PROLOG

77K 3K 104
                                    

Jakarta, 2013

Eve Lacrox memaksakan dirinya untuk berdiri dan bertepuk tangan, ia juga memasang senyum palsu di belakang tiga ribu tamu undangan yang hadir di pesta pernikahan kakaknya, Nat Lacrox, ah bukan Natalie Larodi. Air matanya yang menunjukkan kepedihan mengalir saat kakaknya telah berganti nama.

Tapi wanita penerima tamu yang duduk di sampingnya tersenyum, mengira itu adalah tangis kebahagiaan.

"Jangan sedih. Kau juga pasti bisa sepertinya."

Eve memandangnya sesaat dengan mata coklatnya. Ia tersenyum malas. Ia bertugas sebagai penerima tamu di pernikahan kakaknya. Alasannya, ia tidak mau bertemu orang itu , tidak bisa! Orang yang terlihat sangat tampan meski telah melukai hatinya. Orang yang ia pernah cintai tapi juga orang yang berwajah malaikat dan berhati iblis.

Saat orang itu menengok ke belakang, menatapnya aneh, Eve mengalihkan pandangannya.

Jangan lihat aku.. Jangan tatap aku.. Jangan buat aku berharap lagi..

Ia tidak bisa berdiri lebih lama lagi, lututnya gemetar dan air mata mengancam keluar lebih banyak.

Eve pergi keluar, tanpa ada yang menyadarinya. Ia menuju kamar mandi dan tangannya memegang tepi bak wastafel. Jarinya mencengkram tepi stainless steel itu kuat, hingga jarinya memutih dan riasan kukunya seperti menjerit ingin copot karena kesakitan.

Air matanya perlahan turun. Eve buru-buru mengusapnya.

Matanya menatap ke cermin, ke arah bayangan dirinya yang memakai gaun terusan warna putih, menampilkan lekuk tubuhnya yang tercetak indah. 1 jarinya terangkat ke cermin.

Dulu, ia takkan begini, takkan bisa memakai baju indah, takkan mempunyai kesempatan menonjolkan tubuhnya. Ia akan repot karena harus memilih baju untuknya, yang saat itu mencapai 215 kilogram, sedangkan tingginya sendiri 165cm saja.

Tapi kini, takkan ada yang mengatakan padanya bahwa ia gendut, babi atau lemak berjalan. Benar, Eve telah berubah, benar-benar berubah. Ia tak menyentuh potato chipsnya, tak memakan daging, es krim dan apapun yang membuatnya gemuk.

Ia menjadi vegetarian dan fruitarian, ia berolahraga dari pukul 4 sampai pukul 8 pagi.

Tiga tahun lalu ia memang sangat jelek, tapi kini ia telah membuat dirinya dilirik banyak lelaki. Ia memakai rok mini, gaun mini dan tidak menyembunyikan diri di balik jaket tebalnya. Semua itu karena selama ini ia tertipu akting Antonio dan ia baru tahu siapa Antonio Larodi sebenarnya.

Antonio memang terlihat sangat baik, sangat penyayang, tapi saat mereka berempat, yang merupakan ia, Nat dan 2 Larodi bersaudara, datang ke London untuk bertemu Livia. Ia baru tahu kenyataan yang sebenarnya.

Eve pergi keluar kamar mandi. Suara riuh terdengar dari dalam ballroom,tempat berlangsungnya pesta. Ia bisa saja kembali masuk, tapi ia tidak mau. Jadi ia melangkahkan kakinya ke tempat lain. Tangannya memencet tombol turun lift. Tak lama menunggu, lift itu datang dan berdenting nyaring di ruangan yang nyaris kosong.

Ia melangkahkan kakinya masuk. Ia ingin pergi dari sini!

***

Di hari yang berbahagia seperti ini, pasti para pengantin wanita dan pria akan sangat berbahagia. Tapi tidak bagi pengantin wanita ini. Ia menjulurkan kepalanya untuk menatap para tamu. Keningnya mengernyit dalam, membuat Michael menatapnya, "Ada apa?"

Natalie menjawab sambil terus menatap para tamu yang sibuk sendiri, "Eve. Dia tak ada."

Mengikuti arah pandang istrinya, Michael terpaksa mengangguk, "Memang. Tapi mungkin dia sedang bersama adikku. Jangan terlalu khawatir."

EVE, MY LOVE (LARODI SERIES #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang