Bab 13 : Penjelasan

211 9 0
                                    

Sejauh mana kau melangkah, jika aku adalah jodohmu, maka kau akan kembali kedalam pelukan hangatku. Percayalah.

***

Tiga bulan kemudian...

Setelah tidur panjang selama tiga bulan lamanya, Adira kembali membuka mata. Gadis itu yakin jika Tuhan masih memberi kepercayaan kepadanya untuk kembali menjalani hidup seperti sedia kala. Hal yang pertama Adira lihat saat membuka kedua matanya adalah Dokter Alfi---Lelaki yang sudah dianggapnya sebagai seorang kakak. Adira cukup menelan kekecewaan karena bukan Yudha yang pertama dilihatnya. Bahkan Siska---ibunya pun tidak ada di ruang tempat dia di rawat. Adira bahkan sempat berpikir bahwa semua orang yang di sayanginya sudah tidak memperdulikannya lagi. Lalu untuk apa Tuhan kembali mempercayakan kehidupan dengannya, jika orang-orang terkasihnya sudah tidak mau melihat sedikit keadaanya. Adira sedih. Sangat sedih.

Setets air mata menetes dari sudut matanya. Mengapa takdir selalu mempermainkannya? Salahkah Adira berharap hidup berbahagia layaknya orang-orang yang di beri kebahagiaan? Adira ingin melihat Yudha. Apa kabar lelaki itu? Apakah dia masih mengingatnya atau malah lelaki itu sudah melupakannya? Adira tahu, semua ini adalah kesalahannya. Kalau boleh memilih, Adira tidak ingin mengenal Yudha, tidak ingin jatuh cinta begitu dalam kepada Yudha.

"Apa yang kamu pikirkan, hm?"

Adira tersadar dari lamunannya. Kedua mata gadis itu menjerab lalu mencari asal suara yang bertanya kepadanya. Di samping Adira terbaring lemah, ada Dokter Alfi yang menatap dengan penuh tanda tanya. Lelaki mengunakan snelli khas Dokter itu menghela napas sesaat. Tangan Dokter Alfi bergerak membetulkan selang infus Adira yang terlihat berbelit.

"Tidak. Tidak ada yang aku pikirkan." Jawab Adira mentap langit-langit ruangan inapnya dengan tatapan kosong.

Lagi, Dokter Alfi mengelan napas. Lelaki itu tahu Adira merasa sedih karena tidak ada satupun anggota keluarganya melihat kondisi gadis itu. Awalnya Alfi pun heran. Padahal satu bulan yang lalu, Yudha maupun Siska tidak pernah absen menjaga Adira. Bahkan lelaki bernama Yudha itu selalu menjaga Adira setiap malam.

Tetapi, setelah beberapa minggu sebelum ada pendonor sumsum tulang belakang untuk Adira, Siska mau pun Yudha menghilang bagaikan di telan bumi. Alfi sempat menyelidiki, namun dokter muda itu tidak mendapatkan hasil.

Hingga beberapa hari setelah operasi pencangkokan sumsum tulang belakang pada Adira, Alfi bertemu secara tidak sengaja dengan Siska yang tampak kacau dan beruraian air mata. Setelah di selidiki satu fakta yang mampu mengejutkannya. Siska berharap Adira bisa kembali membuka matanya, wanita paruh baya itu juga mengatakan pada Alfi untuk merahasiakan dirinya dari Adira. Walau berat, Alfi terpaksa melalukan. Kini buktinya, Alfi berasa sangat bersalah saat melihat wajah mendung Adira. Gadis berbeda lima tahun usia dari dirinya itu sangat di sayanginya. Alfi bertekad terus menjaga Adira.

"Cepatlah pulih, aku ada sesuatu kejutan untukmu." Tutur Alfi mengenggam erat tangan Adira.

Adira menatap Alfi dengan mata berkaca-kaca. Kalau tidak ada Alfi, Adira tidak tahu bagaimana nasibnya. Lelaki itu sangat berjasa bagi kehidupannya.

Adira mengangguk lemah. "Iya, doakan saja agar aku cepat pulih." Lirihnya.

"Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Adira." Seru Alfi tersenyum lebar.

Senyuman Alfi tertular pada Adira. Yah, setidaknya Tuhan masih menyisakan satu orang yang disanyanginya yang mampu memperhatikannya selama ini. Adira beraharap Alfi akan terus seperti ini karena gadis itu sudah begitu menyayangi Alfi sebagai kakak tersayangnya, pelindungnya dan tempatnya untuk berkeluh-kesah.

Radio Love FM (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang