Bab 11: Hari Pertunangan

169 9 0
                                    

Disaat aku mencintai mu dahulu, mengapa kamu pergi? Kini setelah aku muak denganmu, kamu datang kembali. Kamu tau? Kamu itu sama seperti Pecundang.

Hari ini adalah hari pertunangan Adira dengan Casio. Harusnya Adira merasa bahagia saat ini, karena sesaat lagi dia resmi mejadi tunagan Casio-lelaki yang dicintainya--dahulu. Tapi rasa bahagia itu tidak dirasakan Adira saat ini, yang Adira inginkan adalah pergi dari acara pertunangan ini dan kembali kepada Yudha. Adira sangat merindukan Yudha.

Air mata Adira masih setia untuk menetes. Walaupun kini Adira sudah didandani, tapi dia tak perduli kalau make up yang dia pakai akan luntur. Sangat tidak perduli. Jika saja ada orang yang menanyakannya apa yang di inginkan Adira saat ini, maka Adira akan menjawab

Yudha Bagaswara.

Yaah lelaki yang sudah mencuri hatinya, lelaki yang mengerti dirinya, lelaki yang selalu memberikan kehangatan dalam kehidupannya. Tapi mengapa sekarang Adira tidak bisa memperjuangkan cintanya? Mengapa Yudha menyerah begitu saja? Apakah selama ini cinta Adira bertepuk sebelah tangan? Apakah Yudha selama ini tidak mencintainya? Apakah Yudha sudah mempunyai kekasih saat ini? Ah,, rasanya Adira sangat lelah menjalani hidup ini.

"Gue cinta lo Yud, gue mau lo Yud." Isak Adira.

Adira yang kini tengah duduk didepan cermin, melihat wajahnya saat ini. Wajah dengan penuh kesedihan, kekesalan, dan kemarahan. Entah berapa ratus atau ribu kali butiran bening ini menetes begitu saja tanpa izin. Kenapa hidup lo gini sih Dir? Kenapa? Lo harusnya bisa bahagia. Teriak Adira didalam hati.

"Dira sayang, ayo acaranya sudah mau dimulai." Ucap Siska kepada anak sematawayangnya itu.

Adira tidak tahu entah sedari kapan ibunya berdiri memandangi dirinya yang hancur ini.

Tidak ada jawaban dari Adira. Dia masih setia meliahat wajahnya yang kacau ini dari pantulan cermin. Betapa mirisnya nasib Adira.

Siska menghampiri Adira dan menangis dipulukan anaknya. Jika ibu adalah pahlawan, maka istilah itu tidak berlaku untuk Adira. Karena ibunya lah yang memberikan dirinya kepada Casio.

"Maafin mama Dir." Isak Siska.

Adira melepaskan pelukan ibunya. "Makasih atas semua penderitaan ini mah" Lirih Adira.

"Mama terpaksa melakukan ini Dir, semua ini demi kebaikan kamu. Casio bisa menjaga kamu" Tutur Siska.

"Mama aku gak cinta sama Casio, aku cinta sama Yudha. Yudha juga bisa menjaga Dira." Ucap Adira lantang.

"Mama sayang kamu Dir" Cicit Siska mengecup kening Adira lalu pergi meninggalkan Adira.

Adira tak habis pikir ibu yang dulu sangat dicintainya tega melakukan ini terhadapnnya. Air mata Adira sudah mengalir sangat deras. Dira juga sayang sama mama. Batin Adira menjerit.

***

Kini Yudha tengah berada di sebuah Coffe bersama sahabatnya--Alvin. Yudha tau hari ini tepatnya sekitar satu jam lagi Adira akan bertungan dengan Casio. Sakit. Yah itulah yang dirasakan Yudha saat ini. Tapi Yudha mencoba untuk melupakan sosok Adira dari hatinya.

Yudha merasa ada kentang goreng yang masih panas mendarat tepat di kepalanya. Siapa lagi kalua bukan ulah Alvin. Kampret. Umpat Yudha dalam hati.

"Caellah galau mulu lo kek gadis perawan aje." Ledek Alvin.

"Apaansih?" Bentak Yudha.

"Yah, yah, ngambek lagi lo. Eh Yud, lo tau gak? Muka lo itu udah kayak pakaian emak gue yang belum di gosok, Kusut." Tutur Alvin.

Yudha hanya bungkam tak mengangapi ocehan sahabatnya itu. Iya memang wajah Yudha saat ini sagatlah kacau. Ini semua gara-gara wanita aneh bin gila itu. Adira.

"Gue saranin nih ya, kalo lo masih cinta sama Adira yah kejar Yud. Cinta itu memang butuh perjuangan." Ucap Alvin menepuk-nepuk pundak Yudha. "Gue yakin Adira sekarang lagi nungguin lo buat memebaskannya dari Casio. Lo jangan kaya banci, digertak dikit sama Casio udah ciut. Perjuangin cinta lo man." Sambung Alvin.

Yudha langsung menoleh menatap sahabatnya itu. Yang ditatap memasang tampang polosnya sambil menaik turunkan alisnya.

"Jangan natap gue kek gitu, jatuh cinta aja lo sama gue" Tutur Alvin terkekeh.

Yudha langsung menghadiahkan Alvin dengan jitakan dikepala sahabatnya itu.

"Sue lo." Geram Yudha.

Alvin hanya terkekeh. "Ini gue serius Yud, kalo lo beneran cinta sama Adira lo KEJAR dia." Ucap Alvin menekankan kata 'kejar'. Lalu tersenyum dengan penuh makna pada Yudha.

***

Acara pertunangan Adira dengan Casio telah tiba. Kira-kira pukul delapan malam di gedung yang disewa, Casio menunggu kedatangan Adira. Kini Casio sudah terlihat begitu tampan dan menawan, senyumannya tak pernah pudar. Dengan hati yang sangat berat Adira berjalan dengan ogah-ogahan menuju dimana Casio sudah menunggu dirinya.

Setelah tiba dihadapan Casio, Adira langusng menatap tajam kearah lelaki itu. Dan yang ditatap tersenyum penuh kemenangan. Adira ingin sekali menendang Casio sampai keluar angkasa. Adira sangat muak melihat Casio.

Adira masih berusaha kabur. Tetapi Siska menahan tangannya. Sedari tadi tenaga Adira sudah sangat terkuras. Dan kini pandangan Adira sudah berkunang-kunang.

"Tunggu." Terdengar suara yang sangat dihapal oleh Adira. Yah dia adalah Yudha. Walaupun pandangan Adira sudah buram, tapi Adira dapat dengan jelas melihat wajah Yudha. Wajah yang sangat dirindukannya selama ini. Semoga ini bukan mimpi. Bantin Adira.

"Apa-apaan kamu" Bentak Casio kepada Yudha.

"Lo yang apa-apan. Lo udah maksa Adira. Adira sama sekali gak cinta sama lo." Teriak Yudha lantang. Seluruh tamu yang datang terheran-heran.

"Lo jangan mengunakan cara yang licik buat dapetin Adira. Lo itu pecundang, cuma bisa mengancam ibunya Adira. Brengsek" Geram Yudha. Kini wajah Yudha sudah memerah dan tangannya sudah membentuk kepalan. Yudha melangkah dan langsung menghanjar Casio habis-habisan. Alif dan beberapa petugas keamanan langsung melerai baku hantam tersebut.

Kaki Adira sudah sangat gemetaran, Yah dia takut. Dia tak ingin Yudha kenapa-napa. Dan dengan keberanian yang sudah dikumpulkannya sedari tadi, Adira melangkah mendekati Yudha dan Casio yang tengah berantem. Adira menarik tangan Yudha. Seketika Yudha memberhentikan aksi pukul memukulknya. Dan Adira langusung memeluk Yudha dengan erat, seakan tidak mau kehilangannya.

"Plis jangan lakukan in Yud. Gue gak mau lo kenapa-napa." Isak Adira.

"Gue cinta sama lo Yud, plis jangan tinggalin gue." Racau Adira.

Kini tangan Yudhan terulur untuk mengusap rabut Adira yang semakin tipis.

"Gue juga cinta sama lo Dir." Bisik Yudha tepat ditelinga Adira.

Yah kini cinta Adira sudah terbalas. Dan setelah mendengar pengungkapan cinta dari Yudha, Pandangan Adira menjadi gelap gulita.

"Dir, Dira" Panggil Yudha. Yah Adira pingsan tepat di pelukan Yudha.

Adira langsung dilarikan kerumah sakit. Mengapa disaat cinta Yudha terbalas, justru Adira pingsan begitu saja?  Mengapa kebahagiaan ini hanya sebentar saja? Bisakah Yudha memeluk tubuh mungil Adira lagi?

Ya Tuhan, Jangan ambil dia dari ku. Bantin Yudha menangis.

----****-----

Haiiiiiiiiiiiiiiiii guyssssssssssssssss

Balik lagi nih sama cerita gue yang gak jelas ini ahhahahah... Moga kalian suka yee sama part ini.. Dan jangan lupa juga di vote dan commentnya yah.

Oh ya guys doain gue yah, besok soalnya gue mau ngelamar kerja. Yah semoga aja keterima heheheeh..

Oh iya jangan lupa juga baca cerita gue satu lagi, judulnya I Love My Fans

Salam Rindu

RAHMA WULANDARI

Radio Love FM (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang