Chap 9

18.8K 1.9K 180
                                    

Eve melemparkan dirinya sendiri di ranjang saat ia sampai di rumah. Wanita itu menghabiskan sebagian besar waktunya dengan berbaring di laptop dan mengecek situs penjualan online shop.

Ia tak tahu bagaimana nasib kuenya di tempat Nath. Nath pasti frustasi karna belum bisa menghubunginya. Wajar saja, sebab Eve pun melarang ayahnya agar tidak memberitahu Nath nomor barunya.

Ia tengah menscroll beberapa deretan baju saat menatap salah satu situs web pusat perbelanjaan. Terdapat diskon sebanyak 80% yang hanya berlaku saat melakukan lembelian secara online.

Ia mengambil HPnya, menatap nomor telepon disana dan tersambung kepasa suara wanita yang lembut.

"Dengan Sara disini dari butik H&M, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya saat mengangkat telepon.

"Saya mau bertanya. Apa benar kita bisa mendapatkan diskon 80% dengan pembelian melalui webnya?"

"Itu benar. Tapi anda harus mengambil barangnya secara langsung kemari dan kami membatasi pembeliannya."

"Maksimalnya berapa piece? Saya belum memiliki banyak baju yang pas untuk ukuran tubuh saya saat ini," aku Eve jujur.

Dan itu memang benar, selama ini Evw memakai baju XXXL yang harus dikirim dari luar negeri, dan setelah ukuran tubuhnya menjadi size M, ia belum memiliki banyak baju untuk dirinya.

"Maksimum 12 pieces. Dan minimum 3."

"Sampai kapan kalau saya boleh tahu?"

"Hanya sampai malam ini saja."

Eve melebarkan matanya saat ia bangkit dari kasur.

"What? Malam ini? Kok bisa?"

Sarah terdengar geli saat menjawab, "Iya. Promo ini sudah berlangsung selama seminggu dan ini hari terakhirnya."

"Jam berapa? Dimana saya harus mengambilnya?"

Saat Sarah menyebutkan nama mallnya, Eve mau pingsan saja. Karna percaya atau tidak ia baru, pulang dari mall tersebut! Dan bodohnya, ia tak mengisi bensinnya saat pulang.

"Baiklah akan saya lihat dulu katalognya."

Eve mematikan telepon dan mendesah saat menatap laptopnya yang menampilkan deretan baju. Baju yang ia pakai saat ini adalah baju lamanya, yang menggantung sampai ke paha.

Baju itu berwarna putih dengan kerah yang terlalu lebar sehingga Eve menarik sisi lain ke arah samping, dan menampilkan kulit bahunya yang telanjang.

Ia bisa saja tak membelinya saat ini. Eve bisa menunggu nanti, saat ada promosi lain. Tapi saat ia menatap laptopnya lebih lama dan menatap deretan baju yang menggoda dengan harga miring, Eve tahu ia harus membelinya.

Setidaknya ia mempunyai uang yang lebih dari cukup untuk berbelanja, secara kalap. Jadi saat Eve selesai memilih bajunya dalam waktu 3 jam kemudian, ia kembali menelpon Sarah, bertanya apakah mall masih buka dan saat Sarah berkata ya, Eve keluar dari apartementnya.

Masalah berlanjut saat Eve tiba di mall. Entah ia tak menyadarinya atau melewatkannya sepintas, kenyataan bahwa mall tersebut tengah melakukan acara midnight-sale, membuat ia kalap. Untuk kedua kalinya.

Jadi bukannya pulang saat selesai mengambil pesanannya di H&M, ia malah masuk dari 1 butik ke butik lain dengan tangan yang semakin penuh.

Godaan sesungguhnya datang saat ia menatap Teddy House. Toko yang menjual boneka Teddy Bear dan ia malah membeli 2 pasang boneka yang berukuran paling besar.

Seukuran manusia kalau bisa ia bilang.

Dan disinilah Eve, tangan kirinya menggeret 2 pasang boneka Teddy Bear yang dilapisi plastik sementara tangan lain menenteng penuh berbagai merk ternama mulai dari Zara, Vans, D&G hingga Victoria Secret's.

Eve berhenti sebentar, untuk duduk dan menatap semua barang belanjaannya. Thomas pasti akan memarahinya dan menarik kartu kreditnya kalau ia tahu hal ini.

