PART 35

2.7K 259 41
                                    

Evelyn menatap pria yang menodongkan senjata kearahnya. Pria itu memiliki tatapan mata tajam dengan alis rapi dan kulit coklat. Sebelah tangannya memegang pistol, melepaskan pengamannya saat pistol lain tersimpan di saku celana.

Ia melirik sekitar dan tak melihat ada tanda-tanda seorangpun yang lewat. Juga tak ada tanda kehadiran orang lain selain mereka berdua. Memberanikan diri, ia mencoba berjudi dengan dewa maut.

"Manuel... kau Manuel kan?" tanya wanita itu pasti.

Mata lelaki itu melebar akibat rasa terkejut. Sudah lama sekali tak ada yang memanggilnya dengan nama itu. Semua orang yang sudah mengetahui namanya menghilang atau mati. "Siapa kau?"

Benar, dia Manuel. "Ini aku, Eve. Evelyn Lacrox."

Senjata tersebut masih terarah kepadanya namun sorot mata lelaki itu tak seberbahaya sebelumnya. Saat dilihatnya tak ada tanggapan dari pria itu Eve kembali membuka mulut. "Hongkong. Kau lupa? Saat itu kau terluka karna bertengkar dengan anak lain. Kau bilang anak itu menjatuhkan permen adikmu dan dia menangis. Aku membantumu saat itu dengan kakakku, kau ingat?"

Santoz menatap wanita itu lambat, menelisiknya dari atas ke bawah beberapa kali dengan tatapan datar sebelum ia menurunkan senjata. "Apa yang kau lakukan disini?"

Lelaki itu mengenalnya! Manuel mengingatnya! Secercah harapan terbit dalam diri Eve. "Manuel, tolong serahkan dirimu. Aku... aku akan meminta Antonio menemukan cara untuk meringankan hukumanmu."

Usai kalimat itu terucap, pria tersebut kembali menatapnya dingin. Seketika Evelyn tahu ia salah bicara. "Antonio? Ahh pria yang bertanggung jawab atas keluargaku. Apa hubungan yang kau punya dengannya?"

"Aku satu-satunya saksi atas kasus narkoba yang berkaitan denganmu sekaligus istrinya," jawaban Eve menggantung lama di udara.

Atmosfer sekitar mereka kembali dingin dan walaupun mereka saling bertatapan, tak ada satupun yang berbicara.

"Kau saksinya?" tanya lelaki itu.

Eve mengangguk. "Aku."

"Dan kau kemari untuk memintaku menyerahkan diri?" tebak Santoz lembut mengerikan.

Evelyn menelan ludah, mengangguk. Ia mengepalkan tangannya lebih erat di depan dada. "Aku tak akan membenarkan tindakan Antonio tapi apa yang kau lakukan juga salah. Bagaimana bisa kau menjadi bandar narkoba? Dan diatas itu semua kau teroris."

Santoz tersenyum lebar menatap Evelyn tenang, "Mendengar kau tahu banyak tentangku, tampaknya kau tak pernah amnesia. Apa suamimu tahu?"

"Dia tahu dan aku tak peduli. Saat ini aku ingin menyelamatkanmu." Eve memilih menjawab jujur.

Santoz menepuk-nepukkan lengan yang memegang senjata ke paha dan menggerakkan kepala ke kiri ke kanan sebelum tertawa lebar. "Kenapa kau mau menyelamatkanku? Astaga, kau pikir hanya karna kedatangan teman masa lalu aku akan berubah? Entah kau bodoh atau naif."

Evelyn menggelengkan kepala atas bentuk sindiran tersebut, "Aku percaya kau tak akan menyakitiku."

"Kenapa kau yakin sekali?"

"Karna Manuel yang kutahu menggendongku saat aku terjatuh. Dia juga yang bermain air bersamaku. Kau ingat? Saat di Hongkong kau dan aku sering lomba lari. Saat aku jatuh kau akan menggendongku dan kita menang."

Santoz menganggukkan kepala tanpa minat. Tapi setidaknya lelaki itu tak terlalu mengancam seperti tadi, "Aku ingat. Saat itu kau cukup berat dan aku senang mendengar tawamu. Tapi itu masa lalu."

Santoz menyimpan senjatanya dengan aman dan melangkah mundur sebelum mengendikkan lehernya ke arah lain, ke pintu keluar. "Pergilah Eve, anggap ini kebaikan terakhirku. Pergi sejauh mungkin dan tetap amnesia. Jangan menengok ke belakang."

EVE, MY LOVE (LARODI SERIES #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang