Cinta tak perlu bewah. Yang benting aku bisa melihat mu tersenyum, itu sudah cukup.
Tuhuh Adira sudah terbaring lemah di tempat tidur berwarna putih itu. Yudha sangat mengkhawatirkan Adira. Dia ingin Adira terbangun dari tidurnya dan tersenyum ke arahnya. Yudha sangat merindukan sosok gadis yang sangat dicintainya itu.
Sudah satu minggu Adira tidak membuka matanya. Dia masih setia untuk menutu matanya. Kini Yudha tengah menatapi wajah cantik Adira yang semakin pucat itu. Tangan Yudha terulur mengenggam erat tangan Adira. Seakan tak mau melepasnya. Yudha meneteskan air matanya. Dia tak perduli orang menganggapnya lemah. Dia memang sangat lemah, hancur. Lemah tak akan kehadiran Adira.
"Dir.. Bangun. Gue disini, gue disini." Lirih Yudha.
"Gue cinta sama lo. Bangun, Dir." Lanjutnya lagi
"Gue akan membahagiakan lo. Tapi lo janji harus bangun."
"Dir, gue kangen sama lo. kangen akan ke anehan dan kehilaan lo." Ucap Yudha tersenyum miris.
"Gue kangen lo yang selalu menganggu kehidupan gue. Tapi gue seneng atas gangguan lo itu."
"Dir, jangan tilnggalin gue." Yudha mencium punggung tangan Adira berulang-ulang kali.
***
Siska--mamah Adira tengah berada diruangan dokter Alif. Sang dokter tengah sibuk melihat hasil tes Adira. Dokter Alif menghela napas. Dia menaruh hasil tes tersebut diatas meja. Siska memperhatikan Dokter Alif dengan harap-harap cemas. Wanita paruh baya itu tak mau kehilangan putri sematawayangnya. Karena Adiralah harta yang paling berharganya di dunia ini.
Dokter Alif memijat pangkal hidungnya. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi.
"Lif, apa yang terjadi kepada Adira?" Tanya Siska menahan tangisnya agar tiak pecah.
Mengangkat wajahnya, dokter Alif menatap wanita paruh baya yang ada di hadapannya saat ini.
"Adira sudah mengidap leukimia stadium akhir." Jawab dokter Alif.
Siska tak dapat membendung air matanya. Kini dia sudah di banjiri oleh butiran bening yang mengalir di kedua pipinya.
"Dira, maafin mamah nak." Isak Siska.
"Adira butuh pendonor sumsung tulang belakang. Kondisinya saat ini sangatlah lemah." Sambung dokter Alif.
Sejujurnya Alif tidak mau melihat Adira seperti ini.
***
Siska berdiri di hadapan makam suaminya. Air matanya tidak pernah berhenti mengalir. Siska berjongkok disamping gundukan tanah itu. Tangannya terulur mengusap batu nisan yang tertulis nama Adi Setya. Yah itu nama suaminya.
"Mas, Maaf kan aku. Aku tidak becus menjaga Adira. Aku ibu yang jahat." Lirihnya.
"Adira kini tengah terbaring lemah di rumah sakit." Ucapnya lagi
"Aku gak kuat liat dia seperti itu." Siska mengahus air matanya.
"Aku harus berbuat apa mas?" Tanyanya. Namun tak ada jawaban terdengar.
"Aku akan melakukan apapun untuk Dira, anak kita.." Tangis Siska semakin deras.
"Walaupun nyawa aku taruhannya mas."
Siska kembali mengusap nisan suaminya dengan kasih dan sayang. Rasa rindu terhadap suaminya semakin membuat Siska ingin memeluk tubuh Adi.
***
Yudha setiap hari menyempatkan menjenguk Adira. Walaupun belum ada tanda-tanda Adira untuk membuka matanya. Yudha mendorong ruang rawat Adira. Kakinya melangakah mendekati dimana Dira terbaring.
"Hai Dir, tebak aku bawa apa?" Yudha tersenyum kepada Dira. Di ingin senyumanya di balas oleh Adira.
"Gue makanan kesukaan lo nih. Makanya lo cepat bangun." Ucap Yudha mengenggam erat tangan Adira.
Lama Yudha menatapi wajah Adira. Wajah yang sangat di rindukannya. Yudha membelai wajah itu. Tak terasa air matanya mengalir kembali.
"Dir, selamat malam." Ucap Yudha mencium kening Adira deenga penuh sayang.
_**__
haloooo semuaaaaaaaaaaaahhhhh... gue udah lama bgt gak lanjutin cerita ini. sekalinya lanjut partnya pendek wkwkw. maapken gue yah.. insya allah gue lanjut dengan part yang panjang
RAHMA WULANDARI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radio Love FM (Tamat)
RomanceSeorang penyiar radio muda bernama Bagas Yudha secara tidak sengaja memasuki kehidupan dari seoarang gadis aneh bin ajaib bernama Adira. Tanpa disadari semua berjalan secara tiba tiba, hingga kedua insan ini mengenal yang namanya jatuh cinta. Tetapi...