Tapi bukan itu masalahnya. Eve harus pulang! Bagaimana cara ia menyeret semua barangnya masuk ke dalam busway??

Bukannya Eve tak ingin memilih kendaraan lain seperti taksi atau kendaraan online. Tidak. Hanya saja, ia tak mau memilihnya.

Kini ia mulai menyesali keputusannya untuk kemari tanpa kendaraan pribadi.

Eve menarik keluar HPnya dari saku dan menimbang-nimbang siapa yang harus ia telepon.

"Haruskah ku telpon Nath?" tanya Eve lalu menggeleng cepat. "Tidak, tidak. Dia akan kemari dengan Michael. Aku tak mau."

"Kalau begitu Livia?" Tapi lalu ia menggeleng lagi. "Tak bisa. Dia harus menjaga Katya."

Ia menatap nama ayahnya, yang mana pilihan terakhir. "Pap saja. Dia akan marah tapi dia pasti menjemputku."

Jadi Eve mendekatkan HPnya ke telinga saat menelpon ayahnya. Samuel tak menjawab sampai dering terakhir dan Eve menelpon lagi. Tapi tak ada jawaban.

Eve menatap jam di HPnya dan meringis. "Terpaksa harus pulang sekarang deh."

Dan Eve kembali menggeret belanjaannya keluar menuju busway. Tapi kali ini ada satpam mall yang membantunya. Jadi tentu saja tak terlalu berat.

Eve menempelkan kartu buswaynya di mesin, menarik bonekanya saat menunggu di halte, bersama yang lain.

Sayangnya tak ada tempat duduk tersisa jadi ia harus berdiri di pinggiran auto-door.

Kepala Eve menengok ke arah jalur busway beberapa kali. Kemacetan Jakarta di malam hari memberikan ia pemandangan akan gemerlapnya lampu mobil.

Nyaris setengah jam ia menunggu disana. Kakinya pegal karna berdiri dan perutnya lapar. Eve menatap bingung saat sebuah mobil Fortuner masuk ke jalur busway, berhenti tepat di bawahnya.

Atap mobil itu terbuka dan Eve berjongkok, melongok ke dalam saat menatap sang supir yang tengah memegang kemudi dengan tangan kanan saat tangan kirinya berada di roda gigi.

Pengemudi itu berbalik, menatapnya dengan arogan dan Eve menyesali keputusannya. Lelaki paling menyebalkan yang paling tak ingin ia temui, Antonio Larodi lah yang berada di balik kemudi.

***

Setelah lima kali Antonio melewati jalan yang sama, dan setelah bertanya pada Harris untuk memastikan bahwa Eve belum pulang, akhirnya Antonio melihat sosok Eve.

Ia sempat terpikir bahwa Eve mungkin dalam perjalanan pulang, tapi saat melihat kepala Eve yang melongok, Antonio membanting setirnya ke kiri dan masuk ke jalur busway.

Ia tak bisa membiarkan Eve pulang sendiri. Terlalu berbahaya bagi gadis itu, dan bagi keamanan hatinya. Ia juga tak bisa membiarkan Eve berada di taksi di jam semalam ini.

Sebut saja itu ego atau keegoisannya, ia tak peduli. Ia hanya mau Eve aman, meski gadis itu akan membencinya. Harga yang sepadan baginya, selama Antonio bisa melihatnya.

Jadi saat ia membuka atap mobilnya dan menengok ke arah Eve, kata-kata pertama yang keluar darinya adalah..

"Apa kau tak punya akal sehat?"

_________________________________________

Luv, yang paling romantis di seri Larodi tuh Antonio lho 😂😂😂

He will do anything to make sure Eve safe.

Catet, bukan keep ya tapi make sure 😂😂

Dan soal pekerjaan Antonio, itu udah banyak cluenya lho aku kasih 🤣🤣🤣

Okay Luv aku minta vote comment spam ma saran plus ktitik ya wkwkw maacih 😚😚

PS: yg online shop itu 50% kenytaan 50% bikinan aku wkwkw kan sering tuh ada promo khusus web aja kan? Nahh aku ambil disitu tp klo ambil barang sendri itu karang"an aku aja 😂😂😂

EVE, MY LOVE (LARODI SERIES #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang