Bab 9: Dia Bukan Untukku

180 10 0
                                    

Mata Adira perlahan-lahan terbuka. Dia menjerap-jerpakan matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Satu hal yang dilihatnya adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih. Adira langsung teringat kepada Yudha. Yah rasanya dia sudah lama tak melihat wajah tampan Yudha, tawa Yudha. Dia merindukan lelaki itu. Rindu akan dekapan hangatnya dan kata-kata lembutnya. Mata Adira beralih melihat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu. Yah itu adalah Siska-mama Adira. Tampak wanita paruh baya itu menahan tangisnya. Disamping Mamah Adira sudah berdiri lelaki yang dulu sangat dicintai Adira.Casio. Tetapi Yudha mana? Mengapa dia tidak ada? Padahal Adira mengharapkan jika dia membuka matanya kembali yang ingin dilihatnya lebih awal adalah wajah Yudha, bukan yang lain.

"Dira.. Kamu sudah sadar nak?" Lirih Siska. Tampak Casio memenangkan Calon Mamah mertuanya itu.

Dokter Alif langsung memeriksa keadaan Adira.

"Yudha mana?" dua kalimat itu yang terlontar dari mulut Adira. Tanpa disadari tangan Casio sudah terkepal dengan erat. Shit! kenapa Adira selalu mementingakn lelaki brengsek itu! argghhh.. Batin Casio.

***

Sementara itu, Yudha kini tengah berada di apartementnya. Memang saja hari ini Yudha meliburkan dirinya untuk berkerja, karena kini dia sangat tidak ingin diganggu oleh siapapun. Dia ingin menyendiri. Tatapan mata Yudha kosong. Padahal dihadapanya sudah tertera layar televisi yang menampilkan film kartun Tom And Gery. Pikirannya melanyang kepada Adira. Bagaimana dia sekarang? Apakah sudah sadar? Apakah dia baik-baik saja? Apakah saat ini dia tengah menangis? Ingin rasanya Yudha mendekap tubuh mungil Adira, dan tidak akan melepaskanya. Tetapi itu tidak mungkin terjadi lagi. Adira sudah mempunyai Casio. Yah Tunangannya. Yudha berharap Adira bahagia. Biarlah selama satu bulan belakangan ini Yudha menganggapnya itu adalah mimpi indahnya di siang bolong. Saat dia terbangun semuanya kembali seperti semula. Tidak ada rasa cinta yang menghampiri dirinya. Tidak ada nama Adira wanita aneh bin gila dibenaknya lagi. Tapi....

"Arrrggghhhhhh... Gue gak boleh jatuh cinta sama Adira.!!" Teriak Yudha frustasi. Kini penampilan Yudha pun sangatlah berantakan. Rambutnya yang acak-acakan tak teratur, matanya cekung dan ada lingkarang hitam disudut matanya, bibirnya pucat. Yudha merasa ini bukanlah dirinya. Entah setan apa yang merasuki dirinya.

***

Satu Minggu kemudian. Kondisi Adira sudah mulai membaik. Dan satu minggu ini pula Yudha tidak pernah menemui Adira. Jujur saja Adira ingin kehadiran Yudha disisinya saat ini.

"Dira.. Ayo makan dulu" Ucap Casio menyodorkan bubur kedepan mulut Adira. Adira hanya menatap bubur tersebut tanpa selera.

"Dira" Panggil Casio begitu lembut.

"Aku gak napsu. Casio." Ucap Adira mengelengkan kepalanya.

"Dikit aja yah, biar kamu cepat sembuh sayang." Tutur Casio mengelus rambut hitam Adira dengan lembut. Adira tetap saja menggelengkan kepalanya. Karena saat ini yang Adira mau adalah Yudha. Bukan bubur yang ada dihadapanya saat ini.

Casio menghela napasnya, lalu meletakan mangkuk bubur keatas meja. Tangannya terulur mengenggam lembut tangan Adira. Tatapan Adira masih kosong, Casio memperhatikan wanita yang sangat ia cintai yang ada dihadapnnya ini.

"Maafkan aku Dira." Lirih Casio. Kini tatapan Adira beralih kepada Casio.

"Seharusnya aku mengtahui kondisi kamu sebnarya--"

"Aku tau, kamu gak suka sama wanita yang penyakitan. Seperti aku." Potong Adira.

Casio mengelengkan kepalanya cepat. "Enggak Dir. Aku cinta sama kamu." Ucap Csio tegas.

"Aku udah tau Casio. Jadi jangan bohongi diri kamu." Lirih Adira. Air matanya sudah membasahi kedua pipinya. Dengan cepat Casio menghapus air mata Adira dengan kedua ibu jarinya.

Radio Love FM (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang