Bab 7 : Bertemu Dokter Alif

192 13 0
                                    

Harta yang paling berharga adalah waktu. Warisan yang paling berharga adalah kesetiaan. Jika ku dapatkan semua dari dirimu, maka bahagialah diriku.


Hari ini Adira sudah berada di perkarangan rumah sakit yang berada di daerah Jakarta. Tujuannya saat ini adalah untuk menemui dokter Alif. Yah, dokter yang sudah menjadi langganannya untuk memeriksa kondisi kesehatannya. Adira bergegas memasuki ruangan yang sudah sangat dihapalnya itu. Sudah satu bulan lamanya Adira tidak pernah cek up kesehatannya kepada dokter Alif.

Kini Adira sudah berda didalam ruangan dokter Alif. Tampak dokter Alif tengah membaca data-data pasiennya hari ini. Dokter yang memiliki postur tubuh tinggi tengap, putih, rambut pirang dan memiliki manik mata yang coklat. Persis seperti keteurunan Eropa.

"Siang dok." Sapa Adira tersenyum.

Dokter Alif melepas kacamata bacanya dan menaruhnya diatas meja. "Adira, darimana saja kamu? mengapa sudah satu bulan ini tidak pernah cek up?" Terdengar suara dokter Alif menayakan kemana saja Adira selama satu bulan ini.

Aduh, mati gue! Harus jawab apa ini? Batin Adira.

"Saya tau kamu selama satu bulan ini kamu tidak ada dirumah. Lantas selama ini kamu tinggal dimana? bersama siapa?" Tanya Dokter Alif kembali.

"Dokter tau dari mana kalau saya tidak ada rumah?" Bukan menjawab, Adira malah berbalik bertanya. Yah, dokter Alif memang sudah mengenal dekat keluarga Adira. Bahkan dokter Alif sudah menganggap Adira sebagai adik kandungnnya sendiri.

"Casio. Dia mencari kamu. Dia menyakan keberadaan kamu kepada saya. Dia mengira kamu ada bersama saya." Jawab dokter Alif.

"Casio nyariin gue?" Tanya Adira kepada dirinya sendiri.

"Iya dia mencari kamu. Sekarang kemu ceritakan kepada saya, kenapa kamu tiba-tiba kabur dari rumah dan menghindari pertunangan dengan Casio?" Tanya dokter Alif. Yah dokkter Alif juga sudah mengetahui tentang hubungan Adira dengan Casio.

Adira menghela napasnya. "Saya gak mau tunangan dengan Casio." Tutur Adira.

"Loh, kenapa? bukannya kalian saling mencintai?" Tanya dokter Alif kaget.

"Casio belum mengetahui tentang penyakit saya. Sehari sebelum bertunangan dengan Casio, saya mendengar bahwa Casio tidak ingin mempunyai pasangan hidup yang memiliki penyakit. Apa lagi memiliki penyakit yang mematikan seperti saya." Jawab Adira sekuat tenanga menahan air matanya agar tidak menetes. Tetapi, apa daya, butiran bening ini masih saja jatuh menetes di kedua pipi Adira.

Sempat terjadi keheningan. Suara isak tangis Adiralah yang memecahkan keheningan tersebut. Tampak dokter Alif menghampiri Adira dan membawa tubuh mungil Adira kedalam dekapannya. "Jangan menangis. Dira." Lirih dokter Alif.

Dokter Alif amat sangat menyayangi Adira. Baginya Adira adalah adik yang harus dijaganya. Sekuat tenanga dokter Alif membantu mengobati penyakit yang diderita Adira selama setahun belakangan ini. Yah setahun yang lalu, Adira divonis oleh dokter terkena penyakit Leukimia. Penyakit yang sangat mematikan itu.

***

Yudha hari ini pulang ke apartementnya dengan waktu yang lebih awal. Karena siarannya hari ini cuma hanya sampai jam makan siang saja. Yudha melangkahkan kakinya memasuki apartementnya. Dia sudah membawa dua bungkus nasi goreng kesukaan Adira. Ah, mendengar nama itu, senyum Yudha tak pernah berhenti untuk mekar.

"Dira.. Gue pulang nihh, tebak gue bawa apa?" Teriak Yudha sambil mencari keberadaan Adira ke penjuru apartementnya. Tetapi hasilnya nihil. Adira tidak ada diapartementnya. Kemana dia? Bantin Yudha.

Radio Love FM (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang