PART 31

6K 475 40
                                    

"Aku masih tak tenang mempercayakanmu di tangannya," aku Antonio saat pria itu membuka pintu mobil di tengah jalan. Ia menatap Hawon tajam yang berdiri didepan pintu sambil menegak kopinya.

Orang-orang akan salah menduga bahwa dialah pemilik rumah ini.

Evelyn menyengir lebar, guna mendamaikan pikiran lelaki itu. "Aku baik, sangat baik. Hawon akan menjagaku."

Antonio tahu, dan itu sebabnya ia tak suka. Ia memonyongkan mulut sementara Hawon menatapnya santai sambil menunggu kepergiannya.

"Bagaimana kalau kau ikut denganku saja?" tawar Antonio cepat yang membuat Eve melebarkan mata kaget.

Tak percaya lelaki itu akan mengeluarkan ide segila ini. Bagaimana bisa dia ikut saat Santoz masih diluar sana?

"Heh?"

Hawon masuk ke dalam dengan cepat dan kembali keluar lalu berdiri tepat di belakang Eve. Semua itu dilakukannya kurang dari 5 detik.

"Tidak Larodi, tidak. Kau tak akan membawa Eve kemana-mana tepat didepan mataku," Hawon melarangnya tegas.

"Evelyn istriku. Aku memiliki hak atas dirinya," ucap Antonio tenang saat ia menutup pintu dan maju selangkah.

"Sebelum dia jadi istrimu, dia adalah saksiku. Kau tak akan pergi kemanapun dengannya," balas Hawon maju dan menatap terang-terangan mata lelaki itu.

"Aku tak membutuhkan persetujuanmu untuk membawa Eve."

Hawon menghembuskan nafas dalam, berkacak pinggang dan menengok ke belakang saat menatap Eve prihatin. "Sungguh? Pria primitif ini suamimu?"

"Ya Tuhan tidak lagi..." erang Eve saat menutup wajahnya dengan kedua tangan, tahu pasti apa yang akan terjadi. Ia tak tahu kenapa mereka berdua selalu bertengkar setiap saat.

Antonio melipat tangan di depan dada, tersinggung atas ucapan pria . "Apa kau punya masalah dengan itu Hawon? Aku tak tahu apa jenis hubungan yang kau miliki dengan istriku, tapi kehadiranmu saat ini sama sekali tak dibutuhkan."

"Kau lupa kalau Eve lebih mempercayaiku daripada kau?"

Diam-diam Eve mengintip situasi dari balik jari dan ia masuk ke dalam meninggalkan mereka. Wanita itu membuka kulkas dan mengambil susu sebelum menegak isinya. Ia masih tak habis pikir kenapa kedua pria itu selalu bersitegang setiap kali mereka bertemu.

Dari jauh ia melihat keduanya masih saling beradu agumen dan itu membuatnya pusing.  Evelyn mulai menegak kembali isi susunya sewaktu HP miliknya berbunyi. Wanita itu meraih benda yang ada di kantung celana dan menatap layar bingung.

Nomor pribadi.

Jemari Eve otomatis berhenti diudara saat menatap tombol warna merah. Namun sesuatu dalam dirinya, mendorong ia untuk menggerakkan jari ke arah warna hijau dan menggulirkannya ke samping.

Menekan tombol, ia mendekatkan HP itu ke telinganya.

"Halo? Siapa ini?"

Tak ada balasan dan Eve mencoba lagi. Anehnya jantung Eve berdegup sangat cepat, seperti orang yang ketakutan.

"Halo?"

Kembali tak ada balasan.

"Kalau tak jawab akan kumatikan," ancamnya dan dia mendengar balasan dari sebrang.

"Jadi kau sudah bangun ya?" sapanya penuh perhitungan dan terkekeh halus.

"Maaf?"

"Ah, aku lupa kalau kau amnesia," lalu ia tertawa dengan suara mengerikan yang membuat Evelyn bergidik ngeri.

EVE, MY LOVE (LARODI SERIES #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang