Kita adalah langkah yang sudah tak lagi berderap
Keramaian yang kiranya dibiarkan senyap
Tergulir keresahan akan adanya harap
Menuntut ragu yang bertubi-tubi hinggapSedang kamu sudah lengah
Membiarkan semuanya patahMaka pergilah ...
Jika memang sudah menyerah
Jangan paksakan bila enggan bertahan
Dua arus berbeda tak akan sanggup melaju bersamaKini,
Saatnya aku memilih undur diri
Membiarkan kamu pergi
Tuk bebas berlari menjauhiKarena bagiku,
Kamu hanyalah selongsong peluru yang telah lalu
Yang sempat-sempatnya menancap ulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Angan
PoesíaIni bukanlah sajak dan puisi yang indah, melainkan hanyalah sebuah memori. Memori yang tak utuh lagi. Hanya menyisakan serpihan-serpihan yang bahkan sulit untuk dilukiskan.