Epilog

284 8 0
                                    

Kau adalah wanita terhebat. Terimakasih cinta. Telah membuatku tahu apa itu tulusnya kasih sayang.

***

Yudha terbaring lemah diatas bangkar Rumah Sakit. Selang infus sudah tertancap pada sebelah tangannya. Sudah hampir dua minggu Yudha di rawat karena terkena Tipus. Selama beberapa belakangan ini, Yudha tidak pernah absen manjaga Adira hingga kesehatanya menurun dan trambosit yang ada dalam tubuhnya menurun pula.

Selama dirawat, pikiran Yudha selalu tertuju kepada Adira. Bagaimana gadis itu saat ini? Sungguh Yudha mengkhawatirkan Adira lebih dari mengkhawatirkan dirinya sendiri. Yudha berharap Tuhan memberikan kesembuhan untuk Adira---gadis yang sangat dicintainya.

"Yee, melamun aje lo. Ngopi ngapa ngopi, diem-diem bae." Celetuk Alfin saat memasuki ruang rawat Yudha.

Yudha mengendus kesal melihat Alfin. Sahabatnya itu tidak pernah berubah, selalu ceplas-ceplos.

"Eh Coeg, ngapa lo? Kek perawan abis di perkosa aje." Lagi, Alfin berceletuk tidak jelas.

Yudha merubah posisinya menjadi duduk. "Apa sih lo? Gak jelas banget." Ketus Yudha.

Alfin terkekeh pelan. "Utuk-utuk ayang nya aku ngambek ternyata." Alfin memeluk Yudha, erat.

Yudha langsung menyingkirkan tubuh tegap Alfin dari tubuhnya. Astaga. Yudha harus bersabar menghadapi sikap jahil Alfin. Yudha jijik jika Alfin memeluk tubuhnya, bukan karena apa, tapi terlihat seperti pasangan homo yang di mabuk kasih. Ya Tuhan, Yudha masih menyukai perempuan.

"Jijik gue." Geram Yudha.

"Jangan sentuh aku, aku jijik, aku jijik, ban meletos." Seru Alfin menirukan salah satu adegan sinetron yang tengah viral akhir-akhir ini.

Yudha terbahak dibuatnya. Asli, Alfin itu bloon plus idiot menurut versi Yudha.

"Cie yang ketawa lagi, udahaan nih galaunya?" goda Alfin

Yudha berusaha menghentikan tawanya. "Siapa yang galau sih?"

Alfin langsung menunjuk Yudha dengan jari telunjuknya. "Yah Elo lah.. Masa gue? Sory sory say ni ye, di kamus soarang Alfin enggak ada yang namanya G.A.L.A.U"

Yudah mendecih. "Gaya banget lo, dasar kang cilok." Ledek Yudha.

Alfin memiting leher Yudha. Lelaki itu tidak perduli bahwa Yudha masih sakit. "Apa kamu bilang? Kamu jahat yah." Ucapnya lebay.

"Anjir lepasin gue, bego. Gue gak bisa napas wooi." Yudha memukul lengan besar Alfin yang masih memiting lehernya.

Dengan kesal, Alfin melepaskan pitinganya. Bibir lelaki itu sudah maju beberapa senti, persis seperti bebek. Sedangkan Yudha terbatuk-batuk karena Alfin memitingnya terlalu keras.

"Lo mau bunuh gue? Asli lo tega banget jadi sahabat." Omel Yudha.

Alfin beranjak mengambil nasi kotak yang dibelinya tadi. Lalu lelaki itu duduk di kursi yang di sediakan ruangan tersebut.

Bibir Alfin masih mencurut lucu. "Yee, maaf kakanda. Abis lo ngeselin sih, sebel deh."Alfin mengibas-ngibaskan tangannya tanda bawah dia kesal.

Yudha terkekeh. Walau bagaimana pun, Alfin adalah sahabat terbaiknya di perantauan ini. Alfin selalu ada saat dia kesusahan. "Iya maaf, abis lo lebay banget sih." gerutu Yudha.

Alfin berdecak. Lelaki itu menyodorkan nasi kotak itu kepada Yudha. "Makan! Gue enggak mau lo berlama-lama di rawat. Mana Yudha yang ku kenal coeg? Lo mah selalu gitu, enggak pernah memperhatikan kesahatan lo. Yud, sehat itu mahal loh." Alfin mulai menceramahi Yudha.

Radio Love FM (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang