmuTak terhitung lagi,
Berapa purnama yang telah kulewati
Karena bagiku,
Sebanyak itu pula kekagumanku bertambahLengkungan tipis dari bibirmu
Seakan jadi magnet yang memikat hatiku
Dengung suaramu,
Seolah menggetarkan kalbuPernah kutanyakan pada bintang-bintang,
Bolehkah aku mengumbar suatu rasa?Lama kumenunggu,
Nyatanya, mereka tetap diam
Bukan, bukan mereka tak ingin membalas
Tapi diamlah sebagai jawabanBahwa aku harus diam,
Karena sebaik-baiknya perasaan itu,
Tidak untuk diumbarMelainkan,
Hanya untuk disimpan dalam diamJumat, 19 Mei 2017
22:24
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Angan
PoesiaIni bukanlah sajak dan puisi yang indah, melainkan hanyalah sebuah memori. Memori yang tak utuh lagi. Hanya menyisakan serpihan-serpihan yang bahkan sulit untuk dilukiskan.